Geliat Pemilu di tanah air mengajariku dua hal.
Pertama, kita tak boleh pernah berhenti untuk bercita-cita. Kedua, tahu apa yang harus kita lakukan ketika cita-cita tak terwujud.
Rakyat, kecuali yang golput barangkali, bercita-cita ingin memiliki hidup yang lebih baik dan dalam iklim bernegara, hal itu tak mungkin terwujud tanpa adanya pemerintahan yang bersih dan posisi legislatif yang kuat yang mewakili rakyat dengan sungguh. Pemilu adalah jalan keluar terkonstitusional.
Dari situ, ada 200 ribu orang yang punya cita-cita menjadi wakil rakyat, memperebutkan 19 ribuan kursi. Sebagian adalah mereka yang sudah duduk sebagai wakil rakyat pada periode sebelumnya, ada juga yang pernah gagal dan sekarang mencoba lagi…
Dan nantinya barangkali hanya akan ada tiga pasang yang berarti enam orang yang bercita-cita ingin menjadi presiden dan wakilnya, memperebutkan satu kursi kepresidenan dan satu lagi wakilnya tentu saja?
Sementara presiden SBY yang tak bisa dipilih lagi menjadi presiden, entahlah… Mungkin ingin jadi penjual nasi goreng, jadi guru… Atau bahkan malah ingin jadi sekretaris jendral PBB atau hey.. Gimana kalau jadi wakil presiden kan yang nggak boleh itu jadi presiden lagi?
Bagaimana denganmu? Apa cita-citamu?
Waktu kecil dulu, kita biasa bercita-cita.
?Kowe meh dadi apa Le nek wes gede?? tanya Mamaku kepadaku.
Dulu aku pernah bercita-cita jadi dokter, lalu insinyur bahkan pernah pula aku bercita-cita untuk menjadi seorang pastor, imam katholik.
Tapi entahlah, aku merasa cita-cita identik dengan kata ‘dulu’ atau ‘ waktu kecil’?
Semakin besar, kita seolah kehilangan nafsu untuk bercita-cita. Mungkin sebagian kita keburu pesimis melihat ternyata hidup ini tak semanis cerita-cerita orang tua kita dulu lalu kita seolah ngambek dan berhenti bercita-cita karena kita berpikir itu semua percuma lagipula waktu hidup kian menyempit bukannya melebar.
Oleh karena itu, bersyukurlah kita punya Pemilu. Ia mengingatkan kita untuk terus bercita-cita.
Eh tadi di atas kubilang bahwa melalui Pemilu kita juga perlu belajar melakukan hal ketika cita-cita tak terwujud, aku hampir kelupaan membahasnya…
“Gantungkanlah cita-citamu stinggi langit” demikian pepatah lama… Ketika cita-cita tak tercapai, banyak caleg menggantikan cita-cita dengan lehernya sendiri, gantung diri… Bunuh diri…
Tentu itu contoh yang tak baik. Ketika kita bercita-cita dan hal itu tak tercapai, mendaratlah dengan mulus di bumi dalam keadaan hidup dan lanjutkan untuk mencita-citakan hal yang lain lagi. Tapi kalau cita-citamu untuk hidup lebih baik gagal karena pemerintahan atau wakil kita yang brengsek, mari kita cari leher-leher untuk digantung tinggi-tinggi di monas.
Jangan kecolongan lagi seperti kasus Anas…
saya pernah bercita-cita jadi pembasmi alien.. :D
Ngga pengen nyaingi Xena lagi? :)
sudah dewasa kebanyakan pertimbangan akhirnya gak bisa mewujudkan cita-citanya :)
Hehehe.. berarti para caleg can capres-cawapres itu tidak dewasa?
Cita2ku berubah-ubah. Mungkin sudah mencapai 2 digit jumlahnya Klo dihitung dari kala kecil dulu. Ingin jadi polisi.
Yang bertahan paling lama, sampai sekarang adalah jadi orang tanpa jabatan, Tp punya tanah yg luas, Di mana aku punya rumah kecil di situ, punya kolam aneka ikan, peternakan kambing, ladang sayuran, kebun bunga dan hutan cemara!
Lalu apa kabar dengan pancapainnya saat ini? Masih < 1%.
Trus gimana Klo ternyata sampai akhir hayat tak tercapai? Disyukuri, Ambil positifnya saja. Paling gak pertanggungjawaban ku di sono tak sebesar jika cita2 tercapai!
Cita-citamu apa tho kok pencapaiannya masih kurang dari 1%? Tidak ingin jadi Tuhan kan? :)
Saya ingin menjadi seorang penulis ? Tapi saya tidak hobi dngan m.pel b.indonesia