Banyak orang menyangka hidup di Australia, tepatnya Sydney, adalah seperti halnya hidup merantau di sebuah tempat yang terpencil, senyap dan jauh dari bau Indonesia. Teman-teman yang kebanyakan kutemui di situs jejaring sosial di internet sering memancingku mengiming-imingi sesuatu yang berbau “Indonesia” yang menurut mereka tidak dapat kutemukan di sini.
Kenyataannya? Meski ada beberapa yang memang berhasil membuatku semakin kangen, tapi kebanyakan bisa kudapatkan semuanya di sini.
“Kamu nggak kangen makanan Indonesia, Don?”
Oh sobat, ketahuilah….
Jumlah keseluruhan jari tanganmu akan lebih dari cukup untuk menghitung berapa kali aku makan makanan bule pada hari-hari kerja.
Sejak hari pertama aku datang hingga sekarang aku tetap menyantap masakan Indonesia dan sangat jarang menyantap makanan-makanan non Indonesia apalagi makanan Eropa kecuali weekend dimana aku memang ingin merasakan sesuatu yang berbeda.
Untuk makan siang dan malam di hari-hari kerja, aku dan istri sepakat menggunakan jasa catering masakan khas Indonesia yang jumlahnya jika dihitung-hitung di seantero Sydney lebih dari tiga itu. Jadi jangan salah, setiap hari aku biasa makan empal, gado-gado, bakmie, sup ayam, tempe dan ayam semur juga rendang daging! Bosan dengan masakan catering yang satu, bisa ganti ke catering service yang lainnya.
Rasa masakanannya pun bisa dibilang OK!
Mereka, para pemasak catering itu kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga yang dulu tinggal di Indonesia lalu bermigrasi ke sini jadi mereka sudah cukup ahli untuk membawa nuansa rumah ke dalam masakan mereka.
Dan untuk mendapatkan bahan baku masakan pun juga tidak terlampau sulit.
Bosan catering?
Larilah ke kawasan Eastern Suburb. Di kawasan yang banyak terdapat orang-orang Indonesia dan mahasiswa tinggal itu ada setidaknya lebih dari empat restaurant penyaji masakan Indonesia. Kamu mau cari gudeg? Atau barangkali kangen dengan sop buntut, martabak, empek-empek ataupun nasi goreng ndeso lengkap dengan telor ceplok mata sapi dan sambal yang nendang?
Semua ada di sana, Bos!
Ah, itu kan makanan formal, gimana kalau camilan khas Indonesia seperti kacang Garuda yang kusuka itu?
Eits, you know, di sini ada sebuah toko namanya White Lotus. Judulnya sih Asian Grocery tapi hampir 90% isinya adalah barang-barang khas Indonesia termasuk Kacang Garuda, Kacang cap Dua Kelinci, Jahe Wangi, Ting-Ting Gepuk, tempe dan bahkan kerupuk udang pun tersedia tentu dengan harga yang cukup mendebarkan jantung jika dikonversi buta dengan rupiah.
“Kamu nggak kangen berita infotaintment ataupun politik Indonesia, Don?”
Jawabanku adalah enggak karena aku makhluk internet dan semua bisa diakses di internet, bukan?
Kalaupun tak ada internet, jangan kaget kalau aku begitu mudah mendapatkan majalah TEMPO di sini.
Tinggal pergi ke White Lotus yang kusebut di atas tadi lalu mencari ke rak majalah dan bukan hanya TEMPO tapi GATRA, bahkan MISTERI pun tersedia. Selisih waktu antara waktu terbit dan edar di Australia-nya pun cuma sehari. Kalau dulu di Jogja aku mendapatkan majalah TEMPO dari loper senin siang, di sini selasa sore, majalah kesayanganku itu bisa didapatkan dengan mudah :)
Kalaupun majalahnya tak ada di rak?
Si Engkoh pemilik White Lotus pernah bilang kepadaku,
“Gampang deh! Loe sebut aja majalah yang mana entar gw ambilin dari Indo asal… asal loe bener-bener ambil!”
Nah loh! Asal nggak mesen Eni Erow atau Playboy Indonesia… ah, emang masih ada?
Selain itu, di setiap rumah makan Indonesia kita juga dengan mudah mendapatkan buletin gratis komunitas Indonesia di Australia yang bertajuk INDOPOST. Harus kuakui, topik, pembahasan dan pembahasaannya sangatlah berbeda dengan majalah-majalah di Indonesia akan tetapi isinya cukup “menghibur” dan gratisnya itu lho… tinggal comot kok repot :)
“Kamu nggak kangen berbahasa Indonesia, Don?”
Halah, emangnya aku ini menikah dengan bule, apa?
Istriku kan ya orang Indonesia, so tiap malam ya tetap berbahasa Indonesia kecuali kalau pas lagi pengen nggaya njuk tau-tau berceletuk “How was your day, Hon?” Tapi ya ndak lama lha wong empat-lima kali balas-membalas dalam bahasa Inggris tau-tau aku sudah stuck ndak bisa menjawab dan balik-baliknya ya ke Bahasa Indonesia lagi :)
Itu di rumah, di tempat-tempat umum, yang namanya makhluk Indonesia juga buanyaknya tak terkira.
Memang wujudnya kadang nyaris tak bisa dibedakan dengan orang-orang dari Philipina, Thailand, China dan Malaysia, tapi beneran deh, tak lama kamu tinggal di sini, kamu akan bisa membedakan mana orang Indonesia dan mana yang bukan.
Meski tak semua, tapi aku patut bangga, orang Indonesia memiliki style yang berbeda. Dandanannya lebih santun dan behave serta lebih tinggi, modern ketimbang mereka :)
Ini beneran!
Atau kalau mau masuk ke sarangnya ya mampirlah ke eastern suburb.
Suburb yang termasuk kawasan elit-nya Sydney itu, boleh percaya boleh tidak, sebagian besar propertinya malah dikuasai orang-orang Indonesia. Beberapa gereja juga bahkan memiliki jadwal perayaan ekaristi/misa berbahasa Indonesia yang diadakan setiap minggu.
Jadi, sebenarnya kalau kamu tinggal di sini dan kangen berbahasa Indonesia itu malah ndak wajar sekaligus menandakan kamu memang malas belajar bahasa Inggris … :)
“Lha kalau berbahasa Jawa, Don? Ndak kangen juga?”
Ealah….
Kubilangi ya… di sini ada satu komunitas yang kebetulan aku lupa namanya… Komunitas itu adalah komunitas orang-orang Jawa yang hidup di Sydney tapi sampai saat ini memang aku belum pernah menghubungi mereka.. Kupikir nanti-nanti saja dulu.
Tapi kalau soal teman, hingga saat ini setidaknya aku punya satu teman akrab yang asalnya dari Jogja dan bekas temanku nongkrong waktu masih sama-sama tinggal di Jogja, Gula namanya.
Dia cewek, tapi slebor juga :)
Tinggalnya di Newtown, sekitar 35 menit dari rumah jauhnya.
Waktu belum bekerja, nyaris seminggu sekali aku selalu main ke apartementnya, tapi karena sekarang aku sudah bekerja, setidaknya sebulan sekali bersama istriku dan Ari, kekasih Gula, kami masih sering bertemu, makan bersama dan apalagi kalau bukan ngobrol bersama dalam bahasa Jawa.
Atau kalau bener-bener kangen misuh-misuh ya tinggal angkat telepon kapanpun menghubungi Gula lalu memulai obrolan dengan sesuatu yang seru seperti misalnya,
“Lagi nang endhi Su? Biajingan adem tenan Cukkkk dino iki!”
Beres tho?
“Kamu nggak kangen siaran televisi atau radio Indonesia, Don?”
Eits, jangan salah lagi! Di sini kamu tinggal keluarin 900 AUD untuk beli parabola dan mendapatkan hampir semua siaran televisi Indonesia lho! Aku memang belum punya, tapi nanti akhir tahun setelah rumah baru selesai dibangun dan kami semua pindah ke sana, aku berencana untuk membelinya. Perkaranya tinggal perbedaan waktu saja.. tapi sepertinya bakalan tak jadi soal karena kebetulan infotaintment-infotaintment kesukaanku serta acara berita nasionalnya kan masih cukup sore untuk dinikmati di sini.
Atau kalau belum beli parabola kayak sekarang ya tinggal buka youtube tho :)
Meski terpotong-potong tapi aku suka mencari rekaman televisi Indonesia mulai dari pidatonya Pak SBY sampai Tukul Arwana dengan Bukan Empat Mata-nya…. Itu gampang dicari, Mbakyu!
Soal radio?
Ehem-ehem, dengan bangga kusebutkan bahwa perusahaan tempatku dulu bekerja di Jogja adalah pemilik situs Jogjastreamers, penyedia layanan radio streaming khususnya untuk operator-operator yang ada di Jogja – Solo. So, mau Geronimo, Swaragama ataupun Retjo Buntung, tinggal buka website nya, gedein speakernya dan kamu serasa di Jogja!
“Kamu nggak kangen keluarga dan teman-teman, Don?”
Lha kan ada facebook? Telpon juga mayan murah dan halah.. kalaupun kangen buanget ya tinggal pesen tiket untuk pulang pergi tho.
Lha wong Indonesia itu cuma 6 jam perjalanan lho, kok repot :)
Wah, kalau begitu sudah benar-benar nggak ada yang dikangeni dari Indonesia rupanya, Don?
Enakmen! Ya masih ada… buanyak malah…
Apa-apa yang kusebutkan di atas itu kan kunikmati karena ku tak bisa dapatkan dari sumber asalnya langsung, Indonesia.
Yang pasti,
aku kangen menghirup udara Indonesia.
Aku kangen mendengarkan suara adzan yang lima kali dalam sehari saling bersahut-sahutan dari masjid-masjid di Indonesia (di sini masjid ngga berloud speaker).
Aku kangen mendengar suara motor yang knalpotnya disembret-sembretkan dan membuat lekak telinga.
Aku kangen angkringan Lik Man dan suara kereta api yang pergi dan datang di Stasiun Tugu.
Aku kangen brand name makanan asli Indonesia seperti Ayam Goreng Suharti, Mbok Berek dan masih banyak lagi…
Aku rindu melihat gunung terutama Gunung Merapi karena di sini tak ada gunung sama sekali yang bisa tampak kecuali perbukitan datar yang tak terlalu tinggi.
Dan terutama sekali, aku rindu untuk menyapa kalian secara langsung, menggenggam erat tangan-tanganmu, memeluk dan dipeluk simbok lan bapak juga adik…
Bagiku, semuanya tak bisa sepenuhnya saling menggantikan dan tergantikan.
Selalu ada satu dan banyak hal yang memang ada di tempat aslinya dan baru bisa kita nikmati ketika kita berada di sana…
di Indonesia tercinta!
lotze nang angkringan kangen ora Don ?
Huahahahha, lotze podka cap akar rumput?
Kangen banget..:)
hehehe..seneng aku baca tulisanmu ini, don.
Menghibur.. dan memberi kesan, dirimu masih orang jawa tulen.
Ya, Indonesia.. tidak selalu, tapi daku bangga ;)
Indonesia memang membanggakan karena kita berasal dari sana :)
aku bangga padamu, mas. :D
kalau tidak berlebihan, saat ini perumpamaan yang tepat untukmu adalah “Kacang yang tak lupa akan kulitnya”.
eh mas, bagaimana pendapatmu mengenai “kasus” ambalat Indonesia >< Malaysia saat ini?
Wah, saya belum apa-apa Mas Samsul…
Kasus Ambalat?
Hmmm entahlah tapi yang menjadi pertanyaan saya sebenarnya apa sih yang membuat Indonesia begitu sabar terhadap Malaysia ketimbang dengan negara lain yang sebenarnya tak menyenggol kedaulatan Indonesia sama sekali seperti misalnya Israel dan Amerika Serikat? :)
woaalaaa mas don…kamu tuhh penggemar majalah misteri??? *geleng2*
kangen hantu indonesia ga? hhehehehehehehehehehe…. :P
Hahaha.. kebetulan istri yang suka, aku sih nggak suka.
Aku takut hantu makanya ngga suka majalah itu :)
White Lotus is the best mas :)
Yoa dot com
White Lotus is the best mas :)
ihik…postingannya bikin gue mo nangis…*srooot!*
Srot juga ah..:)
Pilpres ikut nyontreng?
jd, jane kowe meh crito nek kowe sik rung tek doyan panganan bule to? :p
Hahahaha ora ngono kuwi… Aku iso mangan panganan bule tapi nek ono masakan Indonesia yo ngopo kudu ganti? :)
Yo pho ra?
asline, sakjane, kowe ki lagek kangen karo omah ta, dab ?
wis ndang bali klaten sedelok ! :)
Huahuahua.. titis tenan lehmu nembak, Kang:)
Yo nek kangen ki wajar lha wong omah simbok lan bapak, masalahe rak implementasi (halah) mulihnya kuwi kapan… Pengenku sih selama mungkin nang kene nganti bener-bener pengen bali … lagi mulih ra kethang seminggu pho rong minggu :)
Yo ra :)
Rencananya ikut…dikau?
Pengennya demikian..
Tapi liat-liat ah, kalau pas lagi pengen ya brangkat, kalau ndak ya udah ndak apa-apa :)
Siapapun presidennya, aku tetap orang Indonesia :)
ndak kangen sama alnect mas?
**loh, kok malah promosi sih?** (idiot)
Alnect? Merk lem?
“kamu nggak kangen ama BANJIR di Jakarta don ? hehehe
Banjir jakarta? Sorry bos, dulu gw tinggal di Jogja :)
Njang balio… mung sedelo ya ra po2
nek kesuen iso2 iki blog isine pamer2 barang2 Indo neng Ozy kono.
Barti tenan jare koncoku, neng sidney and Melbourne, noleh sidik yo wis ketemu wong Indo. Wuakeeeh rek !
Hahahahaha…. bukan njang tapi ndhang…
tempe sih tempe .. lha tempe bacem ono pho rak?
nek ra ono, mulih o kene,
rasakno dhewe tempe baceme emak ne Zia
maknyeemmmm tenan .. :)
Kowe ngerti ra, dari sekian ratus ribu jenis makanan, aku paling anti sama tempe bacem.. Dadi ra pengen hahah :)
sing ngangeni iku wetenge . . . . pengin kaman terus . . . .
ngakak dot com
Berarti kalo orang Indonesia kesana, tidak perlu khawatir lagi ya… Serasa di kampung sendiri…
Betul :)
Eh, Mas.. tenan pho kw kangen suara adzan ..??
Hwaaa,, aku terharu Mas .. Aku bangga padamu.
Walopun tinggal di luar, kamu emang lebih ber-bhinneka ketimbang orang yang seumur hidup dari lahir sampai (mau) mati tinggal di Indonesia.
Nek bali kabari aku yoo, tenan ki :D
Beneran Muzda.
Adzan itu ngangenin meski aku bukan non-muslim.
Nek bali aku mesti ngabari kowe, ketemuan yo! :)
Don,
berbahagialah karena ternyata di sana lebih mudah mendapatkan suasana Indonesia dibanding di Tokyo. Masih amat sangat ketinggalan. Mungkin karena apa-apa mahal ya di sini jadi jarang yang mau impor barang Indonesia yang peminatnya kurang. Itu soal makanan dan pernak-pernik.
Kalau perkumpulan, memang ada jika tinggal di dalam kota tepatnya di Kampung Melayu (Meguro). Karena kebanyakan diplomat dan orang Indonesia tinggal di situ, tapi untuk yang menikah dengan japanis, biasanya tidak mau tinggal di situ. Menghindari gossip dan intrik.
Adikku ada di Tokyo juga, tapi sebulan sekali saja belum tentu kita bertemu. Aku kangen benar bahasa Indonesia, makanya aku berbahasa Indonesia di blog kan? TV sih aku ngga kangen …hehhee
Tapi aku juga kangen suara azan, kangen banget. Suara burung-burung di pagi hari. Kangen bau tanah…. karenanya aku tidak pernah berpikir untuk asimilasi. Sedang menghitung hari kapan bisa mudik lagi …hiks…
Ya, Mel! Makanya pindahlah kemari hahahaha….
Teman dekatku bilang waktu tahun 80-90an, warung-warung Indonesia belum terlalu banyak tapi 90-00 adalah puncaknya :)
Kangen Misuh ?? ehm..emang sih begitu aku nyoba misuh pake bahasa Inggris malah gak onok gregete
coba mo bilang munyuk : monkey
coba bo bilang asu : Dog
mo bilang diancuk : at ancuk
gak manteb tenan yo Don?
(lha kok aku malih melu-melu misuh)
Hahahaha… kangen misuh sih nggak lha wong misuh yo kari misuh kok :)
apa enggak kangen keluarga dan kesemrawutan indonesia mas?
Kangen Mas :)
Santoso buka cabang gak ng kono dab?
Huehuehuehuehue
Hahahaha, lha kuwi sing ngangeni :)
indonesia tetap ibu pertiwimu dimanapun kau berada kini,,,,,
Ibu saya udah ganti nama :)
Wah, serasa di Indonesia ya?
Saya jadi pingin jalan
Salam kenal juga :)
hmmmm… bangga, cinta sama Indonesia. Banggakah Indonesia memiliki kita ? :)
Kangen sama Indonesia,
kangenkah Indonesia sama kita? Teman-teman sih pasti kangen, tetapi negara dan aparaturnya kangen gak ya sama wni yg tinggal di luar? :D
Bangga nggak bangga, kangen nggak kangen saya tetap bangga dan kangen Indonesia..
Saya ndak butuh dikangeni aparaturnya meski mungkin mereka kangen devisanya :)
ya..
yang penting juga kita ga pernah lupa daratan…
Indonesia Raya,,
Ya ya ya dot com :)
syukurlah kalau mas donny sudah bisa merasakan kenyamanan hidup di negeri kangguru karena apa pun bisa ditemukan di sini. tapi tidak lantas berarti mas donny akan terus tinggal di sini, kan? hehe …
Hehe Pak, sampai sejauh ini saya malah belum terpikirkan untuk hidup di Indonesia lagi… Entah nanti :)
duh.. jadi pingin ngerasain merantau di negeri orang setelah baca postingan ini.
Wis pokok ta enteni. Kandani ancer-ancere. Janjimu nang Bandung lho yo. Karo Joyce (aja karo Windy! Hihii…)
Yoh, suk nek bali aku mesti mampir mBandung, sowan sing mbaurekso mBandung lan sing mbaurekso poro wedhok ing tlatah blogoesphere indones… DM :) (Windy ra dijak soale sibuk dadi pegawaene bule) :)
Indonesia Tanah Airku
Aku Cinta Indonesia
bener khan mas??
Kapan-kapan kalau ke Australia aku boleh mampir dong?
Hehehe…
indonesia emang kurang ngangenin..
saya kok ndak kangen Indonesia ya, mas? :p
judulnya bikin kaget..kirain dah ga indonesia.. ternyata.. ups..melegakan..seburuk apapun bangsa ini.. inilah bangsa kita. btw, kapan terakhir ke yogya..? seminggu lalu saya baru mengunjungi yogya (satu bulan yang lalu juga..hehe)…pasti tambah kangen tu.. salam kenal yaa..
Saya senyum2 sendiri bacanya…..lha Australia itu kan dekat banget dengan Indonesia, apalagi Donny didampingi isteri…ya jelas akan bahagia sekali. Kalau sesekali kangen (sama ortu, adik), sekarangpun komunikasi makin canggih, bisa lewat telepon (dari Australia lebih murah), pake sms, YM, email dan lain-lain. Beda waktunya juga cuma sekitar 3 jam….
Semoga Donny memang nggak kangen, supaya bisa kerja dengan baik di Sidney.
Nek lagi kepengen sengsu kowe nggolek nang endi Don……..
Wes ra doyan sengsu meneh jhe, Dab :)
nek borjo ngarep kantor bos?
Wah, nek kuwi tiada duanya..;)
Hasyu malih kangen tenanan iki!
Selamat pagi mas. :D [di sini pagi soale]
Menajawab pertanyaanmu di blogku.
Aku asli Kebumen mas, lahir di Kebumen, besar juga di Kebumen. Oh iya, aku sering ngajar privat Matematika adik2 kelasmu di SMA Kolese De Britto. Saluut, anaknya pinter2 banget. :D
Aku tinggal di desa Surotrunan mas, kecamatan Alian, yang ada pemandian air panas Krakal itu loh. :mrgreen:
O ya..ya..ya.. aku ingat sekarang :)
Krakal masih buka? Aku dulu beberapa kali pernah ke sana karena tetanggaku kerja di Krakal dan oleh karenanya aku tak perlu bayar untuk masuk dan mandi di sana :)
Wah, kamu ngajar privat ke anak-anak de Britto :) Gondrong-gondrong nggak? Kalau nggak disuruh keluar aja dari De Britto hahaha!
Oalah…mbaca judulnya tak kirain sampeyan mau membelot dari NKRI..hehehe
Saya suka sama sikap kamu. Ngga perlu sentimentil setiap saat homesick… Tapi yang penting, hatimu tetap Indonesia. Sesekali kangen sesuatu, apalagi keluarga mah wajar.
Btw, mbaca komen2 di postingan kamu serasa njawani sekali, hehe… jadi ngerefresh pelajaran bahasa jawa otodidak saya waktu tinggal se kos sama arek2 nganjuk…kekeke
Hehehehe, makasi Anderson!
Saya emang orang Jawa, orang Indonesia.
Selamanya akan menjadi seperti itu :)
Haha … jane kangen, ning moh ngaku, iyo to mas Donny? :D
Klaten ngendine karo pabrik gulo Nggondang? (sing jelas ora neng pabrike to?).
Iya Bu hahahah ;)
Saya Klatennya di mBlateran, dekat alun-alun Klaten :)
Membaca ini jadi menambah keyakinan bahwa Indonesia itu indah, dan tahu bagaimana Indonesia di Aussy.
Eh BTW kalau di film Kambing Jantan-nya Raditya Dika, jarak Aussy-Jakarta seperti 1 jam :)))
Aduh kangen banget sama macet nya indonesia… Kangen mie tek2….