Antara Anjing, Gitar dan Tunggonono

30 Nov 2008 | Aku, Tunggonono

Diantara banyak hal yang ada di dunia ini, banyak diantaranya bisa membuatku sangat-sangat tertarik.
Dan dua diantaranya adalah anjing dan musik.

Semenjak memelihara Pluto dan Ellen di Klaten serta di sini aku bertemu Simba, boleh dibilang aku sangat dekat dengan anjing peliharaan. Sungguh sebenarnya kalau dipikir-pikir hal ini lucu juga karena jauh sebelum itu semua terjadi, aku adalah pembenci anjing , phobia anjing sekaligus penikmat daging anjing dalam rupa-rupa masakan mulai dari rw khas manado, sangsang khas batak hingga sengsu, daging anjing yang dibuat tongseng manis, asem dan pedas khas Jawa.

Sementara musik khususnya gitar, waduh… sudah sejak SD aku sangat hobi bermain gitar dan ketika Tuhan mengijinkanku untuk memiliki rejeki lebih, tak jarang kelebihannya kusimpan untuk kukumpulkan dan hasilnya kupakai membeli gitar.

Tidak dulu tidak pula sekarang. Tidak di Indonesia maupun di Australia, tidak bisa tidak ketika sedang berada di pusat perbelanjaan, mataku selalu mencari dalam List Directory apakah tempat tersebut memiliki gerai penjual dua hal tersebut, anjing dan gitar. Kalau ternyata ada, wah sudah barang tentu aku segera menuju ke sana dan waktu terbanyak yang kuhabiskan di dalam pusat perbelanjaan tersebut adalah dengan berdiam di kedua gerai tersebut.
Aku akan sibuk kalau nggak memperhatikan lucunya para anjing yang biasanya dipamerkan di balik kotak besar kandangnya ya mengelus-elus dan menimang-nimang gitar yang pada beberapa toko bahkan mengijinkan kita untuk memainkan sesuka hati kita tanpa harus membeli!

* * *

Kamis,13 November 2008.
Sejak pagi hingga sore hari aku nggak pergi kemana-mana. Tinggal di rumah, tepatnya di depan laptopku untuk bekerja, blogging, chatting dan browsing.
Hingga sekitar pukul 3.00 pm aku berangkat pergi ke Parramatta untuk bertemu dengan istriku karena ini adalah kamis, hari dimana late night shopping diberlakukan di Sydney dan kami biasa menghabiskan malam bersama di Westfield, pusat pertokoan di Parramatta. Kebetulan pula aku memang sedang hendak membeli sebuah buku yang telah kuincar beberapa hari sebelumnya.

Kesetiaan bus 601 dalam mengantarkanku ke Parramatta?
Ah tak perlu diuji! Pukul 4.12 pm mendapatkannya sesuai jadwal dan 45 menit sesudahnya bis berwarna kuning itu telah sukses membawaku hingga ke Westfield, Parramatta yang sore itu tampak ramai.
Anak-anak sekolah yang pulang masih terlihat ramai menunggu bus.
Dan.. tunggu, sebelum bercerita lebih jauh aku ingin menceritakan tentang bagaimana cara mereka berseragam itu yang sebenarnya aduhh sungguh aduhai :)

Coba bayangkan, ya tentu saja aku memberikan bayangan yang cewek saja tidak yang cowok ya!
Para murid cewek itu kebanyakan mengenakan kemeja warna putih yang lumayan tipisssss lengkap dengan dua kancing atas yang dibiarkan terbuka serta lengan yang ditekuk beberapa gulungan ke atas.
Dan mereka adalah murid yang cerdik cendekia dalam mengelola warna :) Mereka tahu betul bahwa warna hitam itu kontras dengan putih, bukan ? Maka, sebagai bra, mereka banyak yang mengenakan bra berwarna hitam.
Paduan yang menarik!

Nah, sebagai bawahan, mereka mengenakan rok yang pendeknya hanya beberapa senti di atas lutut berwarna hijau kotak-kotak serta … o gosh, stockinggg! Ya, stocking warna hitam yang membalut kaki yang pada alasnya digunakan sepatu berhak medium. Oh ada yang nyaris kelupaan, yah namanya juga ABG, mereka banyak pula yang menyemir rambut, menindik hidung ataupun kalau tidak, rata-rata mereka memiliki tindikan telinga lebih dari satu!
So, kalau kalian ingat pada video klip tahun kuda milik Birtney Spears yang bertajuk Baby One More Time, nah seperti para penari latar yang berjoged disitulah wujud mereka kurang lebihnya.

Anyway…
Lalu tiba-tiba “Kringgggg!” tertera nama I S T R I di layar Blackberryku, yup! Istri menelponku.
Tampaknya ia sudah tiba dari city di Parramatta, dan benar saja.

“Kamu dimana ?”
“Oh.. eh.. hmm aku baru sampai Hon di Westfield, ini mau turun ke bawah. Kamu ?”
“Aku juga udah turun dari kereta, kita ketemuan di bawah situ ya, aku mau beli deodorant bentar.”
“OK!” Jawabkku sambil bergegas cepat di antara para murid yang entah kenapa sore itu dimataku lebih banyak wanitanya ketimbang pria itu :)

Setelah bertemu, kami segera berjalan ke Westfield Shopping Center dengan bergandengan tangan, tentu saja.
Aku suka dengan baju yang dikenakan Joyce sore itu. Ia tampak menawan dengan kemeja batik warna merah dipadukan dengan ornamen berhiaskan emas pradha serta blus bawahan hitam.

Tujuan pertama kami sebenarnya adalah ke Dymocks tapi karena waktu yang masih sore dan istriku ingin jalan-jalan terlebih dahulu maka kamipun pergi ke petshop yang terletak di tempat itu juga hanya berbeda lantai saja dengan Dymocks.

Petshop yang kami datangi sore itu lumayan ramai.
Banyak anak-anak kecil dan para ibu yang menyambanginya. Mereka boleh dibilang berjubelan untuk melihat anak-anak anjing lucu yang dijual. Melihat anak-anak anjing nan menggemaskan begitu terkadang terbit rasa kasihanku. Mungkin karena aku merasa sangat dekat dengan anjing-anjing maka aku kadang suka berpikir “Kasihan, masih anak-anak sudah dijual dan sudah harus berpisah dengan orang tuanya…”
Tapi apa mau dikata, untunglah mereka, semanis dan selucu apapun tetaplah binatang yang tak bisa berbicara mengeluh, bergembira maupun bersedih. Tak lama kemudian aku beserta istri telah turut dalam jubelan itu melihat dan bermain dengan anak-anak anjing itu diantara anak-anak manusia yang menyayanginya.

Setelah melihat anak anjing yang dipamerkan kami lalu pergi ke bagian belakang dari petshop itu untuk melihat-lihat pernak-pernik hiasan dan alat-alat untuk anjing. Kami pergi ke bagian penjual baju anjing. Wah di sini, dan sebenarnya di Indonesia pun aku beberapa kali melihatnya, yang namanya anjing cukup awam untuk dikenai baju. Seperti si Simba misalnya, kalau sedang dingin, si Joyce tak ragu untuk mengenakan sweater padanya, atau seperti saat aku tulis sekarang ini, Simba yang kerap dipanggil Boboy itu sedang kukenai kaos kutang warna ungu dan emas, serupa mirip dengan seragam klub basket LA Lakers.

Setelah puas melihat-lihat barang dan anak anjing di petshop kamipun keluar.
Sebenarnya kaki sudah hendak kami arahkan ke toko buku tapi apa mau dikata, ketika sedang menuju ke sana mataku menangkap pemandangan toko gitar yang ternyata letaknya tak jauh dari petshop.
Aku segera mengajak istriku untuk masuk ke toko tersebut dan jadilah aku berada dalam lautan kesenanganku di antara gitar-gitar yang terpampang menyenangkan!

Nyaris semua merk-merk terkenal yang sulit kutemui di Indonesia, di sini dipasang begitu saja.
Gibson, Ephiphone, Jackson, hingga yang cukup merakyat seperti Fender dan Ibanez semuanya lengkap ada di sini. Bahkan, gitar seri langka Ibanez George Benson yang kuidam-idamkan sejak lama pun ada di sini.
Tak kuasa akupun menyentuhnya dan cukup demikian saja karena Tuhan belum memberiku kuasa untuk menebus barang yang dilabel 3500 AUD atau sekitar 25 juta rupiah itu!

“Apa sih bagusnya gitar itu? Kan sama aja, Hon?”
tanya istriku yang tersenyum-senyum menyaksikan aku memainkan gitar itu dengan berbinar-binar.

“Wah beda, Hon! Di sini lho.. bedanya” ujarku sambil menepuk-nepuk dada.
“Kok bisa?”
“Iya, kalau kamu memainkan gitar akustik atau maksimal elektrik-akustik, setiap gitar itu memberikan efek getar yang berbeda-beda. Makanya kalau aku main dan mencoba gitar, aku selalu menempelkannya ke perut hingga bodinya memenuhi dada lalu menggenjrengnya. Kalau getaran yang ditimbulkan bodinya itu membuat dadaku nyaman, itu baru gitar bagusss!”

Istriku hanya senyum-senyum saja mendengar penjelasanku itu.

Hampir setengah jam kuhabiskan waktu di toko gitar itu.
Setelah puas melihat, mengelus dan mencoba gitar satu per satu, akupun beranjak pergi.
Sungguh aku jadi membayangkan betapa akan menyenangkannya kalau aku bisa tinggal di rumah beserta istri, ditemani para anjing yang kita maui untuk kita miliki dan para gitar yang bergelantungan di sebuah ruang menanti kumainkan…

Akhirnya sampai juga kami ke Dymocks.
Sementara bis 601 yang akan mengantarkan pulang kira-kira akan datang pukul 8.10 pm, maka kami masih memiliki waktu sekitar 45 menit berada di Dymocks sana.

Aku segera menuju ke bagian IT dimana buku yang telah kuincar diletakkan.
Aku, dan mungkin banyak dari kalian, memiliki kebiasaan yang unik.
Ketika bertandang ke toko buku dan mengincar untuk membelinya tapi belum memutuskan untuk mengambilnya saat itu entah karena alasan apa, aku sering lantas menyembunyikan buku tersebut ke tempat yang dapat kita ingat dan jauh dari jangkauan orang lain sehingga ketika kita datang untuk menebus atau membaca lagi buku itu, kita masih dapat menemukannya dengan mudah :)

Demikian juga yang kulakukan beberapa hari sebelum itu meski ternyata petugas toko buku di sini cukup rajin untuk melihat “kejanggalan” itu lantas mengembalikannya ke tempat semula :)
Aku sempat panik karena tak mendapati buku yang kusimpan di tempat tertentu itu.
Tapi untunglah rasa panik itu tak lama karena aku tinggal bicara dengan petugas untuk membantuku mencari buku yang kumaksud.
Dengan dingin orang itupun menjawab dalam bahasa Inggris “Ngapain kamu nyari buku IT di tempat sastra ? Coba cari di tempatnya dan kalau nggak ada baru nanti aku carikan di komputer dan gudang!”

Akupun tersenyum dibuatnya. Sambil manggut-manggut kali ini aku berjalan betulan ke bagian dimana buku-buku IT disimpan. Ajaib! Buku yang masih kutandai pada halaman terakhir yang kubaca itu telah berada di tempat semula :)

Tak pikir panjang lagi aku langsung membawa buku itu dan mencari istriku.
Ternyata istriku sedang asyik pula berendam di tengah buku-buku.
Alisnya mengkerut mengamati buku-buku yang ia sukai, fiksi novel.
Karena aku tak ingin menganggunya dan waktu masih pula tersisa beberapa puluh menit, akupun lantas berkeliling lagi melihat-lihat koleksi buku yang dijual di sana.

Deret demi deret kulalui hingga akhirnya sampailah aku di bagian buku Travelling.
Maksud hati ingin melihat-lihat informasi travelling di Australia sini tapi mata justru tertambat pada buku travelling Indonesia.

Tak ragu akupun mengambil bukunya lalu membolak-balikkan halamannya.
Sementara buku yang tadi sudah kuambil kugamit di ketiak, aku tak kuasa larut dalam rasa rindu yang menggenang melalui foto-foto dan tulisan tentang Indonesia.

Di sana ada gambar Borobudur, Prambanan, Tugu Yogyakarta, Ubud, Monas, Manado dan tak lupa gambar orang-orang Indonesia yang dipotret dengan senyum-senyum ceria khas mereka masing-masing.

Aku hanya manggut-manggut.
Setiap gambar yang dihadirkan membawa jiwaku seperti berada pula di sana.
Ketika aku memandang Tugu, ah aku jadi inget gudeg tugu yang sangat sering kusambangi untuk kunikmati menjelang tengah malam sambil menikmati pemandangan Tugu dalam kanvas pekatnya malam serta jingganya lampu-lampu merkuri di sekitarnya.

Ketika aku melihat gambar Prambanan, aku jadi ingat perjalanan setiap akhir pekan selama 15 tahun terakhir ketika aku selalu pulang dari Jogja menuju Klaten dan memandang gugusan candi Hindu itu di sisi kiriku.

Dan ketika aku melihat gambar orang-orangnya.. senyum-senyum itu…
eitsss lha kok aku tiba-tiba, mak bedhundhuk malah jadi ingat senyum pringas-pringisnya Tunggonono!
Satpam kantor yang sering kuceritakan di blog ini yang ndagel, nggaya tapi sangat setia itu.
Dalam bayanganku ia pun berujar “Katanya sudah kerasan… kok masih kangen, hayooo! Pripun tho ?”
Lalu sekonyong-konyong, semua wajah Indonesia yang kutemui di toko itu penuh dengan wajahnya yang legam, dengan jambang dan kumis yang tak terurus, bibir menghitam dan gigi kuning nikotin tapi tetap dengan mata yang tulus nan melenakan….
Segera saja kututup buku itu dan kumelangkah pergi.

Asu! Gumamku….

Simba 1
Yuk! Simba dalam mode sleeping beauty-nya anggun mengenakan sweater winter yang terpaksa dipakai saat summer karena dingin.

Simba 2
Simba tampil elegan dalam balutan kaos kutang khas LA Lakers dengan warna ungu dan kuningnya.
Oh ya yang di ujung sana adalah Joyce :)

Sebarluaskan!

17 Komentar

  1. gitar dan anjing. hmmm … dua hal yang juga kusukai. anjing: sampai sekarang aku belum bisa memelihara anjing karena lingkungan tempat tinggalku tidak memberiku kesempatan untuk memeliharanya. gitar: gitar kesayanganku–yang kubeli dengan menyisihkan uang sakuku–kupinjamkan pada mantan cowokku. tapi sial! dia nggak ngembaliin waktu kami putus :(( nyesel banget rasanya kupinjamkan gitar itu padanya.

    Balas
  2. kalo gitar si pastri amat sangat suka dan suatu kebutuhan malah..tapi nek aning..walaaah…takyuuut digigit….mending menjauh dech…

    Balas
  3. Aih… Simba lucu sekaliiiii…..

    Balas
  4. Don…
    Aku suka anjing, tapi kalau pelihara anjing sementara aku masih hanya mampu beli tahu tempe, ntar takutnya anjingku jadi vegetarian.. :)
    Aku suka gitar…is. Iya, Gitaris aja.. :D
    Kalau lihat Indonesia, apa kamu nggak kangen aku, Don? uhuiii!!!
    Ps. Simba lutu cekaliiii!!!

    Balas
  5. ada cerita anjing, ada cerita gitar, … ada juga cerita cewek abg. tapi,…
    photonya yang nongol kok cuma anjing?
    mbok ya, jangan bikin penasaran gitu lho :)

    Balas
  6. wahhhh penggemar dog nih yah
    salam kenal yah
    saya belum sempat baca semua postingan di atas. panjangan banget sih :D

    Balas
  7. Anjingnya lucu mas doni :)

    Balas
  8. begitulah kalau hobi sudah mendarah daging *halah* mas donny, sepertinya sudah menjadi bagian hidup yang sulit ditinggalkan. semoga saja anjing2 dan gitar itu bisa memberikan kebahagiaan tersedniri, selain mbak joyce, tentu saja, hehehe … ok deh, mas, semoga hari2mu selalu bahagia di australia.

    Balas
  9. kok ga ada gambar anjing gitaran???
    YNGWIE DOGSTEIN … hehe

    Balas
  10. Simba lucu!
    Aku suka anjing, karena kesetiaannya yang luar biasa plus instingnya yang hebat. Kebayang nggak sih, keistimewaan anjing yang bisa mendeteksi cancer, DM (Diabetes Melitus) dari penciumannya? Kebayang nggak sih kepandaian anjing yang menggigit selang oksigen tuannya yang sedang dirawat, ketika malam-malam, listrik padam–suatu tindakan yang justru menyelematkan tuannya dari mati kecekik nggak bisa nafas. Keren.
    Cuma males banget kalau mesti merawat. Ngasih makannya nggak apa-apa, tapi ngurusin BAB-nya malas. Makanya dari dulu berangan-angan, andai bisa punya anjing yang nggak perlu dirawat, rupanya ada yang dengar doa kecil ini, hasilnya sebuah boneka anjing.. Doh boneka, tapi biarlah. :D
    Speaking of Borobudur… aku kok pengen banget kesana ya Don.

    Balas
  11. Ya ampun Simba, beruntung sekali engkau memiliki majikan seperti mereka. Tak semua dan tak sembarang anjing bisa hidup seperti dirimu. Oh, Simba…

    Balas
  12. ah dikau ternyata penggemar anjing dan gitar..
    satu kombinasi yang jarang2….
    sama aq juga rindu Indonesia..
    terutama jalan kaki diatas jembatan ampera itu….
    juga jalan kaki disepanjang malioboro..
    tanpa harus membeli apa2….

    Balas
  13. anjingnya lucu-lucuuuu…

    Balas
  14. waah komplit dari paduan baju tipis dan bra hitam hingga gitar dengan getarannya
    saya salut dengan cara mas Dony menhargai waktu dan menghargai penglihatan dengan segenap perasaan
    Gitar dan Anjing perpaduan yang agak nyleneh tapi Anda bisa memadukan keduanya
    wah pokoke salut dah
    Antara hoby dan kesenangan yang di padu berimbang untuk mengalihkan kejenuhan dll
    salam kangen dan salam hormat saja kang Dony

    Balas
  15. Hei, hati-hati kalau ngumpetin buku, bisa saja perbuatan kamu dilihat kamera penginati. Di sini juga setiap hari petugas toko akan membereskan susunan buku (meskipun ngga ada yang iseng seperti kamu).
    komentar foto terakhir…ngga usah dikasih tahu kita juga tahu kok bhw itu JOYCE bukan gadis2 berpakaian putih dan ber-bra hitam hahahaha
    EM

    Balas
  16. Don, nang Ngostrali wong yen misuh munine opo? “You Dog, Man!” opo piye?

    Balas
  17. Don, kalau pake BH hitam dibalik blouse putih bukannya nggak kelihatan?….bingung:P…
    Simba lucu sekali pake baju…dan terlihat nyenyak tidur…..Aku suka lihat anjing, tapi takut kalau dekat, suka menyalak, dan takut digigit….

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.