Seminggu lalu ada seorang kawan bertanya, “Apakah cinta harus disertai baper (bawa perasaan) dan apakah semua yang baper itu pasti cinta?” Aku gak menemukan jawaban tapi penggal pengalaman yang barangkali bisa kalian jadikan acuan. Jadi ceritanya minggu lalu aku pergi belanja kebutuhan mingguan di sebuah pusat perbelanjaan dekat rumah. DI sudut gedung aku menemukan sebuah […]
Arsip Tulisan
Levi’s 501
Selain Sepatu Sketchers, aku mengenakan celana jeans Levi’s 501 saat pertama kali datang ke Sydney, Australia, Februari 2008. Dan seperti halnya sepasang sepatu yang kuceritakan minggu lalu itu, celana ini kubeli di Centro, Ambarrukmo Plaza dan hingga kini masih kusimpan. Yang agak sedikit berbeda, Sepatu Sketchers semakin jarang kukenakan karena sol yang kian menipis tapi […]
Tentang Jogja (24): Latihan Musik di Columbia
Tahun baru 1994, tapi semangatku untuk kembali ke Jogja dan melanjutkan studi di De Britto nggak baru-baru amat. Usai liburan Natal di Kebumen yang menyenangkan, main bareng teman-teman dan berkumpul dengan Papa, Mama serta Chitra, waktunya kini kembali ke Jogja. Mama membantuku mengemas barang termasuk menyelipkan beberapa bungkus klanting, makanan khas Kebumen yang amat digemari […]
Sepatu Sketchers
Hingga saat tulisan ini kurawi, aku masih menyimpan sepatu yang kukenakan ketika pertama kali terbang dari Jogja ke Sydney untuk nikah sipil, Februari 2008. Sepasang sepatu ini ber-merk Sketchers. Ide membeli Sketchers datang dari Momon, kawan lamaku. September 2007 dia datang dari Jakarta ke Jogja untuk berwisata. Momon ‘Beyondsky’ adalah seorang blogger lawas yang pernah […]
Tentang Jogja (23): Nonton di Empire 21 atau Regent 21?
Empire 21 dan Regent 21 adalah dua nama bioskop yang letaknya sebelah-menyebelah di Jl Urip Sumoharjo alias Jl Solo. Keduanya dulu dikenal sebagai gedung pemutar film-film box office Hollywood berlabel 21 yang mula-mula di Jogja. Kehadirannya, terutama Empire, adalah penanda akhir daur hidup bioskop-bioskop lawas Jogja yang sempat jaya di era 70-80an semacam Ratih, Senopati, […]
Cangkir Blirik
Cangkir blirik kupakai setiap hari khusus untuk menyesap kopi. Di toilet, di meja kerja, di depan TV, di mana saja. Kopi yang kutuang kepadanya bisa apa saja. Mau sachet-an, mau bijian pokoknya hitam, pahit, wangi: hajar! Cangkir blirik bagi sebagian orang Jawa memiliki nilai nostalgia. Simbah Buyutku, Simbah Padmodihardjo Putri dulu kalau ngunjuk teh tubruk […]