Anjing dan jari tengah, adakah mereka tertulis di kitab?

9 Jan 2012 | Agama, Cetusan

Semua berawal dari nama dan benda yang ditunjuk oleh nama itu.
Anjing. An-jing. Awalnya hanyalah sebutan untuk binatang. Mereka hidup mengembara di alam bebas hingga konon sejak 12 ribu tahun silam manusia jatuh hati lalu membawanya ke rumah , dijadikannya sebagai piaraan, kesayangan maupun menjalankan fungsi-fungsi lainnya yang disematkan kepadanya.
Suatu waktu, seseorang patah hati terhadapnya. Dalam ilustrasi pikiranku, barangkali orang itu awalnya suka, tapi gara-gara ia menggoda di saat yang tak tepat, si anjing marah lalu menggigit betisnya hingga berdarah. Saking kaget dan sakitnya, ia pun sontak berteriak, “Anjing!” Sejak saat itu ia selalu berteriak, “Anjing!” kepada siapapun yang menyerang atau mereka dan apapun itu yang membuat marah tak peduli apakah mereka atau sesuatu itu anjing betulan atau bukan. Uniknya, hal itu lantas diikuti oleh banyak orang, hingga sekarang.

“…sadarkah kita bahwa agama tercipta pada satu masa dimana tak semua hal yang muncul sekarang sudah ada saat itu…”

Sapaan untuk hewan tersayang akhirnya menjadi umpatan yang mendatangkan sakit hati untuk orang yang dikenai dan konstruksi moral masyarakat lambat laun mengkotakkan kata ‘anjing’ sebagai umpatan adalah sesuatu yang tak elok untuk diucapkan.
Soal jari tengah itu lain lagi.
Apa salah jari tengah dibanding jari lainnya mungkin hanya surga yang tahu. Hingga akhirnya muncul beberapa versi sebab kenapa orang masa kini (terutama yang hidup di sini) sangat sensitif ketika diacungi jari tengah. Tapi dari sekian banyak versi, aku tertarik untuk mencomot satu, milik bangsa Yunani kuno. Dalam peradaban bangsa itu, jari tengah disebut sebagai katapugon; menusukkan jari tengah ke lubang anus untuk mendapatkan sensasi seks yang berbeda dari biasanya. Lalu semakin kemari, dengan fungsi yang sama (menusuk), tak hanya penetrasi anal namun juga penetrasi ke liang senggama ya menggunakan jari tengah tersebut.
Maka sejak saat itu, orang seperti kehabisan daya untuk tersenyum dan gembira ketika orang lain mengacungkan jari tengah ke mukanya karena membayangkan dan tahu untuk apa sebenarnya jari tengah itu ditujukan. Mudah ditebak sesudahnya, jari tengah menemani ungkapan ‘anjing’ sebagai sesuatu yang ‘tak elok’ untuk ditunjukkan pada orang lain

*? *? *

Dua contoh di atas, anjing dan jari tengah kusajikan sebagai ilustrasi untuk menyampaikan opiniku bahwa kehidupan ini berdinamika dan kita butuh tanggap terhadap gerakannya. Tak ada yang statis dalam kehidupan ini, bahkan sesuatu yang semula bermakna tunggal dan baik, karena satu kejadian kecil menjadikan ia memiliki dua arti yang tak semuanya baik. Sesuatu yang awalnya tak ada, tiba-tiba muncul dan orang pun bertanya-tanya, apakah itu baik atau tidak?
Masyarakat tradisional yang terlalu manja untuk menjawab pertanyaan tersebut menggunakan akal budinya lalu memilih agama untuk menjawab karena hanya itu yang ia rasa ia punyai. Mereka berharap kitab-kitab suci secara aktif memberi jawaban kepada mereka, para pemalas itu.
Masyarakat modern akan memilih untuk menggunakan akal budi dengan tetap menggunakan dasar moralitas dan religiositas dari agama yang dianutnya secara hati-hati namun penuh keyakinan.
Lalu pertanyaannya, mana yang lebih benar dalam mengupayakan cara terbaik untuk mencari jawaban itu? Golongan tradisional kah? Modern kah?
Terlepas dari benar-salahnya, sadarkah kita bahwa agama tercipta pada satu masa dimana tak semua hal yang muncul sekarang sudah ada saat itu sehingga mudah ditebak, hal-hal yang muncul belakangan tak kan tertulis secara eksplisit dalam kitab-kitab pendukungnya?
Seperti seseorang yang beberapa waktu silam kuajak berdiskusi tentang satu profesi yang kutanyakan ‘keabsahannya’ menurut dia. Semula aku tak mengharapkan diskusi itu dibawa ke dalam ranah ‘tradisional’ karena kupikir ia cukup modern.
“Eh jadi menurutmu profesi A itu salah atau tidak?” tanyaku.
“Tidak!” jawabnya.
“Kenapa?”
“Karena hal itu tidak tertulis dalam kitab!”
Diskusi lantas kuhentikan di situ. Bagiku, hal itu bukannya tak menarik lagi, tapi kalau kulanjutkan takutnya akan menciderai persepsiku terhadap agama itu sendiri dan lantas menganggap agama sebagai sebuah konstruksi purba nan gagu menghadapi jaman yang begitu pesat larinya ini. Lagipula. taruhlah jawaban temanku itu benar bahwa profesi A dihalalkan karena tak tertulis di kitab, lalu bagaimana dengan persepsi tentang anjing dan jari tengah yang kujabarkan di atas itu tadi?
Bagaimana pula pembajakan karya cipta, teroris, hacking.. apakah kita akan baik-baik saja jika kita melakukannya semata karena ia tak ditulis secara eksplisit oleh kitab-kitab nan suci itu jauh sebelum kata-kata itu menemui maknanya yang terkini?
Atau akankah kita akhirnya mencari-cari alasan dengan bilang “Sudah tertulis tapi dengan istilah lain!” Kalau demikian, kenapa profesi A juga tak dimungkinkan sebagai ‘hal yang ditulis tapi dengan istilah lain’ juga?
Touche!? Tulis Umar Kayam setiap Pak Ageng (dirinya) kena sekak Mr. Rigen, pembantunya itu…

Sebarluaskan!

78 Komentar

  1. blog juga nggak ada dalam kitab ya Om *nutup kitab*
    *lantas kabur*

    Balas
    • lha kitab itu blog kan? ;)

      Balas
  2. Daripada repot-repot buka kitab yang bisa saja tebal, mengapa tidak langsung saja bertanya kepada hati kita sendiri boleh atau tidak dengan menempatkan posisi kita sebagai objek (yang di…). Ku rasa lebih mudah dan fleksibel :)

    Balas
    • Hmmm untuk segala persoalan kalo bisa selalu konsiste sih bagus :)

      Balas
  3. Kurang paham kalau di agama lain. Tapi kalau di agama yang saya anut, memang dari kelahiran kitab sucinya sudah menitik beratkan pada persepsi pembacanya. Karena benuknya bukan deskriptif dan naratif. Tapi lebih berupa pemaknaan dan simbol-simbol. Tapi ya saat ini banyak juga yang memahami kitab itu dengan cara tertulis apa adanya. :)

    Balas
    • let me guess what’s your religion… :)

      Balas
  4. hmmm dalem nih postingannya, blm mudeng hrs dibaca lagi =)) *bookmark*

    Balas
    • Sip :)

      Balas
  5. Idem sama mas didut.. belum berani komentar deh.. *mikir dulu*

    Balas
    • Belum berani komen kok udah komen :)

      Balas
  6. wah, esuk-esuk wis ditawani wacan abot. maca postingan karo ngelus-elus bathuk…hihihi…
    tapi asik, mencerahkan. kaya filsuf tenan situ, itu… bobot postingannya kaya jebolan mertoyudan atau ledalero…. :)

    Balas
    • jebolan sorpokat wae..:)

      Balas
  7. ada 300 ribu kitab sepertinya, dari langit… dan saya hanya tahu beberapa garis kalimat.. jadi ya… embuhlah :-)

    Balas
    • 300 kitab? ada RSS Feed nya? :D

      Balas
  8. Beberapa paragraf harus saya baca dua kali, untuk menghindari salah memaknai.
    Bagaimana kalau seseorang, katakanlah saya, hanya percaya pada hati nurani, bukan kepada kitab-kitab yang kita tahu kepastiannya ditulis oleh siapa, kapan, dan dimana itu.

    Balas
    • tak ada yang memiliki definisi atas kebenaran dan kesalahan yang benar-benar tepat di bumi ini, Bli… percayalah apa yang menurutmu paling bagus untuk dipercayai :)

      Balas
  9. yah, pagi-pagi sudah bikin botak ubanan :D

    Balas
    • botak ubanan = gigi ompong bolong-bolong ya ? :)

      Balas
  10. Eh curang cuma 2 golongan yang dimasukkan.
    Aku mencermati golongan ketiga yaitu spiritualis, baik yg serius maupun yg flamboyan ala flower generation. Termasuk steve jobs juga
    Mereka cenderung melihat suatu kejadian dalam kacamata keseimbangan baik masa lalu – masa depan, dunia mikro – dunia makro, berefleksi sekaligus berkreasi, beragama juga melintasi agama.
    Meski jarang, kaum itu menyelinap dan berperan diantara kaum modern maupun tradisional
    Hehe aku masih ingat angan-angan dulu pasca baca karya-karya Capra, terus novel manuskrip celestine, sampai bohemian borjuis. Dunia akan bertransformasi menjadi beda
    Entahlah, sepertinya hanya angan
    Hehe

    Balas
    • Hmmm.. menarik! Tapi beberapa dari golongan ‘ketiga’ mu ini ada di kaum ‘modern’ ku :)

      Balas
  11. aku masih gaptek,,,, belum memahami makna yang diatas,, he
    Taunya istilah anjing n jari tengah dari FIlm2 aja,,,
    salam kenalll

    Balas
    • Hmmm…

      Balas
  12. Super sekali postingannya mas Donny yg satu ini.
    Menunjukkan banget kalau sampeyan cerdas mas (y)

    Balas
    • Halah… rusa oh rusa… Tapi makasih kunjungan dan komentarnya ya :)

      Balas
  13. Waduh,… abot tenan, oM
    ini mau cerita soal jari tengah, an-jing, atau alkitab ya?
    soalnya an-jing ngga punya jari tengah,… alkitab ngga dibaca an-jing,…. Maksudku ‘an-jing2’ yg pinter itu *halah*

    Balas
    • Kalo abot/berat dan gga kuat dinaikin becak biar enteng :)

      Balas
  14. ada sensasi tersendiri saat membaca paragraf-paragraf awal, seperti membaca situs wiki yang membahas Anjing dan Jari tengah… eh diakhirnya sensasinya lain serasa baca blog seorang filsuf Yunani.
    Kalo profesi mencuri sendal itu ada gak tertulis di kitab suci pak?

    Balas
    • Ngga, tapi pencuri, apapun itu, tetap harus dipersalahkan :)

      Balas
  15. nah iya, don… yang kamu tuliskan ini cocok dengan apa yang aku pikirkan belakangan ini. kadang orang malas berpikir, jadinya cuma mengandalkan kitab. kitab dianggap seperti kamus… hehehe.

    Balas
    • Hehehehe, seolah Agama itu ilmu pasti ya :)

      Balas
  16. Pokok bahasan yang menarik dan sempet saya baca hal serupa dari sudut tulisan lain juga DISINI Dab…
    Met tahun baru 201 yaa…
    Nuwun…

    Balas
    • Hehehe, aku udah baca pengen komen sayangnya harus daftar mulkipli lagi :)
      Happy new year!

      Balas
  17. Sing mbok takokke ki profesi opo to PakDhe? Blogger penerima review, gitu? *mrenges*

    Balas
    • Hooo.. :O *sensi ih

      Balas
  18. kayaknya memang perlu representasi ulang ttg kitab2 suci itu. :)
    salam

    Balas
    • Top ini komentarnya.. singkat tapi kena!

      Balas
  19. memang terkadang kita sering melakukan suatu hal yang sebenarnya tidak kita tahu asal usul dari simbol tersebut, sehingga bagi beberapa orang simbol atau kelakuan kita dapat menimbulkan sakit hati mas DV

    Balas
    • :) oh gitu ya hmmm…

      Balas
  20. abot tenan iki bahasane, kudu konsentrasi :D

    Balas
    • tumpake becak :)

      Balas
  21. Katapugon …. learn something new from here. thanks, don!
    *catet*

    Balas
    • sing dicatet sing ngono2 kuwi :)

      Balas
  22. (smile) bergaya si tante ituh haha
    Don, kitab itu sendiri banyak tafsirnya :D *jadi inget beberapa waktu lalu lumayan diskusi soal tafsir suatu ayat di Alktiba* Jadi ya balik lagi ke nurani masing2 untuk menjawab itu, IMHO.

    Balas
    • Hmmm.. thanks for your humble one :)

      Balas
  23. dari sisi kebahasaan, penggunaan istilah “anjing” yang akhirnya membudaya hingga menjadi sebuah sebutan khas, bisa dibilang sebagai gejala “arbitrer”, mas dan. konon proses penciptaan bahasa memang seperti itu, seperti halnya kenapa muncul kosakata “batu, rumah, pasir, kebun, dll”. tentang jari tengah, ini agaknya juga sangat erta kaitannya dengan konteks kultural. bisa jadi ada kelompok masyarakat tertentu yang sama sekali tidak tersinggung ketika ada orang lain yang menunjukkan jari tengahnya, karena dalam budaya masyarakat tdk kenal dengan “stigma” jari tengah semacam itu. salam ngeblog.

    Balas
    • Makasih tambahan ilmunya, Pak Sawali…

      Balas
  24. Dalam bahasa hukum…..sudah ada yurisprudensinya belum?
    Artinya kita bisa mengambil contoh berdasar kebiasaan, walau kebiasaan ini juga akan berubah..bukankah manusia juga akan selalu berubah?

    Balas
    • Hmmm… Bu.. benar :)

      Balas
  25. mungkin jika orang pertama itu digigit kucing.. bila saja ibu jari yang pemberi sensasi itu.. mungkin saat ini orang akan marah dengan mengumpatkan, “KUCING!” sambil mengangkat ibu jari.

    Balas
    • Betul :)

      Balas
  26. Ya, itulah Indonesia.
    Tidak masyarakat, tidak pemerintah. Sama-sama “edan-edanan”, anjing pun bisa dijadikan sebagai alat untuk menyinggung perasaan orang. Keterlaluan memang! :(

    Balas
    • ho? :)

      Balas
      • Maaf, jika tidak menyambung sama sekali. :)

        Balas
        • nyambung kok, cuma lagi mencerna aja trus spontan nyletuk “ho?” :) salam kenal :D

          Balas
  27. Kalau caciannya memakai hewan lain, bagaimana Mas Don? Babi, misalnya.

    Balas
    • babi? haram :)

      Balas
      • Anjing dan Babi kan jg haram !!!
        Haram menurut manusia sich(yg perlu d pertanyakan jg, dr aspek apa ke-Haram-an suatu hal itu)
        klo menurut Tuhan, apa yg Haram??
        Tuhan menciptakan tumbuhan + binatang lebih dr manusia loh.
        Jadi…….darimana manusia mempunyai Hak u/ mengharamkan ciptaan Tuhan???

        Balas
  28. Saya jadi tahu apa fungsi jari tengah.

    Balas
    • oh?

      Balas
  29. wah tulisan yang bagus! Menghubungkan Anjing, jari tengah dan kitab nan mutlak. Padahal apa sih yang mutlak di dunia ya? Tentunya lebih banyak yang tidak tertulis dalam kehidupan kita ini. Ntah nanti kalau Google sudah jadi kitab suci :D
    Kalau boleh kutahu berapa lama kamu menuliskan ini. Super!

    Balas
    • Seminggu :) selalu ada tahap pengendapan trus penyempurnaan ide.. trus eksekusi tulisan trus perbaikan.. demikian :D

      Balas
  30. hehehe, ayo dong ditafsirkan lebih dalam lagi, worst case paling2 dapat cap heretic
    Dua contoh di atas, xxxxxxxxxxxxxxxxxxx menyampaikan OPINIKU (DV) bahwa kehidupan ini berdinamika dan kita butuh tanggap terhadap gerakannya. Tak ada yang statis dalam kehidupan ini, bahkan sesuatu yang semula bermakna tunggal dan baik, karena satu kejadian kecil menjadikan ia memiliki dua arti yang tak semuanya baik. Sesuatu yang awalnya tak ada, tiba-tiba muncul dan orang pun bertanya-tanya, apakah itu baik atau tidak?
    kelingan lagune RUSH dab? Tom Sawyer – http://www.youtube.com/watch?v=JsKBIBJj-4M
    …”He knows that changes aren’t permanent…but Change is” it says… change is the only constant
    many changes based on example dan tafsir tafsir, klo punya nyali ya di-apply aja ke kitab dan alkitab …siap dadi syech siti jenar? wahai Mr Tom Sawyer of the blog?
    1997, lungguh bareng ambek konco magelang, hard core army of God, adu tafsir membawa bendera kitab masing masing, kondisi moto waras weteng wareg…result = ora gathuk!
    1997 juga, masih dengan orang yang sama, adu tafsir lagi, bedanya = kondisi sama sama separo jackpot alkohol + suket, we saw a hell lots of rivers so called religion flowing to the same ocean.., acara adu jangkriknya otomatis mandeg, diam dalam ke-sefahaman ke-akuran yang levelnya bahkan sekarang aku lupa apa bisa kembali ke grade itu lagi (tanpa alkohol, tanpa suket, + dengan orang yang berbeda…) nampaknya impossible..

    Balas
    • Hehehehe.. komenmu slalu kunantikan, Dab! Komentarmu ki lugas tapi tak teoritis :)
      Begini, tulisan ini bukan untuk menafsirkan apapun tentang kitab suci manapun.. Tujuan penulisan ini justru memaparkan bahwa ada yang salah dalam kita (mereka) memahami kitab atau buku apapun kalau ia dibaca tidak secara kontekstual.
      Aku suka kamu tak terjebak dalam anjing dan jari tengah itu sendiri karena memang itu hanya contoh, tapi aku malah mikir kenapa kamu seolah menempatkan inti soalan tulisan ini ke pertentangan dua kitab? Apa yang kupaparkan di sini memuat pemahaman yang ‘salah’ di kitab apapun.
      Ciamik komentarmu! Mbok komen lagi biar blogku makin bermutu :)

      Balas
  31. saya malah bingung pak, jika setiap hal di dunia ini gamblang di kitab agama, mungkin kita tidak perlu berpikir untuk membangun peradaban, karena jelas ada, dan tentu kita pun tidak akan berpikir untuk bingung, (semoga tidak bingung) hehe.

    Balas
    • Tapi nyatanya banyak yang memaksakan diri seolah semua ada di satu buku tebal itu :)

      Balas
  32. gara-gara marah, anjing jadi korban dengan disebut terus namanya… :D

    Balas
    • Iya :)

      Balas
  33. Sumpah saya sampe scroll ke atas berkali-kali tuk bisa memahami tulisan Anda bung :D
    Dan saat saya nulis komen ini, saya belum jua menemukan pencerahan.. iq jongkok kali ya haha.
    Sudahlah, tapi saya coba sekenanya deh.
    Pertama, kata2 umpatan anj*ng itu adalah hasil dari budaya verbal. Di ranah Sunda ini sudah umum, dan kadang malah bukan lagi umpatan, tapi sapaan akrab buat teman. ‘Heh anjing, kamana wae sia?’ Bergeser ke tengah, daerah Cirebon (kelahiran saya) dikenal dengan umpatan Kirik. ‘Woy, kirik kuh ente mendi bae?’ Beringsut ke timur, jadi asu. ‘Suuu asu, koe kwi ngendi wae? Digole’i angel’e ra eram!’
    Kedua, masalah jari tengah. Saya baru tau kalau itu asalnya dari Yunani. Dan saya menganggap itu sebuah budaya yang tak patut dicontoh, terutama untuk masyarakat modern. Kalau untuk kalangan tradisional mungkin masih bingung, ‘apaan tuh ngacungin jari tengah? minta dipijitin jarinya ya?’
    Ketiga, mengenai sah tidaknya sebuah profesi, kita tentu mengenal dengan hukum halal dan haram. Itu jelas di kitab, kalau tak ada, cari di petuah Rasul, kalau tak ada, cari di kitab2 para Imam, kalau tak ada juga, masyarakat sekitar yang akan melakukan musyawarah, ini pekerjaan halal apa haram sih? That’s it.

    Balas
    • Komentarmu sudah menjelaskan bahwa kamu sebenarnya ngerti maksud tulisanku :) Salam kenal!

      Balas
  34. Itulah keunikan agama yang tidak dapat disangka dan dilogika seluruhnya akan tetapi berusaha untuk melogika agama kadang suatu keharusan juga pada hal-hal tertentu. Oh ya Mas DV sekarang masih live in Australia toh…? Saya sebenarnya ada keinginan untuk study ke Australia, tapi nggak tau kapan. Baru angan2 …

    Balas
    • Saya memang menetap di Australia… kabar-kabar kalo kemari.. Angan-angan perlu diwujudkan mulai dari sekarang :)

      Balas
  35. Selalu ada ide untu menulis, Ya benar sekali dengan umpatan anjing kita sering mendengar di tengah-tengah masyarakat kita. jauhkanlah umpatan yang membuat orang lain menjadi sakit hati. kadang acungan jari tengah di buat candaan saja seeh walau untuk mengejek. oke met siang

    Balas
  36. nice post

    Balas
    • Thx!

      Balas
  37. sorry ya dv, jadi banjir komentar dari aku. mumpung ada waktu baca :D
    aku bersyukur karena agamaku mengajarkan jika kebenaran tidak hanya dicari dari kitab suci saja hehehehehe…

    Balas
    • Bener… Ngga Sola scriptura aja :)

      Balas
  38. sbnarnya kitab itu hanya sbg dasar2 untk menjalankan kehidupan yg skarang.
    Manusia modern tentunya bisa memilah memilih mana yg pantas atau tidak berdasarkan kejadian/sjarah dlm kitab tsb.

    Balas
  39. Dari dulu saya selalu bertanya-tanya, kenapa orang akan marah jika ditunjukkan jari tengah. Ternyata dugaan saya sebelumnya ada benarnya apa tugas jari tengah secara umum maupun dalam pandangan masayarakat.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.