Avatar, terbaik 2009?

26 Des 2009 | Tinjauan

Avatar, bagiku, akhirnya menjadi muara pencarian film berbobot sepanjang tahun ini.
Film besutan James Cameron ini kutabalkan menjadi yang terbaik di tahun 2009, atau kalau ada yang tetap nekat dan keukeuh menyebut bahwa New Moon serta 2012 itu unbeatable dan awesome, .. o well… tapi aku juga bisa lebih nekat menempatkan Avatar sebagai mbahnya film terbaik kalau begitu :)
Bagiku, sebuah film bisa dikatakan bagus jika paduan unsur pemain, sinematografi termasuk CGI dan sound effect serta alur ceritanya bisa saling bersinergi membawakan hiburan yang sarat makna bagi penonton dan meninggalkan kesan positif yang tak mudah menguap begitu saja, dan Avatar meraih kriteria itu.
Pemain
Penokohan Na’vi sebagai penduduk asli planet Pandora lewat Zoe Saldana (berperan sebagai Neytiri), CCH Pounder (Moat), Wes Studi (Eytukan) dan Laz Alonso (Tsu’tey) adalah sesuatu yang memukau. Tak percuma bahwa konon Zoe Saldana sempat harus berpakaian benar-benar seperti Na’vi selama uji lapangan di Hawaii pada pra produksi. Mereka, tentu dengan bantuan visual effect yang juga optimal, benar-benar tampak lepas dari sisi manusia untuk merasuk menjadi Na’vi lengkap dengan perangai serta bahasa yang digunakan. Sementara itu peran Sam Worthington (Jake Sully), Sigourney Weaver (Dr Grace Augustine) dan Joel Moore (Norm Spellman) lebih hebat lagi karena selain tetap berperan sebagai manusia, mereka juga berperan sebagai avatar mereka, bersosok Na’vi dan mereka harus pula menjaga kesamaan chemistry antara sosok yang mereka perankan sebagai manusia dan sebagai na’vi.
Sinematografi
Hingga kini aku tak berhenti berpikir bagaimana proses kreatif dibalik pembuatan Avatar ini bekerja.
Aku bayangkan pasti ada begitu banyak gugus kerja untuk menghasilkan kesolidan seperti yang ditampakkan di Avatar.
Aku sangat suka dengan detail yang dikembangkan dalam rangka memberi gambaran tentang bagaimana keadaan Planet Pandora, kekayaan flora dan fauna, juga kultur serta detail fisik Na’vi sebagai ‘alien’ di tempat tinggal mereka sendiri.
Yang juga patut diacungi jempol adalah color scheme yang dipakai untuk memukaukan mata. Yang kumaksud, warna-warna yang ditampilkan pada pepohonan serta bunga-bunga nan unik itu memanjakan mata tentang sesuatu yang asri dan asli namun unik.
Simaklah penampilan tanaman putri malu yang berwarna pink yang berputar berpilin lalu kalau disentuh akan ‘mingkup’ seperti payung, kuda berkaki enam, serigala bermoncong besi, badak bercula mirip palu hingga na’vi, sosok manusia yang tinggai besar, bermata lebar, berhidung besar, bertelinga seperti kuda, berekor serta memiliki tinggi kurang lebih satu setengah hingga dua kali ukuran tinggi manusia normal.
Hal ini didukung lagi dengan pemilihan soundtrack yang membumi, sajian musik yang kaya dengan perkusi serta yelling vokal yang khas ‘Afrika’. (Entah kenapa ketika menonton kemarin tiba-tiba aku sempat berpikir bahwa James sebenarnya bisa lebih optimal kalau menjadikan lagu ‘Africa’ nya TOTO menjadi soundtrack meski beberapa waktu kemudian aku berpikir, “Kalau Africa jadi OST,judulnya harus berubah dari Avatar jadi Afrika juga dong!??!” *deziggghhhh*)
Alur Cerita
Ide cerita Avatar barangkali tak benar-benar baru.
Sedikit banyak, konsep representasi dua dunia (Jake sebagai manusia dan na’vi sebagai avatarnya) sangat mirip dengan apa yang dimiliki Matrix (Neo sebagai manusia dengan Neo yang berada di dunia matrix). Hanya bedanya, di Avatar, sosok Jake sebagai avatar tak lenyap dan hanya mati suri ketika program di-disconnected sedangkan pada Matrix, setiap si Neo kembali dari dunia matrix, sosoknya akan moksa.
Awal cerita Avatar juga menurutku berlalu begitu lambat.
Film ini awalnya terlihat seperti kehilangan arah dimana akan mengaitkan alur cerita selanjutnya. Namun, secara berangsur-angsur, alur menjadi semakin menarik ketika Jake dan kawan-kawan dalam wujud avatar mulai merambah dunia Pandora.
Proses penyelesaian konflik dalam film ini kupikir juga sangat Hollywood sekali.
Ada penokohan kepahlawanan lengkap dengan pengorbanannya (saat dimana pilot helikopter Trudy Chacon (diperankan oleh Michelle Rodriguez) membelot dan mengantar Jake dkk untuk kembali ke Pandora) yang sia-sia (berujung dengan kematian) namun disambung dengan balas dendam yang pada akhirnya sering lepas kontrol dari alur logis penonton sehingga terkesan lebay meski berhasil mengundang sorak sorai penonton.
Bagian paling akhir dimana si Jake memutuskan untuk melepas kodratnya sebagai manusia untuk selamanya berubah menjadi Na’vi juga sesuatu yang kupikir bersifat ‘terlalu menggembirakan’ penonton. Kenapa James Cameron tak berani membuat ending yang menyedihkan misalnya dengan membuat na’vi punah oleh karena keganasan manusia atau barangkali ending semacam yang dipertontonkan di film Last Samurai dimana Nathan Algren (Tom Cruise) tak ketahuan rimbanya apakah mati, kembali ke Amerika atau hidup damai Taka (Koyuki)? Hal ini tentu bakal menjadi sesuatu yang lebih membuat penasaran orang dan bukankah itu berarti pula membuka peluang ?untuk squeling Avatar 2, 3 dan seterusnya?
Namun yang menjadikan semua titik lemah di atas sirna, at least dimataku, adalah karena James Cameron pandai menangkap isu perusakan lingkungan dan kaitannya dengan naluri ekspansif (baca: ketamakan) manusia untuk memplotkannya pada film ini. Sesuatu yang sangat “it’s so now!” :))
Jadi, kupikir sebelum turun dari peredaran, kejarlah Avatar dan jangan lupa, jika memungkinkan tontonlah dalam 3D mode atau kamu akan… sedikit menyesal karena tak mampu melihat bagaimana si Jake dan kekasihnya Neytiri terbang bersama Mountain Banshee begitu nyata ‘menembus’ layar bioskop!
Sebarluaskan!

41 Komentar

  1. belom nonton, dan moga2 bisa ditonton segera hehehe
    thanks buat ulasannya :)

    Balas
  2. Hai Don, aku sudah menonton dalam versi 3D-nya. Agak kurang “real” tapi lebih berharga daripada nonton dalam format dua dimensi. Terlepas dari plus minus yang kamu ungkapkan di atas, ingat nggak, pada menit awal sempat terdengar gending Jawa.
    Plus aku juga berpikir mungkin sekali James Cameron terinspirasi dengan teknologi USB sehingga semua native creature di Pandora bisa terhubung. Meski barangkali itu adalah upaya memvisualisasikan secara sederhana bahwasanya semua makhluk hidup “terhubung” satu sama lain dan sebenarnya berbicara dalam bahasa universal. :)
    Akhirnya, aku mengakui film ini bagus banget dan penuh gizi.
    Selamat Natal Don!

    Balas
    • Aku setuju denganmu, Yog… adegan untuk mengkaitkan ‘belalai’ itu seperti terinspirasi oleh USB ya? Atau social network malah? :)
      Thanks ucapannya, selamat menikmati libur akhir tahun, Yog!

      Balas
  3. hiks udah nyesel .. nda cuman sedikit tapi banyak .. kok nda ikut bojoku ke Jkt hingga bisa nonton 3D ..

    Balas
    • Hehehehehe…. kejar! Di Blitz ya katanya?

      Balas
  4. Baca2 dari website (kalo nggak salah wikipedia), alur cerita yang udah ditulis Cameron masih bisa buat 2 film lagi, walopun endingnya kayaknya udah ‘live happily ever after’ gitu :D

    Balas
    • Hehehe melihat sejarah Cameron bikin Terminator sih kayaknya juga bakalan ada squelnya.. ngga papa lah asal ngga separah New Moon :)

      Balas
  5. Agak ketinggalan nih, jadi harus mengejar kayaknya haha…

    Balas
  6. Setujuuuu…. film ini benar-benar mantap Don!
    Aku sungguh terpukau dengan keindahan alam yang disajikannya.
    Dan aku juga terbawa emosi ketika keindahan dan kedamaian Na’vi itu diporak-porandakan oleh manusia serakah. Sebuah pesan yang luar biasa dari film ini soal pelestarian alam sangat terasa dan patut diacungi jempol. Film ini, tidak hanya sarat hiburan, tapi juga sarat pesan. I do like it! :D

    Balas
    • Betul, Uda..
      Film itu memang sarat pesan… ini seperti jadi kejutan kedua bagiku bahwasanya ada juga film sci fi yang melempar pesan begitu bulat (pertamanya, Matrix)…

      Balas
  7. ternyata kita sama-sama terpesona dengan Pandora, kawan hehehe

    Balas
  8. saya belum bisa mengatakan Avatar yang terbaik karena saya belum nonton :(

    Balas
    • Hehehehe nontonlah, tinggal 40 menit numpak motor ngidul menyang Jogja tho? :)

      Balas
  9. wah, belum nonton filmnya, tapi gak heboh juga sih, lagi malas ajah.

    Balas
  10. wah, sepertinya avatar memang film yang layak utk ditonton, nih, mas don. sayangnya, saya mesti lari ke semarang utk bisa menikmatinya, hehe …

    Balas
    • ngga papa tho pak skalian main2 di semarang dan simpang lima :))

      Balas
  11. saya jarang update film kecualui teman2 blog mempromosikannya kayak 2012 akhirnya saya tonton….avatar? ntar pulang kerja cari ahh…

    Balas
    • kalo menurut saya seperti yang saya tulis di atas, avatar jauh recomended ketimbang 2012 meski saya lom nonton juga 2012 :))

      Balas
  12. Gak salah kamu memberikan predikat “mbahnya film terbaik 2009” untuk AVATAR. Kemarin aku mbaca koran yang mengulas film ini, ternyata butuh waktu 15 tahun untuk merealisasikan ide2 James Cameron ini. Untuk animasi yang pas, riset yang pas, dan sebagainya.

    Balas
    • Betul… Cameron memang mulai meriset film ini sejak dekade silam.. Makanya hasilnya optimal :) dah nonton?

      Balas
      • Bosku sudah menyediakan diri u/ jadi sponsor nonton !! Tinggal tunggu waktu yg pas dengan teman2. tapi jangan suruh aku nulis di blog (minder aku)

        Balas
  13. avatar emang keren! eh saya suka satu film lagi deng; paranormal activity! serem2 gimana gitu :D
    salam kenal, selamat taun baru yah! saya venus, tetangga sebelah *salaman* :D

    Balas
    • Wah, kalau film horror saya paling benci… Udah bayar tiket mahal-mahal kok ditakut-takutin hahaha :))
      Salam kenal, Mbok Venus.. Adalah suatu kebanggaan dikunjungi dan dikomentari blogger sekaliber panjenengan :)

      Balas
  14. Aku udah nonton filmnya Bro… dan nggak ada lain selain sepakat sama kamu… It’s the best film I’ve ever seen, since The Lord of The Ring Trilogy…
    Selain sarat makna, juga benar-benar identik dengan keadaan manusia saat ini. Kerakusan akan sumber daya alam yang membuat manusia merasa bahwa kebutuhannya adalah kepentingan yang utama.
    Oh iya… ada bagian tentang Pre-emptive Action ketika si Kolonel menganalisa bahwa ada pengumpulan massa Na’vi jadi mengingatkan saya ama George w. Bush Jr… hehehehe…

    Balas
    • hahahaha lha kok larinya bisa ke George Bush :) brarti emang pikiran kita udah terinduksi dgn baik bahwa George Bush itu salah satu yang terburuk yang ppernah ada ya?:)) Good point, Bro!

      Balas
  15. Wah, saya pengen nonton pas awal taun nanti mas. Makasih berat buat reviewnya yang cukup detail. Film ini saya liat trailernya aja udah keren banget :)

    Balas
    • Ya, kejar aja.. Film ini memang layak dikejar kok :)

      Balas
  16. Wahh jadi pengin nonton nih, membaca paparan Donny ditambah komentar Yoga di atas

    Balas
  17. saya belum nonton dan mengira ini film aksi-fantasi yang begitu2 sj. tapi baca review-mu jadi berubah pikiran. berharap bs nonton.

    Balas
  18. mengapa tidak:)

    Balas
  19. tapi beberapa resensi bilang alur ceritanya kuat, rasional dan ndak meloncat-loncat. Yah meskipun endingnya memang masih khas hollywod sih. :D

    Balas
  20. Gw baru nonton satu kali, dan pengen nonton lagi.
    Ini film yang mengharu biru, seandainya dunia ini seperti Pandora.
    Artinya sebenarnya manusia begitu menginginkan punya dunia yang seperti Pandora, semua sudah tak tahan dgn dunia yang penuh kekerasan ….
    Avatar emang toppp!!

    Balas
  21. Mas Don, merry Christmas and Happy New year ya…
    dan i agree with you avatar ini keren!!! sayang aku gak sempet nonton yg versi 3D nya kabarnya lebih bagus loh…love this movie…walaupun bisa kukatakan aku suka kok film new moon nya..hihihihi… :P

    Balas
  22. awalnya aku awang2en mau nonton film ini don. bojoku wis ngejak ket wingi2. tapi aku rada males. tapi bar moco tulisanmu, njuk aku pengen nonton. kupikir selera nontonmu boleh juga. at least utk soal LP dewe nek gak salah duwe pemikiran serupa to? hiihihi… jadi, ya … nek utk cerita yg itu kita sependapat, mungkin di film iki pun aku iso memegang opinimu :p telung jam yo suwene film iki?

    Balas
  23. setuju sama mas donny!!!aku nonton yang 3D, duduk paling depan, dan ngowoh dari awal sampai akhir!! *ngelap iler*

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.