Are you happy?

15 Mei 2010 | Cetusan

Happy dan Not happy/Unhappy adalah dua hal yang sangat menentukan apakah satu relasi antar manusia di negara ini berjalan dengan baik atau tidak.
Pada saat kamu diterima kerja, pertanyaan yang akan muncul pertama kali dari bos kantor yang merekrutmu adalah “Are you happy to work with me (and the salary as well)?”
Kalau kita gamang lantas menjawab “No, i’m not sure…I’m not happy!” maka proses akan berhenti di situ.
Tapi kalau kamu dengan lantang menjawab “Yes, i’m happy!” maka perekrutmu pasti akan bilang bahwa ia juga happy.
Kenapa? Karena ia tahu bahwa kamu telah siap untuk membalas rasa “happy” mu dengan membuat mereka “happy” :)
Sehingga, jika setelah bekerja sekian lama dan kamu tak berhasil membuat mereka “happy” atau meskipun kamu sudah bisa membuat ia berujar “I’m pleased but not happy” itu berarti PR besar bagimu menanti. Mereka akan menagih dan menagih ke-happy-an mereka darimu hingga kapanpun selama kamu dinilai masih berpotensi mampu membuat mereka “happy.”
Sepasang suami istri yang masih belia pergi ke dokter dengan perasaan kalut menggendong anaknya yang sedang sakit.
“Dok, anakku sakit! Badannya demam tak turun-turun sejak semalaman! Sepanjang tidurnya iapun mengigau tak keruan! Piye ini, Dok?!?” tutur si Ibu dengan suara bergetar karena khawatir akan keadaan anaknya.
“Oh, ok… i’ll have a look!” Sang dokter lantas melakukan tugasnya dengan senyuman dan lemah lembut… memasang stetoskop, menempelkan ujungnya ke dada si sakit, check sana, check sini.. dan berikut ini jawabannya.
“Oh, not to worry! Anakmu nggak kenapa-napa… semua OK, ini cuma gejala cold doang, makanya beri selimut yang tebal dan kaos kaki serta jangan lupa pakaikan topi hangat ketika berada di luar ruangan.”
Dan si ibu tadi mendadak bahagia, bapak pun juga!
“Are you happy now?” ujar dokter sambil menggulung kabel statoskopnya.
“Yes, we are!” Interaksi itupun selesai.
Si dokter lantas mempersilakan orang tua dan anak itu untuk keluar ruangan prakteknya dan digantikan dengan orang lain yang harus dibuat happy juga olehnya.
Seorang wanita tua mendadak kalut setelah tahu bahwa suaminya berkeluh kesah pada koleganya bahwa ia tak lagi happy dengan pernikahan mereka.
“Itulah alasanku kenapa akhirnya aku selingkuh dengan kasir convinient store dekat stasiun, Sam!” ujar si suami kepada koleganya tadi.
“Loh, kenapa memangnya?” sahut si kolega keheranan.
“Ya, karena aku udah nggak happy dengan si Wati lagi!”
Namanya juga negara barat, pernikahan yang sudah berumur puluhan tahun dan menghasilkan lima anak nan gemilang itupun diparipurnakan hanya dengan mendatangi kantor pemerintahan untuk menyatakan perpisahan mereka secara baik-baik. “Dia istri yang baik, nice and good person… tapi, aku sudah nggak happy menikah dengannya!”
Talak pun diberlakukan… sepulang dari kantor itu, si suami ngeloyor pergi bersama kekasih barunya dan si Wati, wanita tua itupun pergi dalam kemalangan dan kesendirian yang abadi.
Kalian mungkin berujar “Sebegitu mudahkah menilai interaksi inter-personal hanya dengan dinilai dari happy dan nggak happy saja?”
Tapi lantas aku berani balik bertanya, justru haruskah sebuah interaksi inter-personal dipertahankan kalau ia tak mampu membuat kalian happy?
Berapa orang pasangan suami-istri yang tak berani berujar happy-unhappy hanya karena larut dalam perasaan ‘tak enak’ atau ‘tak etis’?
Berapa banyak pegawai yang sebenarnya tak terlalu ‘happy’ bekerja di perusahaan tapi harus pura-pura ‘happy’ karena takut dipecat dan malas untuk mencari sesuatu yang lebih baik dan lebih meng-happy-kan meski butuh sedikit perjuangan lebih keras lagi?
Berapa banyak kantor yang barangkali jika mau menuruti aturan sudah bisa dikatakan ‘unhappy’ tapi karena pertimbangan ‘etis’, ‘takut didemo’ dan ‘nggak enak’ lantas tetap mempekerjakan pegawai yang tak membuatnya happy?
Tulisan ini bukan ajakan untuk membuat perpecahan dalam interaksi apapun itu namanya karena bagiku, sampai kapanpun itu, perpecahan tentang sesuatu yang baik adalah pertanda kemenangan si hitam ketimbang si putih.?Tapi pesan yang ingin kusampaikan adalah keterbukaan dan keberanian.?Kalian boleh mengaku sebagai manusia modern yang open mind dan tak tradisional, tapi kalau kalian tak berani untuk setidaknya menakar jalannya interaksi dalam kata-kata yang simple, happy dan unhappy saja, haruskah segala predikat itu tadi dipertahankan?
Jadi, sekarang… kalau kutanya terkait dengan ?pekerjaanmu, ?keluargamu ataupun dengan pertemananmu, beranikah kamu menjawab yang sejujurnya dari satu pertanyaan simple ini, ?Are you happy?
Selamat berakhir pekan!

Sebarluaskan!

50 Komentar

  1. i am not happy until you’re not happy. #keminggris #cuwek

    Balas
  2. di satu sisi saya happy
    tapi ada sisi lain yang unhappy
    absurd ?
    mungkin, tapi nyatanya begitu
    :)

    Balas
  3. i’m happy for sure.. kl ga happy, saya ga jalanin apa yang saya jalanin sekarang :D

    Balas
  4. jujur saja, kadang saya tak merasa happy dengan pekerjaan dan keluarga saya. Tapi bukankah happy itu relatif, kata bapakku kalau kita pandai bersyukur maka kebahagiaan hidup sudah kita raih. Bener gak sih?

    Balas
    • Happy memang relatif, tapi nek menurutku semua yang relatif itu tetap harus dipertegas untuk memberi satu penilaian terhadap sesuatu :)
      Bener ngga? :)

      Balas
  5. happy… ibarat roda kadang di atas kadang di bawah. kadang happy kadang tidak. ada saat di mana kita happy, ada saat di mana kita tidak happy. tapi ada celetukan yg sering aku dengar..happy2 aja euy..dan lagu anak2 yg dari dulu kita dengar.. in here happy..in there happy.. in where are happy…. wkwkwkwkwk

    Balas
    • Hehehe… asal nggak jadi Mr Happy.. ups :)

      Balas
  6. Betapa egoisnya kalo seorang manusia berkata: “aku ingin bahagia” ( egonya: dirinya sendiri yg ingin bahagia tanpa mempedulikan org lain d sekitarnnya)
    aku lbh suka mendengar : ” aku ingin membahagiakan kamu” betapa bijaksana n indahnya klo smua manusia ingin membahagiakan org lain…
    klo km nanya aku don: apakah skrg ini kamu bahagia nit? aku akan jawab : ya aku bahagia… sangat bahagia… meskipun………. yah meskipun… aku yg menciptakan
    mau tau rahasia nya:
    yg harus qta cari dlm hidup ini adalah bagaimana qta agar bisa terus mengucap syukur dlm segala keadaan. dgn mensyukuri segala sesuatu, maka qta akan merasa ” puas ” dan ” cukup ” maka disitulah qta merasa bahagia.
    ……. Kebahagiaan tdk bisa qta cari, krn qta tdk bisa MENEMUKAN. Kebahagiaan yg
    sebenarnya hanya qta sendiri yg dpt MENCIPTAKAN ……

    Balas
    • Sek.. sek.. pertanyaan balikku mudah, kalau kamu nggak bahagia, gimana mungkin kamu bisa membahagiakan orang lain, Nit? :)

      Balas
      • klo seperti ini pertanyaan mu don?? nga bakalan selesai… so ping pong terus… KEBAHAGIAAN hrs qta yg memulai nya ..
        contoh, misal spt d alkitabku ( alkitab qta sama kan ?? ) tetulis: ” Hai suami, kasihilah istrimu spt km mengasihi dirimu sendiri ” . ” Hai isteri tunduklah kpd suamimu … ”
        si suami bilang: bgmana aku bisa mengasihi istriku klo istriku tdk tunduk kpdku. si istri jg bilang: bgmana aku tunduk kpd suamiku klo suamiku tdk mengasihi aku?? nah klo spt ini PING PONG terus kan? tdk akan ada habisnya… nah untuk itu qta yg seharusnya memulai.. dan menciptakan kebahagiaan itu…
        wah… kok sok reli… gini ya…

        Balas
        • Yang pertama, kenapa sih kamu hobi banget dikit-dikit buka kitab suci? :))
          Yang kedua, pikirkan secara mudah, kalau kamu nggak kenyang, gimana kamu bisa kasi makan orang lain.. kalau kamu nggak hangat, gimana kamu bisa menghangatkan orang lain dari kedinginan… dan, kalau kamu nggak bahagia duluan, gimana kamu bisa membahagiakan orang lain?
          Aku nggak keberatan kita reli pendapat di sini, tapi yang fair :) jangan buka kitab suci hihihihi

          Balas
  7. Benar ulasanmu Don, sering kali kita terlalu takut u/ mengambil langkah saat kita merasa unhappy, baik pekerjaan, rumah tangga, bisnis, dll.
    Kalau gue, jelas gw masih pleasant di pekerjaan yang skrg, but not happy. Let see ujungnya nanti akan bagaimana, apakah aku akan happy atau malah unhappy lalu resign kekekeke.. Bs saja.

    Balas
    • Hehehehehe….
      Aku suka dengan orang2 yang sepemikiran, Zee :)

      Balas
  8. Itu yang susah dilakukan di Indonesia Don..
    Dari pengamatanku, orang yang happy di kantor akan sibuk, bersemangat dan tak sempat mengeluh ini itu…
    Jadi kalau orang sempat mengeluh, artinya dia tak happy…dan kinerjanya tak perform, lha bagaimana mau perform wong dia tak happy…
    Jadi, buatlah diri kita happy, agar keluarga kita happy…ibu yang bahagia, akan membuat keluarganya bahagia. Dan kebahagiaan ini dibuat, ditularkan disekelilingnya,….bukan diharapkan, tapi dimulai dari diri sendiri.
    Kalau Donny tanya kepadaku…”Are you happy?”
    Jawabanku jelas… happy…apalagi sekarang, anak-anak sudah selesai semua, saya masih punya pekerjaan yang menyenangkan, bukan dari uangnya (honor mah kecil)…tapi pekerjaan yang berasal dari hobby…atau passion….

    Balas
    • Orang seperti Bu ED Ratna pasti happy karena tau bagaimana membuat dirinya happy… buktinya, orang sekeliling ibu jadi happy karena Bu ED Ratna bikin mereka happy..
      Ah, sebuah simbiosis yang menarik, bukan?

      Balas
  9. Jadi, yang baru itu namanya Wati? Selamat ya, Don!
    *lari-lari kecil*

    Balas
  10. Hehe, terkadang melakukan kejujuran itu kan tak semudah teori nya pak. Dan terkadang masalahnya, dlm memutuskan sesuatu..bukan hanya ke-hapi-an kita sj yg jd pertimbangan, akibatnya kita dipaksa untuk meng-hapi-kan yg unhappy. Seneng ga seneng ya diseneng2in ajah. *asal.ngetik*

    Balas
  11. Inspiratif mas DV. Aku sendiri lagi gamang nih, sekarang ini sedang bergelut dengan usaha yang secara jujur masih dalam tahap inkubasi. sialnya banyak sekali ide ide itu tumbuh jadi belum ada fondasi financial.
    Kaitan dengan job, ada beberapa pihak yang nawari tapi kembali pada soal happy job desc dan tngkat kelangkaan juga expertise yang kumiliki tidak berbanding dengan salary yg diminta. Well, So I decide to keep with my work as Independencian (Entrepreneur maksudnya).
    Balik ke soal Happy. Saat ini Aku Happy :) meskipun terkadang sulitnya hidup membuat hati ini gamang

    Balas
    • Happy itu menurutku tentang sesuatu yang harus dipertahankan dengan segala cara dan melewati segala keterbatasan, Sob…
      Salut untuk idealisme sebagai independencian (nice word, eh)…

      Balas
  12. Konon, kebahagiaan itu jangan dicari, tapi diciptakan. Ada kalanya kita terjebak dalam situasi yang membuat kita unhappy, tapi kita tidak bisa serta-merta keluar dari sana. Dalam situasi seperti itu, menurutku yang terbaik adalah melihat dari sisi yang berbeda, sehingga kita bisa mengubahnya menjadi happy. Pada awalnya mungkin terasa berat dan dipaksakan, tetapi jika kita bisa me-manage perasaan kita, mungkin bisa survive juga.

    Balas
    • Setuju, Bu….
      Itu ‘obat’ paling mujarab untuk tetap kuat ya..
      tapi ini soal bagaimana kita mau jujur untuk mengenali diri bahwa “OK, aku sedang happy” atau sebaliknya “Duh, aku lagi ngga unhappy”
      Komentar Bu Tuti sangat memperkaya tulisan ini…

      Balas
      • setuju dengan bu Tuti :)

        Balas
  13. Orang-orang Indonesia, lebih-lebih orang Jawa, kadang masih mengatakan “aku bahagia” meski sebetulnya kurang bahagia -hanya untuk menjaga hubungan dengan orang lain tetap “ada”. Salam kekerabatan.

    Balas
    • Betul, Pak Guru.. dan pripun menurut Pak Guru, apakah hal itu baik?

      Balas
  14. antara senang dan tidak senang itu jaraknya tipis..
    ehem ehem..ini kunjungan pertama mas DV

    Balas
  15. I can’t say that I’m not happy with my job and family… but I’m not that excited as well.
    Probably by saying “I don’t mind with it” fits more…
    Yaa… I don’t mind being happier too.

    Balas
    • :)) meski diucapkan dalam Bahasa Inggris, tapi menurutku intisarinya, kamu tetap belum bisa berucap, happy or unhappy :)

      Balas
      • ya itu yang bikin bingung hahaha. Happy engga, benci juga nggak… just like a daily routine. Gimana coba? Yang bikin happy cuman hobby…

        Balas
  16. ada yang bilang, konon happy itu bukan utk dicari, mas don, tapi diciptakan. saya kok jadi makin penasaran dengan quote semacam itu.

    Balas
    • Betul Pak Sawali… tapi kita harus bertolak dari pemikiran bahwa ketika kita harus menciptakan ‘happy’ kita harus menyadari bahwa kita butuh ‘happy’ :)

      Balas
  17. I am happy? Yes, sometimes…but this articles, open my heart…nice posting..

    Balas
  18. Menurutku mengatakan happy itu lebih mudah daripada harus mengatakan unhappy, apalagi harus mengatakan unhappy ke orang lain yang sangat dekat sperti keluarga, sahabat, etc. ohhh that’s so hard >.< but is good to make relationship more strong…
    Kalu soal kerjaan bagi saya….. kalau udah unhappy sama kerjaan yang dilakukan, kalau saya lebih baik keluar cari kerjaan yang bisa bikin happy, tragis bener dah hidup kalau harus kerja setiap hari tapi kita sendiri unhappy ngerjainnya, bikin hidup semakin sulit and tersiksa walaupun gaji gede juga. But kalo kita happy sama kerjaanya terus ada unhappy-nya sama orang lain di tempat kerja (except boss) bodo amat kalo saya mah, toh g kerja juga bukan buat menyenagkan orang lain atau bikin orang – orang suka ama pribadi saya. Saya kerja buat mencari bekal (pengetahuan, pelajaran dan tentu saja uang) untuk nantinya saya bikin usaha saya sendiri hehehe….
    Satu hal yang saya percayai bahwa sekalipun kita berada di kondisi yang sangat menyebalkan, bukan berarti kita tidak bisa happy, gunakan kreatifitas kita untuk menciptakan dan memperbaiki kondisi unhappy – menjadi happy. That's my opinion

    Balas
    • Anda bilang kalau nggak happy di kerjaan maka Anda keluar? Good, tapi bagaimana dengan perut keluarga? :) Saya sih mikirnya demikian heheheh…

      Balas
      • Karena saya masih muda dan hidup sendiri makanya saya berani bilang seperti itu hahahaha…. kalau semakin dewasa dan sudah menikah mungkin saya tidak akan berani mengatakan statement seperti itu ;p

        Balas
  19. Hmm… Don, menurut saya happiness itu sesuatu yang abstrak dan enggak long lasting. You can feel happiness right after a deep sorrow, either way your happiness might turn into a deep sorrow in a blink of an eye… (hehehe…jd inget tagline blog saya yang lama dianggurin :-P )
    Jadi Don…menurut saya kalo kita suatu saat lagi nggak hepi dengan suatu keadaan, jangan buru-buru ngambil keputusan prinsipil kayak si bapak yang memutuskan untuk selingkuh ama kasir convenience store. Atau kalo abis merekrut karyawan, jangan lantas memecatnya karena kita nggak hepi sama suatu kerjaannya, karena boleh jadi pada pekerjaan2 sebelumnya dia berhasil membuat kita hepi….
    Pa kabar Dab? Kangen aku dah lama nggak mampir ke siini. A bunch of things to do fro my employer lately :-P

    Balas
    • Hehehehe.. semoga kamu tetap HAPPY meski mengerjakan banyak hal untuk employermu, Bro!
      Welcome back!

      Balas
  20. jika saja semua orang tahu kalo manusia memang didesign untuk unhappy nya lebih banyak dari happynya maka, pencarian sia2 itu tidak perlu terjadi. di alkitab manapun disebutkan, mau Budha, kristen, dll

    Balas
  21. spt buku pengantar bingkisan kataku, kebahagiaan tergantung diri sendiri, tetapi kalau hanya sendirian ngerasa bahagia, buat apa? (eh gak nyambung) hihihi…
    ini sambungannya : memang happy itu harus dibuat antar hubungan. kalau pasrah doang ya tetep gak pernah merasa happy. kalau kerjaan gak happy hrs didiskusikan, dimurnikan (itu buat aku). kalau keluarga hrs bina komunikasi agar tetap sama2 happy. kalau sdh tidak bisa ya tinggal siapa yg menyerah untuk menciptakan kebahagiaan yang ke pengadilan agama buat tanda tangan hehehe… ya toh ya toh?

    Balas
  22. yes, I’m Happy, Sir!
    **bener ndak gitu kalimatnya?

    Balas
  23. pekerjaan?
    … saya nggak happy,
    jadi saya sudahi.
    Semoga lekas dapat yang lebih baik lagi. (jadi curhat?!)

    Balas
  24. I’m happy with my job :)
    tentunya karena aku menyukainya.
    i’m happy with with my life walaupun tidak sempurna tetapi aku suka!

    Balas
  25. rasanya sih aku hepi2 aja kok don… :)

    Balas
  26. Happy gak ya??? Kayaknya saat ini gak Happy…but live must go on

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. Kamu superman? - Donny Verdian - […] tinggi-tinggi antara perusahaan dan pekerja (baca tulisanku tentang pentingnya kebahagiaan di sini). Artinya, dengan latar belakangku yang bisa mengerjakan…

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.