Sering tampilnya Anggun Cipta Sasmi, penyanyi kelahiran Indonesia yang sekarang jadi warga negara Perancis di televisi akhir-akhir ini membuatku terkenang pada satu kejadian yang terjadi saat aku duduk di bangku kelas empat sekolah dasar dulu.
Waktu itu Anggun C. Sasmi baru awal-awalnya muncul di blantika musik tanah air.Waktu itu ia begitu rajin nongol di acara-acara musikal seperti Selecta Pop, Aneka Ria Safari, Kamera Ria maupun Album Minggu Kita. Tentu, waktu itu acara-acara kontes menyanyi di televisi belum marak, stasiun tivi pun baru satu!
Bagiku, ia adalah idola dan aku mengaguminya. Cantik, bersuara emas dan aksi panggungnya menurutku waktu itu sangat berbeda dibandingkan dengan Ratih Purwasih, Endang S Taurina ataupun Nia Daniati tanpa aku bermaksud untuk menjelek-jelekkan mereka tentu saja.
Saking nge-fansnya, aku lalu memberanikan diri untuk mengiriminya surat. Berbekal alamat yang kudapat dari tabloid mingguan milik Mama, aku menulis selembar kertas yang diantaranya meminta Anggun C. Sasmi untuk mengirimiku foto.
Ajaib! Dua minggu kemudian, suratku berbalas. Aku mendapat selembar kertas penuh tulisan tangan, bertanda tangan serta foto yang bertanda tangan pula di belakangnya. Surat itu kusimpan sekian lama dan fotonya ku-pigura dan kupasang di meja belajarku.
Sejak saat itu, barangkali insting atau bisa jadi karena faktor usia, aku memberi ‘makna’ pada kata mengagumi seorang selebritis; yaitu meletakkannya sebagai sosok yang “wah” nan “wow” yang seolah bukan manusia sepenuhnya, ada sedikit-sedikit campuran dewa-nya.
selebritis itu adalah…. manusia biasa yang tak luput dari salah yang ?kebetulan? dianugerahi talenta untuk membuat satu karya yang bagus menurut penggemarnya dan Tuhan memberinya kesempatan.
Setiap melihat selebritis di televisi dan kupikir dia keren, aku langsung mikirnya kemana-mana,
“Wah, pasti dia pintar sekali!”
“Wah, kulitnya pasti putih bersih dan bau harum”
dan yang paling tidak pernah ketinggalan adalah, “Wah, orangnya pasti kaya sekali!”
Pernah juga suatu waktu aku pergi ke Jakarta, berlibur kira-kira sebulan di sana. Dalam beberapa kali kesempatan mengunjungi mall-mall ternama, aku bertemu dengan para selebritis yang selama ini hanya kusaksikan di televisi. Wah, kalian barangkali nggak bisa bayangkan bagaimana reaksiku waktu itu. Sebagai seorang putra daerah yang jauh dari gebyar metropolitan, aku sangat deg-degan waktu berpapasan lalu mengamati dalam arti bener-bener tak bisa melepaskan pandangan darinya untuk beberapa lama dan akhirnya berujar, “Ah, bener kan.. para selebritis itu memang istimewa!”
Tapi pola pikir mengagumi selebritis itu lantas mulai goyah ketika kuliah dan beberapa kawan dekatku dulu eh… tiba-tiba jadi selebritis, masuk tivi dan bikin album!
Nah ini seru! Ada tumbukan pemikiran yang semula bahwa mengagumi itu menganggap semuanya wah dan wow, tapi setelah kawanku jadi selebritis yang ‘tempat makannya’ pun sama, bahkan pilihan makanannya kadang jauh lebih murah dan sederhana daripadaku, aku mau-tak-mau harus mulai berpikir, “Haruskah aku tetap mengaguminya???”
Pemikiran lalu menjadi semakin terbuka ketika aku dipercaya memimpin redaksi media online yang kudirikan sendiri bersama kawan-kawan, GudegNet, awal tahun 2000 yang lalu.
Sebagai media online yang ingin memberikan informasi alternatif, aku merasa perlu untuk rajin meliput acara-acara musik/seni karena berpikir para pembaca GudegNet, waktu itu, adalah mereka yang hanya bersinggungan dengan internet dan waktu itu toh tak banyak!
Persinggunganku dengan para selebritis kemudian menjadi sedemikian jamaknya.?Jadi, mau-tak-mau akupun lantas terbiasa menghadapi mereka. Tak jarang mereka mengundangku untuk makan malam bersama di hotel tempat mereka menginap, atau menemani mereka selama mereka berada di Jogja dan dari situ, ya semuanya benar-benar terbuka bahwa pandanganku selama ini tentang selebritis itu adalah binatang setengah dewa, salah semua! Mereka adalah manusia biasa yang tak luput dari salah yang ‘kebetulan’ dianugerahi talenta untuk membuat satu karya yang bagus menurut penggemarnya dan Tuhan memberinya kesempatan.
Lalu waktu terus bergulir dan tibalah masa sekarang dimana tanpa harus jadi seorang wartawan sepertiku dulu, kalian bisa sedemikian ‘dekat’ dengan selebritis. Persinggungannya adalah melalui social media. Berbeda dengan di televisi ataupun radio yang sifatnya monolog, di social media, teknologi memungkinkan kita untuk bercakap-cakap dengan para selebritis tadi.
Akibat dari interaksi itu, kita bisa tahu bahwa ternyata para selebritis itu bisa jadi bego juga karena opini-opini mereka yang membuat kita berujar, “Oh, dangkal amat!” atau kalau kata ABG masa kini, “Duhhh… please deh!”
Di social media kita juga bisa tahu ternyata selebritis itu tak selamanya lurus-lurus saja dan bahkan dalam beberapa kali kesempatan kita bisa tahu dan mengorek tabiat-tabiatnya yang ternyata cukup tak senonoh.
Meski harus kuakui ada juga dan banyak selebritis yang memang punya sikap yang brilian terhadap perkembangan jaman; termasuk didalamnya adalah mereka yang memilih berhati-hati dalam bersuara melalui social media ini.
Mereka yang tak aktif di social media bukannya tak bisa melihat ‘kulit asli’ para selebriti kita. Infotaintment, meski dikemas melalui media tradisional, tapi bagiku hal itu sejatinya adalah hal baru dalam pengungkapan sisi yang lain dari para seleb itu tadi.
Makanya aku membayangkan, kalau ada acara musik di Indonesia yang masih harus dipagari satpam antara selebritis dan penggemarnya aku jadi bertanya-tanya, kenapa harus dipagari? Histeria massa ketika sang selebritis muncul seharusnya, berbekal pengalaman ber-social media bersama selebritis yang bersangkutan, sudah cukup meredam rasa untuk emosional mengagumi mereka layaknya tuhan, kan?
Walau meski, kalau seandainya itu terjadi kepadaku terhadap Anggun yang dulu dikenal sebagai Anggun C. Sasmi, sepertinya aku masih perlu satpam-satpam yang memagariku. Kenapa? Bagiku Anggun adalah sosok yang memang benar-benar anggun. Ia adalah tipikal selebritis yang setia pada penggemarnya, maksudku, ketika penggemarnya masih berusia 4 SD, ia adalah sosok yang memesona dengan usia ABGnya, sekarang ketika penggemarnya berusia 35 tahun, iapun tetap memesona dengan usia ‘almost forty’ nya. Bagi selebritis macam dia, kata ‘mengagumi’ yang kupunya tak pernah terbengkokkan maknanya sedikitpun sejak dulu, sejak aku mendapat balasan surat darinya.
Subyektif memang…
dulu aku juga punya anggapan bahwa selebriti itu “wah”. tapi sejak aku tinggal di jakarta dan beberapa kali ke mall, aku lihat para selebriti itu kok jadi biasa saja. pasalnya, dari segi penampilan saja deh, beberapa pengunjung mall itu dandannya nggak jauh beda dengan para selebriti (yg pernah juga kulihat di mall).
aku rasa para selebriti itu adalah orang yang punya kesempatan menampilkan talentanya di depan khalayak, lalu beberapa orang kemudian menggemari karyanya. lalu media mengangkat dan mengulasnya (beberapa kali). jadilah dia selebriti.
selebrity mau tahu wah atau tidak ya dilihat dari cara ngomongnya aja.. Tentunya harus kembali pada definisi celebrities, karena menurutku, semua yang pernah tampil di depan umum dan terkenal ya itu celebrities.
Hanya saja mereka memang setengah dewa, karena harus rela kehidupan privasinya terganggu oleh publik.
Selebritis Manusia biasa emang bener sich, tapi klo ketemu
tetep aja histeris, hehhehheheh
aku tak pernah menganggap selebritis wah :D Mungkin karena aku mrendahkan mereka? maybe… tapi aku tidak pernah punya idola selebritis, yang karenanya aku rela membuang uang jutaan untuk bertemu dengannya dan berdesak-desakan minta tanda tangan atau berfoto dengannya…
selebritis pun tak kukejar-kejar, apalagi presiden **loh** hehehe
Waktu aku baca judulnya aku langsung berfikir damigod. setengah dewa dari dewa yunani.. hihihii..
Mau gak mau ada ‘kelasnya’ tersendiri mas kalau aku. kalau ketemu sama olga misalnya. aku akan sangat malu utk meminta foto bareng. tapi… kalau nicholas saputra, biarpun ditengah kerumunan.. aku mau deh tereak2 minta foto bareng. hihiy
Jadi inget dengan komentar kakak saya yang kerja jadi porter di bandara di Bali, katanya di bandara sih biasa liat artis tapi sikap kakak saya dan orang-orang disana sih cuek bebek. Mau artis atau bukan tidak ada yang peduli katanya.