• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Apa yang Bisa Kuberikan Untuk Orang Lain ?

18 September 2008 40 Komentar

packing

Haih!
Nggak terasa sudah tinggal seminggu lagi dan aku harus meninggalkan kantor ini, sementara masih ada buanyak sekali barang yang mesti diberes-bereskan, ditempatkan pada boks-boks
yang telah kusediakan untuk kemudian kubawa sebagian ke rumah orang tua di Klaten dan sebagian lagi ke Sydney.

Masalah terbesar adalah pada soal pakaian.
Aku tak pernah merasa memiliki pakaian yang maha banyak hingga akhirnya tadi, ketika membuka almari pakaianku dan gubrakkk! Apa yang harus kulakukan menghadapi pakaian sebanyak ini?
Bahkan ada yang baru sekali dipakai? Kenapa bisa sebanyak ini?

Lalu akupun jadi ingat bahwa aku bisa menimbun pakaian itu pertama-tama adalah buah dari rasa malasku untuk mengantarkan pakaian kotor ke laundry langgananku.
Aku biasa melempar begitu saja pakaian kotor ke boks khusus pakaian kotor tapi lupa untuk selalu membawanya ke laundry, lalu ketika pakaian di lemari habis aku akan berujar

“Oh, kenapa bajuku pada habis? Ah ya sudahlah aku beli lagi saja”
Lalu belilah aku pakaian baru padahal kalau dulu sudah sarjana barangkali aku akan lebih pintar dan bijak lalu berpikir “Oh jelas pakaian di lemariku habis lha wong pakaian kotorku
masih menumpuk di boks…”

Ah untunglah aku sekarang sudah sarjana.

Lalu bagaimana ini? Kemana harus kubawa pakaian-pakaianku?
“Berikan pada orang lain yang membutuhkan!”
Demikian bisik suara bijak di telinga hatiku (emang ada telinga hati?!?)

OK, kulakukan.. mulailah kukeluarkan semua koleksi pakaianku lalu kupilah-pilahkan mana yang masih kusukai dan mana yang bisa kuberikan pada orang lain.
Sepotong demi sepotong pakaian sudah kupikirkan dan ternyata… cuma ada tiga potong yang menurutku bisa kuberikan pada orang lain dan selainnya itu …
tak terlalu kurelakan untuk kuberikan pada orang lain.

“Semua masih terlihat bagus-bagus, kenapa harus diberikan ke orang lain?” gumamku yang seorang sarjana baru.
Andai saja aku sudah sarjana sejak lama barangkali aku akan memberi jawab atas pertanyaanku sendiri itu dengan “Oh ya jelas masih bagus-bagus lha wong rata-rata cuma dipakai sekali
lalu teronggokkan begitu saja di lemari!”

Yah maafkanlah, namanya juga sarjana baru, baru saja jadi sarjana.

Persoalan kedua yang sama persis dengan soal pakaian adalah apalagi kalau bukan koleksi buku.
Oh, jelas, koleksi Pramoedya Ananta Toer-ku tak kan kuberikan ke orang lain sampai kapanpun, maka kusisihkan terlebih dahulu sekitar 40-an bukunya ke dalam boks tersendiri.

Lalu sisanya?
Mulai kupilah-pilah satu per satu dan ini lebih parah ketimbang pakaian karena tak satupun yang sanggup kujadikan buku yang “bisa” kuberikan ke orang lain.
Rasa-rasanya aku tak pernah membeli buku yang aku tak suka untuk membacanya dan mengulang-ulang lagi membacanya, maka itulah alasanku untuk tidak memberikannya!

Lalu CD? Nah ini masalah pula karena sama dengan buku, aku tak pernah membeli CD yang tak kusuka maka dari itu jelas tidak ada yang kuberikan ke orang lain pula.

So apa yang bisa kuberikan pada orang lain?
Entahlah… barangkali nanti saja dekat-dekat Lebaran seperti biasa aku akan memberikan bingkisan bagi para Tunggonono yang telah setia menemani, bukan barang bekas tapi barang baru.
Untuk orang lainnya lagi? Wah, entahlah belum terpikirkan tapi barangkali doa adalah hadiah terbaik bagi mereka (sekaligus alasan betapa pelitnya aku untuk memberikan apa yang telah
menjadi milikku selama ini!)

Ya Bapa, ampunilah aku!

Sumber foto.

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Aku, Tunggonono Ditag dengan:tunggonono

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. Angga mengatakan

    18 September 2008 pada 12:19 pm

    berikan eksistensi.
    bahwa Anda akan selalu bertiwikrama dalam bentuk bentuk lucu disekitar Mereka. ntah itu kursi, secangkir kopi, atau bulan yang temancep di pucuk triangle.
    tapi nek tak pikir pikir.., apa gak rebyeg memboyong pakaian sekarung gaban melintasi lautan?, Sydney ki adoh tenan lho Boss..

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 12:19 pm

      Walah, yang pasti nggak kuangkut semua kok, paling cuma beberapa… nanti selebihnya dicicil tiap tahun ketika mudik :)

      Balas
  2. ladangkata mengatakan

    18 September 2008 pada 9:35 pm

    horeeeeeee yang pertama…hehehhe
    koleksi PAT nya lebih mahal dari baju paling berkelas sekalipun…buku yang tak boleh dipinjamkan (karena tak harap kembali) dan ditinggalkan…
    selamat jalan mas donny, semoga sukses…

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 9:35 pm

      Betul Mbak, koleksi PAT itu kuperoleh dengan darah dan ehhh salah dengan uang yang cukup buanyak hahaha…

      Balas
  3. fenny mengatakan

    18 September 2008 pada 11:37 pm

    wah jadi inget minggu besok ada kegiatan amal ke panti asuhan…. nyari donatur itu ternyata gampang2 susah ya…
    kalo aku memang ga bisa nyumbang banyak, tapi tenagaku siap untuk membantu yang membutuhkan….

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 11:37 pm

      Aku percaya donatur itu pilihan Tuhan, makanya gampang-gampang susah.. susah-susah tapi sebenarnya gampang :)

      Balas
  4. eRiKa mengatakan

    19 September 2008 pada 1:18 am

    Woooo lha emang dasar kemproh hehehehe pakaian kotor ga di loundry :p
    hmm.. sayang diberikan kepada orang lain karena masih bagus dan barang kesukaanmu atau pelit yah? hehehehehehe *piss*
    sukses yah di Sydney, smoga tidak lupa dengan Indonesia dan Jogja tercinta. Dan kembalinya ke Jogja sudah dengan Donny Junior ;)
    Salam bwat mbak Yayang.. hepi bday to mbak Yayang, meski telat :)
    truss truss farewell e kapan kie?

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 1:18 am

      Ah kowe ki cen gembus!
      Farewell mau seribu kalipun kamu juga nggak akan datang karena kegemukan .. ehh salah, maksudku karena kesibukan :)

      Balas
  5. Ikkyu_san mengatakan

    18 September 2008 pada 8:59 pm

    hihihi…memang harus pindahan supaya bisa membuang atau mengurangi barang. Dan kadang aku juga terpaksa buang sambil minta maaf kepada Bapa… bukan maksudku untuk membuang rejeki, semoga Bapa mengampuni aku.
    kata orang Jepang, OMOIKITTE …terjemahan bebasnya Buang sambil TUTUP MATA!!!
    gambatte ne

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 8:59 pm

      Yup! Makanya ketika harus memilih itu yang paling susah…

      Balas
  6. Leah mengatakan

    18 September 2008 pada 10:09 pm

    kayaknya itu problem semua pengantin baru dech :)
    kalo masih ada kamar kosong di rumah klaten bikin aja jadi kamar khusus buat nyimpan barang2mu. Sapa tau pas mudik ke indonesia ( klaten) bisa bernostalgia di kamar itu bersama istri. Eh bisa juga buat ortu dan adikmu jika kangen kmu.
    Hanya saran abaikan jika tidak penting ahahaha

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 10:09 pm

      Memang, memang benar Bu Leah.
      Saya tidak akan membawa begitu banyak barang untuk ke Sydney, cuma sedikit lainnya ditinggal untuk.. untuk diambil lagi taon depan huahuaua:)

      Balas
  7. DM mengatakan

    18 September 2008 pada 10:59 pm

    Don, aku masih belum bisa berkomentar banyak. Terlampau sentimentil. Tapi satu hal, Don: kamu sudah memberikan banyak!

    Balas
    • DV mengatakan

      18 September 2008 pada 10:59 pm

      Bung, ketika kita berbicara soal takaran yang ada adalah kaedah yang subyektif bukan?
      So, banyak-sedikit, luas dan sempit itu ya tergantung, kalau Tunggonono bilang “Wang sinawang”

      Balas
  8. Yoga mengatakan

    19 September 2008 pada 6:20 am

    Manusiawi banget–kalau kasusnya buku sama kita Mas! :)

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 6:20 am

      Hihii itulah makanya Mbak, beberapa waktu di belakang ketika ada orang menawariku untuk ikut jadi donatur buku dalam sebuah gerakan berbagi buku aku jadi pihak yang paling nggak enak hati, karena apa.. ya karena aku bingung gimana memilah-milahnya? :)

      Balas
  9. tanti mengatakan

    19 September 2008 pada 7:18 am

    Kalau memang nggak bisa memberikan baju dan lainnya (dasar pelit ;) )… satu hal yang pasti bisa dan sudah kau berikan buat mereka adalah : kenangan mereka bersamamu, itu lebih berarti dibanding semuanya….
    Jauh dimata tapi dekat dihati,
    isnt that so sweet?

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 7:18 am

      Ihh manisnya.. co cweett :)

      Balas
  10. afwan auliyar mengatakan

    19 September 2008 pada 7:27 am

    wew… dah mulai bijakkah sekarang om sarjana !?!?

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 7:27 am

      Bijak sbenernya dari dulu tapi bijak dan sarjana baru sekarang :D

      Balas
  11. joyce mengatakan

    19 September 2008 pada 8:41 am

    hon, inget… lemari bagian kamu cuma yang di sebelah kanan itu. yang kiri, tengah dan lemari yang di kamar tamu bagianku ;) abis aku liat liat… gak ada yang bisa dibuang atau dikasi ke charity ;p

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 8:41 am

      Honey-ku kirim comment hihihi.
      Kamu kok belum tidur, ini kan udah malem banget di sana…
      Kalau aku cuma dapat jatah yang kanan ya nanti aku pergi ke IKEA trus beli lemari sendiri, Hon hihihi :)

      Balas
  12. mascayo mengatakan

    19 September 2008 pada 9:34 am

    barangkali bukan ndak mau memberikan “barangnya” .. tapi itu lho .. kenangannya!
    percaya deh kalo cuma pakaian seribu dua ribu, pasti mampu beli yang baru, bukan begitu ?
    selamat jalan mas, sehat dan sukses selalu ..

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 9:34 am

      Betul Mas Cayo, tepat sekali :)
      Terimakasih doa-doanya…

      Balas
  13. sawali tuhusetya mengatakan

    19 September 2008 pada 3:12 pm

    wah, mulai kemas2 mas donny nih rupanya, hehehehe …. saya mengucapkan selamat mencari dan menemukan hunian baru, mas donny, semoga proses migrasi ini mendatangkan banyak hikmah dan berkah, amiin. wah, salut banget dg koleksi buku2nya alm. pram.

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 3:12 pm

      Mohon doanya Pak Sawali…

      Balas
  14. mantan kyai mengatakan

    19 September 2008 pada 5:02 pm

    udah peking yah mas. selamat berangkat ke sidni ajah deh. sampean boleh kok memberikan segepok dolar ke tempat sayah…huahahaa

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 5:02 pm

      Huahuahua, cuman masalahnya kalau ada segepok dollar lalu dimana tempat menukarnya? Mesti ke Surabaya jauh juga dari rumah Anda hahaha…

      Balas
  15. SQ mengatakan

    20 September 2008 pada 3:51 am

    wah. Selamat bertualang di lain negeri. Jangan lupa berbagi pengalamannya. Tidak perlu banyak. Tapi seperti tulisannya, sangat bermakna :D

    Balas
    • DV mengatakan

      20 September 2008 pada 3:51 am

      Pasti, Pak.. Pasti akan saya tuliskan semuanya di sini.

      Balas
  16. edratna mengatakan

    19 September 2008 pada 8:58 pm

    Anakku cuma bawa sekoper…cek juga lho, berapa berat koper maksimum yang dibolehkan?
    Saat mau berangkat ke Australia, si sulung juga cuma bawa baju sekoper, pulangnya malah cuma baju yang menempel di badan, yang lain dibagikan ke land lordnya. Bulan kemarin juga cuma bawa satu koper, dia bawa CD juga, sambil kawatir takut ditahan imigrasi. Kalau laptop kebetulan isinya Linux, jadi tak ada masalah. Meski begitu, kopernya ditahan di imigrasi Chicago OHare, di register dan diperiksa satu persatu….dan dia disuruh langsung ke tempat mau menunggu boarding.
    Saat saya ke Brisbane melalui Sidney (pakai Quantas), pemeriksaan di Sidney super ketat, sepatu teman cowok di periksa pakai semacam sinar, baju yang dipakainya di pegang-pegang, dan ada cewek yang hampir menangis karena isi koper yang banyak makanannya disuruh tinggal. Saya aman aja, karena masuk deretan “declare” dan saat ditanya petugas, apa yang di declare, saya bilang “personal medicine”.
    Pulang ke Indonesia pemeriksaan mereka tidak ketat.

    Balas
    • DV mengatakan

      19 September 2008 pada 8:58 pm

      Wah, Ibu.. saya pernah merasakannya, Waktu ke Sydney awal tahun lalu saya aman-aman saja datangnya karena kebetulan lagi ramai penerbangan petugas custom nya kayaknya kerepotan dan tidak memeriksa tas saya sama sekali, yang susah waktu pulang balik saya hampir ketinggalan pesawat karena ternyata di dalam tas saya ada cairan sehingga harus buka satu per satu lalu ditutup lagi.
      Saya rencana juga cuma akan bawa satu koper baju plus dua boks gitar, maksimum berat hanya 20 kilo tapi dapet dua kali, so totalnya 40 kilo karena saya berangkat bersama istri.

      Balas
  17. Arie mengatakan

    20 September 2008 pada 10:20 am

    Menerima!! pakaian bekas untuk di salurkan kepada yang membutuhkan
    :))

    Balas
    • DV mengatakan

      20 September 2008 pada 10:20 am

      Hehehehe, sayangnya ya itu yang tertulis di atas, nggak tega dan belum rela huahuahua

      Balas
  18. qizink mengatakan

    21 September 2008 pada 4:37 am

    Sebuah persembahan yang menarik untuk kawan…
    DOA…
    tak ada yang paling berharga, selain ungkapan tulisan untuk kebahagiaan bersama.

    Balas
    • DV mengatakan

      21 September 2008 pada 4:37 am

      Hahahaha, bisa baik bisa nggak baik :)
      Baiknya, DOA dengan tulus, dan nggak baiknya kalau cuman alasan karena pelit aja huahuaa

      Balas
  19. Lala mengatakan

    21 September 2008 pada 11:32 pm

    argh,
    paling repot tuh kalau udah harus memilah-milah, barang mana yang musti dilungsur dan mana yang masih harus disimpan.
    Nilai sentimentilnya itu lho… bikin nggak tega…
    Aku juga sama kayak kamu, Don.
    Males nyuci,tau-tau nggak ada stok baju. Walhasil, beli lagi deh… haduh, padahal aku udah sarjana dari tahun 2003 kemarin lho.. :D

    Balas
    • DV mengatakan

      21 September 2008 pada 11:32 pm

      Berarti bajumu banyak dong, La!
      Ayo photo-photo!

      Balas
  20. bud mengatakan

    25 Juni 2009 pada 9:42 pm

    iya..

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Juni 2009 pada 9:42 pm

      enggak

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT