Anton: Saya keluar dari Sheila on 7 karena sudah tidak nyaman?(1/2)

22 Sep 2014 | Cetusan

 

Sebagai orang yang sangat menikmati Jogja dekade 90an, Sheila on 7 adalah sesuatu yang tak mungkin untuk tak kunikmati juga.

?Menikmati? disini bukan hanya mengacu pada musiknya, tapi juga mengamati betul kiprah mereka, bagaimana mereka berawal mula dari jalur indie hingga akhirnya menjadi ?gelembung? musik tak hanya di Jogja tapi di tingkat nasional bahkan pernah juga bicara banyak di tingkat regional Asia Tenggara.

Jadi, tak afdol jika aku berniat menulis tentang tokoh-tokoh muda Jogja tanpa melibatkan tak satupun ?orang? Sheila on 7, mumpung mereka masih bisa dikategorikan muda.

Tapi di sini sisi dilematisnya.?Kalau aku harus mewawancarai Sheila on 7, siapa yang harus kuwawancara? Personil yang mana? Bagaimana kenalannya?

Hal ini lantas kugantungkan begitu saja, tak terjawab. Hingga akhirnya, sesaat setelah aku merilis tulisan tentang Pepeng, pemilik Klinik Kopi yang terkenal itu, seseorang me-mention tulisan tersebut di lini masa Twitter dan orang itu adalah Anton Kurniawan, eks manajer Sheila on 7.

Saat itu, mendadak aku merasa semesta seolah memberi sinyal bahwa inilah orang yang harus kuwawancarai selanjutnya. Meski kini tinggal di Bandar Lampung, tapi Anton dulu menghabiskan banyak waktu di Jogja dan tak hanya itu, ada banyak hal yang telah ia lakukan bagi perkembangan musik modern di Jogja dan salah satunya melalui kiprah Sheila on 7 tentu saja.

Perkenalanku dengannya berlangsung tak menunggu waktu lama.?Begitu Anton menyaguhi ajakan wawancara, aku langsung mengirim email kepadanya dengan sebuah pertanyaan iseng-tanpa-harapan-akan-dijawab-positif, ?Berani kasih penjelasan kenapa dulu keluar dari Sheila on 7, Mas??

Ya? keluarnya Anton dari Sheila on 7 memang masih menyisakan tanda tanya besar, kenapa setelah sekian tahun lamanya, manajer yang kerap disapa sebagai ?Papa Ton? itu memutuskan keluar pada awal 2010 yang lalu.

Setahuku, belum ada satupun media yang secara resmi memuat pernyataan Anton tentang hengkangnya dia waktu itu.

Tapi aku toh tak berharap terlalu banyak Anton akan menjawab pertanyaanku hingga akhirnya kusadar anggapanku tadi keliru.

Ia membalas email dan menyaguhi untuk memberikan penjelasan di media yang kalian baca ini.?Membaca hal itu, aku tak lantas berbesar kepala. Kuanggap ini sebagai pengejawantahan pernyataan alm. Pramoedya Ananta Toer yang kerap kupinjam untuk kukemukakan bahwa setiap tulisan termasuk email akan memiliki takdirnya sendiri-sendiri.

Dalam hal ini, email yang kukirim kepada Anton bertakdir dijawab secara baik dan positif olehnya.

Jadi, kalian sudah penasaran, kan? Selamat menikmati tulisan yang karena saking panjangnya telah kuputuskan untuk kubagi dalam dua kali publikasi, sekarang dan hari kamis depan.

Awalnya dulu keluar dari Sheila on 7 kenapa?
Saya berniat keluar saat itu karena memang merasa sudah tidak nyaman.

Awalannya dimulai saat ada pertemuan antara staff management dengan para personil band tanpa sepengetahuan saya karena saya tidak diundang.

Saya baru tahu tentang pertemuan itu dari salah satu staff yang menceritakan kepada saya secara diam-diam. Selang beberapa hari kemudian, baru ada jadwal ?rapat resmi? yang digelar antara saya, staff dan para personil.

Apa isi rapat itu?
Inti dari pertemuan tersebut adalah akan ada pemotongan gaji/honor untuk seluruh staff, crew panggung dan manager, dan juga beberapa perampingan/penghematan biaya di management.

Tapi uniknya, di sisi lain, prosentase untuk honor personil band malah dijadwalkan akan mengalami peningkatan.

Berapa?
Wah, maaf saya lupa jumlahnya. Tapi kurun waktu itu job band memang sudah tak terlalu ramai lagi meski tak bisa juga dibilang sepi. Jualan album juga sudah tidak berjalan jadi yang diandalkan adalah bayaran dari panggung ke panggung saja.

Lalu?
Dari pertemuan resmi pertama tadi masih dilanjutkan lagi dengan beberapa kali pertemuan intensif selanjutnya.

Mulai dari situ saya merasakan bahwa nampaknya saya sudah tidak diperlukan lagi di band ini karena mereka (personil) memiliki aturan dan kebijakan sendiri yang saya pikir saya tidak akan mampu menjalaninya.

Nah, daripada menghambat mereka dan tidak bisa memajukan band ini, setelah sekian belas tahun saya memutuskan untuk keluar dari band.

Bagaimana reaksi para personil ketika tahu rencana itu?
Tak semua saya beri tahu sebelumnya meski ada satu personil yang saya anggap lebih netral dan bijaksana yang saya beritahu tentang rencana itu.

Siapa personil itu dan bagaimana reaksinya?
Wah, saya tak bisa menyebut nama tapi reaksinya lesu…

Lanjut!
Nah, tanggal 25 Maret 2010 sekitar pukul 2 siang, saya membuat sejarah itu! Saat itu, di depan tiga personil Sheila on 7 saya menyatakan pengunduran diri per 1 April 2010.

Anda jadi manajer Sheila on 7 cukup lama. Awalnya dulu bertemu dengan Sheila on 7 bagaimana?
Kami bertemu di kantor Radio Geronimo FM kebetulan waktu itu saya bergabung dengan G-Indie Production yang memproduksi program acara mingguan berisi lagu-lagu musisi lokal yang bermusik melalui jalur indie dan Sheila, dulu belum Sheila on 7, adalah salah satu musisi yang lagunya banyak direspon bagus lewat single ?Kita?.

Penerimaan masyarakat yang luar biasa bagusnya itu lantas menumbuhkan keinginan mereka untuk tampil lebih serius lagi. Mereka menyatakan keinginan untuk menawarkan demo-demo lagu mereka ke perusahaan rekaman major label di Jakarta.

Saya lantas menyanggupi untuk membantu mereka membuatkan proposal dan memberikan alamat serta contact person di beberapa label hingga setelah beberapa kali proses akhirnya Pak Jan N. Djuhana dari Sony Music tertarik untuk meminang Sheila.

Lalu kenapa akhirnya memutuskan untuk menjadi manajer?
Sebenarnya saya sempat ragu karena saya pikir waktu itu ingin menyelesaikan kuliah saya yang hampir beres.

Tapi pada akhirnya setelah saya pikir, saya memutuskan untuk menyanggupi tawaran mereka dengan harapan saya bisa belajar banyak dan mendalami dunia industri musik serta entertainment dan kami ingin tumbuh dan berkembang secara bersama-sama.

Dinamika mengurus Sheila on 7 itu bagaimana? Ada nggak hal yang kamu pikir harusnya ada yang bisa diraih lebih dari sekarang tapi tak bisa?
Hmmm sepertinya tidak. Kami tak pernah memasang target harus begini atau begitu tapi tau-tau album terjual 2 juta kopi? itu diluar kuasa kami.

Tapi yang pasti hampir semua masa yang kami lewati adalah masa yang menyenangkan. Pindah dari satu kota ke kota lain, bertemu fans dan orang-orang baru, semuanya dilakukan dengan senang hati dan mengalir begitu saja.

Sebagai manajer, harusnya kamu tahu apa kunci sukses Sheila on 7 bisa begitu melejit di paruh akhir 1990an padahal saat itu industri musik Indonesia juga sedang tak sepi karena ada banyak ?raksasa? seperti GIGI, Padi dan Dewa 19 juga KLa Project?
Nah, ini yang paling susah dijawab hehehe?
Sebenarnya tidak ada atau tidak pernah dibuat formula khusus untuk itu. Mungkin yang lebih pantas menjawab pertanyaan ini adalah fans serta pengamat musik. Bagi saya, mereka lebih jujur dan lebih paham.

Tapi pada intinya, prinsip saya saat itu adalah ?babat alas?. Kemanapun diundang, kami datang sejauh memungkinkan.

Momentum juga menjadi hal yang sangat berpengaruh.

Kesuksesan Sheila on 7 menggebrak Jakarta waktu itu lalu diikuti dengan banyak band lain dari Jogja. Apa yang terjadi saat itu sebenarnya dalam dunia musik Jogja?
Suksesnya Sheila memang seolah banyak memberikan motivasi pada band-band lokal dan juga menjadi ?role model? dan itu sebenarnya tak hanya di Jogja tapi juga daerah-daerah lainnya.

Sheila on 7 seolah menjadi pemecah anggapan bahwa rekaman di Jakarta dan sukses itu hanya sekadar impian atau cita-cita saja.

Setelah itu banyak band berani mencipta lagu sendiri, membikin demo dan mengirimkannya ke radio-radio lokal berlomba memutar karya-karya mereka.

Event musik dalam berbagai lingkup juga semakin sering digelar berbarengan dengan banyak promotor lokal bermunculan dan akhirnya industri kreatif berputar.

Lalu tumbuhlah komunitas musik yang juga banyak memberikan dampak positif sebagai tempat untuk ajang bertukar pikiran, dan sharing ilmu antar musisi, ataupun memberikan support antar band saat mereka manggung.

Hal ini disambut positif dari pihak major label di Jakarta.

Kalau sebelum Sheila on 7, para eksekutif di perusahaan-perusahaan rekaman hanya duduk di kantor sambil menanti demo datang, mulai saat itu juga mereka rajin ?blusukan? untuk mencari talenta-talenta baru di berbagai kota dan daerah. Mereka memburu potensi-potensi untuk diorbitkan secara nasional dan menjadi bagian dari industri.

Istilah kata, mereka mencari Sheila-sheila yang baru… (bersambung ke sini)

Sebarluaskan!

21 Komentar

  1. Walah… Mas Anton iki japhe methe, pernah’e kakak kelas pas kuliah. Kelingan jaman kala semana, nolak Sheila on Seven manggung nang pentas mapala kampus mergane teka telat. Edyan tho So7 ditolak manggung :D

    Balas
  2. Wahahahahaha.. Curhat e lagi 4 tahun kemudian.. :)))

    @Bathuk: Knp kata blusukan ndadak ditulis dengan ‘blusukan’?

    Balas
  3. huaaaa….band Jogja emang hebat-hebat

    Industri musik Indonesia secara teknikal sudah mati, hal ini kita lihat bagaimana toko-toko penjual album musik (on the ground) banyak yang tutup seperti Aquarius, kota Mas di Jogja, kalaupun masih ada yang buka juga ikut membajak album musik. Kesalahan hubungan antara musisi dan manager di Indonesia adalah musisi lebih tinggi derajatnya, sementara manager sebagai pembantu, seharusnya hubungan yang di bangun adalah hubungan industrial, diamana antara manager dan musisi dalam posisi yang sama dan saling memiliki target untuk sukses dan bertahan.

    Balas
  4. Kalau gak salah posisi manajer so7 waktu sempat diperebutkan antara Anton dan Purnomo si Hur (hahaha just kidding ton)
    Menurutku keluar masuknya seorang manajer dlm sebuah band adalah dinamika dlm grup musik.
    Bahwa seorang manajer tak hanya sekedar ‘Jaga Warung’ dia perlu eksplor band tersebut. Manajer adalah juga personel band yg punya posisi sama dgn personel lain. Ingat Brian Epstein manajer The Beatles? Brian ibarat personel kelima The Beatles. Maka begitu Brian meninggal dunia, Beatles seperti ayam kehilangan induk.
    Di Indonesia, manajer ideal mngkin bisa kita sebut Dhani Pete ( manajer GIGI ) dimana dia gak hanya ‘jualan’ GIGI secara musikalitas, namun juga menambah pundi-pundi anggota band sgn menjadi bintang iklan. (Udah ahhh…beer ku selak mbanyu hahaha)

    Balas
    • Brian Eipstein dan Dhani Pete adalah istimewaaa mas :))

      Balas
  5. Mas Donny, kamu orang yang beruntung..haha..2 tahun yang lalu aku nanyain mas Anton kenapa kok keluar dari SO7 tapi hanya dijawab “suatu saat bakal terjawab, bukan sekarang tapi nanti”..

    Sheila On 7 bisa dikatakan sebagai Legenda Jogja, begitupula mas Anton, sayange cah kekinian jarang yang mau tau sejarah (generasi instan)..*Jasmerah..

    terimakasih mas Anton, terimakasih Sheila On 7..
    Kalian inspirasi bagi manajer band & musisi Jogja dan Indonesia..

    Kutunggu part II nya kamis depan mas :))

    Balas
  6. Saya termasuk yg ikut dimanajer-i mas anton,tata caranya saya terapkan juga di band saya,kami rilis setelah sheila.on 7 … hehehehehe… banyak belajar dari dia pd.waktu saya msh additional player di sheila,termasuk roaming handphone *jaman itu.. hahahahahahaha….

    Balas
  7. Bener mas..ideal hingga saat ini mas dani pette (GiGi)

    Balas
  8. Mas Anton salah satu ‘guruku’ sekaligus sahabat di dunia manajemen band. Yang sekarang hanya bisa ‘ketemuan’ via sosmed :D
    Sukses terus di bidang barumu Mas. Mohon doa dan support selalu darimu untuk kami semua.
    See you again very soon!

    Balas
  9. Wah… baru tau… tak kiro isih e dab..
    Dadi kangen band2an… *halahhh

    Balas
  10. Saya hanya memberi gambaran lugas, bahwa ini adalah industri, jadi perlu kedisplinan antara musisi dan manager band. Tentu saya tidak ingin ambil posisi membela siapapun dalam kondisi Anton mundur dari S07, saya hanya ingin memberi pencerahan “begini cara kerja yang benar sebagai musisi dan sebagai manager band” Donni Verdian: You’ll learned much since I have alot of histories how to make Jogja’s band rising in Indonesia Music Industry. So? I hope you not only using your blog to get alot of visitors through dig a matter of time and not at all interesting to discuss. Can you understood my meaning?

    Balas
    • Aku ra dong.. nganggo boso jawa wae luwih penak, Lin:)

      Balas
  11. Ideal buat satu band, belum tentu ideal buat band lain, IMHO. Jadwal manggung nggak terlalu ramai, musisinya mengeluh. Jadwal manggung padat berurutan musisinya juga mengeluh ingin pulang kangen keluarga dll, kadang juga malah jatuh sakit. Jadi maunya apa? He he he….
    Soal konsep ‘ideal’ Dhani Pette mungkin sukses dengan Gigi, tapi saat doi pegang Samsons malah gagal total. Jadi?

    Balas
    • mas anton..
      aku ingat saat ku mentions kamu ,” setelah dari so7, sibuk apa mas?” kamupun jawab, “jadi petani di sawah”. ( padahal saat kulihat Timeline twittermu masih berhubungan dengan musik). aku masih meragukan, dan pertanyaan besarku dulu, terjawab sekarang hehehehe….
      dan saya benar2 memahami itu, setelah banyak bertemu kawan2.. dan masih banyak rahasia yang tak ingin kuungkapkan.

      Balas
  12. wah dowo banget.. tapi keren tetep menunggu selanjutnya..haha

    Balas
  13. @mas Ari Prass… Aw..aw..aw…aw…Alm.mas Purnomo InsyaAllah sdh tenang disana…Amiiin…

    Balas
  14. Salut buat mas anton…Saya adalah salah satu fans Sheila On 7. Terutama di formasi awalnya. Kecewa jg dengan hengkangnya anton widiastanto. Yang katanya indisipliner. Sebenarnya apa yang terjadi pasti Mas Anton Kurniawan punya jawabnya. Buat mas Donny, kalo boleh ada sesi wawancara juga buat Anton Widiastanto (ex drummer Sheila on 7). Matur Nuwun Mas Donny.

    Balas
  15. i’ve been knowing Anton since we struggled together studying English letters. we had bands ‘sastra five’ and ‘blindpig’. he played drum, i played bass; the two significant musical instruments in a band. both of us side by side making and sustaining tempo n melody. on the other side, in campus, we used to work together doing academic tasks. things i learn from him are the meaning of the words ‘dedication’ and ‘focuss in task’. even i learned what ‘sacrefice’ means seeing him seemingly neglected his study. he was very busy managing ‘the band. i completely understand him taking the risk and what he believe in. by far, i believe him with his (any behind) reasons he took leaving ‘the band’. he is the best dude. objectively , a good friend supports his best friend… hell with the opinion: ‘industry doesn’t support friendship/brotherhood!’ how if we start thinking ‘can industry maintain her existance without friendship/brotherhood?’ :). for you, Ton…play ‘drum’ again… i’ll back u up bridging your tempo. the guitar n the singer is waiting for us to play music in live. :)

    Balas
  16. suwun mas wis nulis tentang djogja, tombo kangen …

    iseng2 nulis dong tentang arti sheila sesungguhnya tapi jangan dari anak2 So7 …. lihat dari sisi anak2 SMA MUHI …. nama itu tertulis di say to : …. album So7 pertama.

    Balas
  17. Too many.. Too Classic.. Heheheh..

    Balas
  18. Piye kabare Ton….sukses untuk hal barunya…..
    Jogja memang istimewa….jgn lupa dgn komunitas alamanda….

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.