Anton Ismael: Jangan pernah lupa memberi karena kamu sudah menerima

22 Jan 2019 | Tokoh Alumni De Britto

Antonius Widya Ismael adalah tokoh ketujuh belas dari tujuh puluh Tokoh Alumni SMA Kolese De Britto yang kurencanakan. Anton Ismael / Anton ini adalah seorang fotografer terkemuka di Tanah Air yang memulai karirnya dari kecintaan pada dunia fotografi sejak di De Britto.

Aku mengenal pria kelahiran Jakarta, 17 September 1975 ini beberapa hari setelah aku masuk De Britto, medio 1993 silam. Anton, kakak angkatan dua tahun di atasku, adalah pendamping kelompok saat aku menjalani masa orientasi dulu.

Setelah lulus dari studi di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), Anton pulang ke Tanah Air dan memulai karir sebagai fotografer profesional hingga akhirnya mendirikan perusahaan yang diberi nama Third Eye Space.

Mengangkat Anton sebagai tokoh sebenarnya tinggal tunggu waktu. Aku mengamati kiprahnya yang unik melalui kanal-kanal social medianya hingga akhirnya saat acara Manuk Pulang Kandang (MPK) di SMA Kolese De Britto, 27 Desember 2018 silam, aku bertemu kembali dengannya, ngobrol dan meminta nomer sambil bilang, ?Mau kutokohkan di blogku??

DV dan Anton Ismael, Desember silam di acara MPK SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Jika dulu, di awal 2000an dulu, aku pernah bekerja sama dengan Anton, ia memotret model dan aku mewawancarai sang model untuk dijadikan artikel di sebuah media yang kugawangi, kini giliran dia yang kuwawancarai dan kutulis di blog ini.

Simaklah potongan-potongan wawancara yang kami lakukan melalui WhatsApp beberapa waktu silam, berikut ini:

[DV] Bagaimana kamu mengawali karir menjadi seorang fotografer, Ton?
[AI] Jadi awalnya dari SMA saya mulai tertarik motret di DPC (Debritto Photography Club –DV). Lalu saat lulus, alm Bapak bertanya, ?Kamu mau jadi apa?? dan aku nggak ngerti mau jadi apa karena bagi saya mata pelajaran-mata pelajaran yang kupelajari di kelas itu menyusahkan dan fotografi menjadi satu-satunya media yang bisa kupakai untuk ?pelarian?.

Lalu?
Waktu mau daftar UMPTN seperti kawan-kawan lain, Bapak bilang, ?Gak usah! Kamu gak akan lulus, aku tahu kemampuanmu seperti apa??

Untuk beberapa detik lamanya saya tersinggung karena seperti di-skak-mat oleh Bapak tapi kemudian mikir bener juga, ngapain menjalankan/ mendaftar sesuatu yang tak kusuka. Bapak lalu bertanya, ?Kamu suka gambar dan motret, kan? Belajar aja! Ditenani!(diseriusin -jw)?

Bagi Bapak, dia nggak peduli saya mau jadi apa. Tapi satu hal yang harus diingat, jadilah yang terbaik. Jangan nanggung!

Sekarang kamu jadi fotografer terkemuka di Tanah Air. Terlepas dari setuju atau nggak kamu dengan kenyataan itu, pernahkah di awal karir dulu kamu punya target untuk jadi yang terkemuka?
Saya tidak pernah merencanakan bahwa saya harus jadi terkemuka atau tidak dan sebenarnya saya sangat benci ketika ada anak-anak bertanya, ?Pak?e, untuk jadi terkenal itu gimana??

Kamu mau jadi fotografer atau artis? Intensinya sudah salah! Jadi terkenal gak perlu jadi fotografer! Penjahat atau pemerkosa juga terkenal!

Kita perlu menjalankan sesuatu dengan cinta dan itu membuat kita fokus dan tahan lama. Kalau intensinya hanya untuk terkenal ya nggak akan lama. Saya tidak punya intensi untuk terkenal. Menjadi fotografer yang terbaik pun gak ada, hanya senang melakukan.

Melihat hari-hari ini, dunia fotografi digital adalah dunia yang terjangkau oleh hampir semua orang karena tinggal pakai henpon, semua orang bisa motret. Pernahkah kamu menganggap hal ini sebagai sebuah ancaman?
Saya tidak pernah menganggap perkembangan visual yang begitu banyak itu sebagai ancaman. Saya malah menggunakannya sebagai media untuk mempelajari informasi kebudayaan orang-orang di jaman sekarang.

Pada saat memotret, secara tidak sadar kita menyuarakan cara pandang kita. Nah, orang yang bisa menang di jaman ini adalah orang-orang yang punya akses ke informasi dan mengolah informasi itu menjadi sebuah kekuatan. Sikap saya seperti itu.

Tapi bagaimana komentarmu tentang hasil karya mereka?
Karya mereka bagus-bagus dan bahkan banyak yang secara visual lebih bagus dari saya. Tapi mungkin pertanyaannya kenapa saya bisa bertahan dan terkesan bisa ?bermain-main seenaknya? dengan foto-foto saya?

Pada saat memotret, saya tidak hanya ingin menciptakan gambar tapi juga tentang bagaimana saya berkomunikasi dengan orang-orang yang melihat gambar itu.

Seorang fotografer yang baik itu punya dan mengerti ilmu komunikasi, ?Understand the social.? Fotografer yang baik itu adalah seorang good story teller jadi kalau kamu mau jadi fotografer yang baik kamu juga harus bisa jadi story teller yang handal juga.

Belajarlah bercerita dan berkomunikasi.

Anton Ismael
Anton Ismael

Apa yang belum kamu raih dari dunia fotografi? Apa akan tetap di dunia ini atau meluas ke dunia kreatif lain seperti video dan lain sebagainya?
Saya berpikir tentang regenerasi. Mungkin karena sudah merasa tua, saya pengen jadi guru dan pendidik. Bukan pendidik yang berdiri dan mengajar di muka kelas tapi secara keseluruhan sikap yang akan saya tanamkan.

Saya akan membimbing dan ngajarin orang untuk jadi penerus, membimbing orang supaya mandiri dan bisa jadi bagian dari perputaran roda dunia ini. Passion saya sekarang ke situ meski motret akan tetap jadi bahasa saya sampai kapanpun.

Mimpi saya ingin meninggalkan dunia komersial meski sekarang belum bisa karena kebutuhan uang masih harus saya pikirkan untuk kantor dan ?Kelas Pagi?

Kelas Pagi

Nah, bicara soal ?Kelas Pagi? yang fenomenal itu, ide aslinya gimana sih?
Kelas Pagi itu ide pertamanya lahir di Jakarta lalu Jogja, Papua hingga Kediri. Awalnya cuma study group terdiri dari tiga orang. Mereka datang dan belajar. Dari situ, mereka nge-post di Facebook, orang-orang jadi tertarik dan jumlahnya pun bertambah. Dari tiga ke sebelas. dari sebelas orang lalu setahun kemudian ada 250 orang datang ke studio dan bilang mereka minat ingin ikut Kelas Pagi karena menurut mereka metode yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan industri sekarang.

Tapi kenapa ?pergerakannya? random betul! Setelah Jogja lalu ke Papua?
Ada salah satu anak di Kelas Pagi Jakarta dan berasal dari Papua. Ia balik ke sana dan minta ijin untuk membuka Kelas Pagi Papua tepatnya di Sentani.

Permintaan untuk membuka ?Kelas Pagi? sebenarnya juga datang dari banyak kota tapi karena kekuatan finansial yang terbatas maka kita akhirnya bikin Youtube channel untuk meratakan informasi.

Apa yang paling menarik dari pengalaman mendirikan dan menghidupi ?Kelas Pagi??
Yang menarik adalah saya menciptakan saingan saya sendiri. Banyak murid yang kemudian lahir sebagai pesaing bahkan melebihi saya. Meski jadi kompetitor kami tetap diskusi dan bicara karena itu adalah persaingan sehat. Bagi saya itu justru sebagai tanda keberhasilan dan pencapaian baik.

Tentang De Britto. Melihat ke belakang, ada nggak sih nilai-nilai dan ajaran yang kamu terima selama sekolah di De Britto lalu kamu pegang sampai sekarang?
Banyak! Hahaha? Tapi yang paling nancep adalah ?Man for Others.? Walaupun dulu saat di De Britto saya belum tahu apa arti sesungguhnya tapi semakin hari saat saya terjun ke masyarakat, hal itu jadi pegangan dan fondasi hidup saya. Kalau mau jujur, dari penjabaran semangat itulah muncul ide Kelas Pagi.

Saya inget apa yang pernah saya percakapkan dengan almarhum Bapak. ?Le, wong urip kuwi ngopo? (Nak, orang hidup itu ngapain? -jw)”

?Bernafas, Pak? jawabku.
?Bernafas itu ngapain?? tanyanya lagi.

?Menarik dan mengeluarkan,? jawabku lagi dan memang itulah makna hidup, menarik, mengeluarkan. Memberi dan menerima. Jangan pernah lupa memberi karena kamu menerima dan itulah yang membuatmu tetap hidup!

Link terkait:
Kelas Pagi Youtube.
Third Eye Space.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.