Anjiiii… Eh Kepiting!

25 Nov 2008 | Aku

Ada pelajaran yang cukup menarik yang kudapat hari itu, Selasa, 11 November 2008.

Dulu, aku memiliki ritual yang unik. Setiap pagi, aku tak pernah bisa mandi dengan nyaman kalau belum buang air besar (BAB), dan BAB yang belum tuntas sangatlah menyebalkan! Moodku bisa rusak seharian karena rasa tak enak pada perut dan akhir-akhirnya buang gas jadi semena-mena terjadi sepanjang hari itu!

Akibatnya, waktu untuk persiapan mandi hingga selesai mandi sangatlah lama. Rata-rata aku menghabiskan hampir satu jam untuk BAB plus mandinya. Sungguh, seperduapuluhempat waktuku hari itu sejak pagi telah terokupansi di dalam kamar mandi!

Tapi sekarang, di sini, di Australia ini, dimana hidup berputar tampak lebih cepat dari yang tercepat yang pernah kurasakan sebelumnya, tantanganku salah satunya adalah mengalahkan ritual buruk itu.

Awalnya sungguh tak mudah!
Merancang maksimal spare waktu hanya 10 menit BAB di pagi hari dan sekali dalam sehari itu plus 10 menit mandi pagi, atau bahkan pada saat waktu yang lebih mepet lagi aku harus men-skip BAB ku dan memindahkannya ke sore ataupun malam hari, wah benar-benar suatu perjuangan yang menantang dan cukup sulit.

Tapi kembali kusadari, kalau hidup itu hanya untuk mencari kata “mudah” saja barangkali saat ini aku tidak ada di Sydney ini. Lebih baik bagiku untuk kembali ke Jogja saja melanjutkan apa yang telah kuraih lengkap dengan segala apa yang melekat pada diriku termasuk ritualku itu tadi, bukan ?

Dan, belajar dari bagaimana aku bisa berhenti merokok secara total tiga tahun lalu, untuk urusan ritual pagi ini akupun memilih untuk radikal terhadap diriku sendiri. Stop hari itu juga tanpa ada adjustment maupun pengurangan bertahap!

Rasanya memang nggak enak.
Mandi tanpa BAB di pagi hari seperti makan tanpa minum sesudahnya, seperti ada yang mengganjal di “maaf” pantat kemudian menjalar hingga ke perut, berputar-putar di sana sesiangan lalu menjelang sore mulai berbuah gas secara semena-mena.. dut… dut… dut….
Dan itu kumulai hari ini tadi :)

Selepas mandi tanpa BAB itu aku lantas bergegas menuju ruang komputer lagi untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai kemarin. “Undangan” untuk BAB kadang bergegas datang, pergi lalu datang lagi tapi terus kukeraskan hati bahwa BAB sejak saat itu sudah kupindahkan jadwalnya di malam hari, dan lama kelamaan tubuh ini akhirnya menurut juga :)

Pukul 1 siang, setelah makan siang aku lantas menyiapkan dan menata berkas yang hendak kubawa ke kantor Imigrasi Parramatta. Dengan mengendarai bis 601 kesayanganku, akupun mencapai kantor imigrasi sekitar pukul setengah dua siang. Waktu itu matahari sedang sadis-sadisnya membakar Sydney. Suhu yang dirasakan akibat sengatannya bahkan sudah semakin mendekat ke angka 40 derajat di SUUNTO yang kukenakan di tangan kiriku.

Tiga puluh menit perjalanan, lalu sampailah aku di kantor imigrasi di Parramatta.
Suasana kantor imigrasi siang itu cukup lengang. Tak terlalu banyak orang yang mengantri namun sayangnya beberapa pegawai kantor itupun juga tak tampak berada di belakang meja. Sebagian ada yang makan dan sebagian lagi, katanya, ada yang sedang meeting di tempat lain.

Setelah mengambil tiket, akupun duduk dan menunggu giliran tiba.
Sejenak kulemparkan pandang ke seantero ruangan dan betapa kulihat ruangan itu sangat multi ras. Asia yang paling mendominasi. Beberapa kulihat seperti tampak dari India dan beberapa lainnya dari Timur Tengah, Philipina, Vietnam, China dan tentu saja Indonesia. Mereka kebanyakan datang berbarengan dengan keluarga meski ada pula yang sendirian seperti aku.

Setengah jam lebih lamanya aku menunggu antrian atau lebih tepatnya menunggu pegawai kantor itu datang setelah pergi.

Berurusan dengan imigrasi yang biasanya terkesan menyeramkan, hari itu telah diubahNya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Tak seperti hari-hari kemarin, kali ini aku berhadapan dengan seorang ibu setengah baya, mungkin seusia dengan Mamaku. Tampaknya ia seorang Philipino, tampak dari namanya, kulit dan form wajahnya serta … aha, sebuah poster penuh dengan gambar Bunda Maria dan Yesus Kristus pada sebuah sisi mejanya.

Lima belas menit sesudah itu, aku telah selesai mengurus semuanya. Kini aku adalah pemegang Bridging Visa sembari menanti Spouse Visa application-ku disetujui oleh DIAC, Departement Imigrasi and Citizenship Australia.

Pukul 2.30 pm aku beranjak pergi dari kantor Imigrasi dan bergegas menuju Hassall St untuk mencari kantor AMES, sebuah program pelatihan Bahasa Inggris bebas biaya untuk para imigran.
Adapun Hassall St, aku sungguh tak tahu dimana letaknya berada.
Dua kali sempat kutanyakan pada orang yang lewat di sekitar kantor Imigrasi, tetapi keduanya menjawab tidak tahu dan hanya bilang “pernah mendengar”.

Atas alasan kurangnya referensi dan lupa melihat peta (serta lupa menyadari bahwa digenggamanku sekarang ada Blackberry yang bisa membuka GoogleMap lebih leluasa ketimbang mobile biasa) aku memutuskan untuk menunda pencarianku dan memilih berjalan cepat ke Westfield untuk bertemu William Pramana yang telah menanti untuk menikmati secangkir kopi bersama di sore itu.

Tak susah untuk mencari William di tempat yang sudah semakin familiar keberadaannya itu.
Setelah bertemu kami lantas menuju ke Gloria Jeans yang ada di lantai 3.

Lalu sesuatu yang menjadi “momen” hari itu pun terjadi!
Ketika sedang menaiki eskalator menuju ke lantai 3,
tiba-tiba dari arah yang berlawanan aku mengenali sosok manusia Asia yang tak lain adalah teman seangkatanku ketika ada di SMA De Britto Yogyakarta dulu. Bertemu dengan orang yang sudah lama kita kenal di tempat “asing” seperti ini tentu adalah saat dimana terjadi luapan gembira yang luar biasa, bukan?

Seperti bertemu dengan sesama anjing di kandang domba, atau menyapa sesama gorilla di kandang kepompong!
Sangat menggembirakan dan pastinya mengharukan bukan?

Tapi ternyata itu semua hanyalah ilusi dan ada dalam cerita-cerita serta film.
Yang kutemui adalah sebaliknya!
Begini kisahnya…

“Loh… kamu?
Kok di sini?” ungkapku kaget sambil tersenyum lebar padanya yang bergandengan seorang wanita asia bermata sipit, sesipit dia.

“Iya… aku udah PR di sini!” sahutnya datar kepadaku seperti tak pernah terjadi apa-apa padaku.
Eskalator terus berlalu, ia berpapasan denganku, turun ke bawah sementara aku di atas.

Damn! Aneh bukan ?
Jika aku jadi dia, tentu akan kusimpan kata-kata “PR” itu karena sangat tidak relevan.
Dimana letak relevansi “Aku udah PR di sini” dengan ketakjubanku memandangnya sebagai teman lama yang mungkin bisa kutanya nomer telp nya dan kapan-kapan entah waktu kapan kita mengadakan dinner bersama lengkap dengan istri masing-masing.

Tentu akan sangat membahagiakan jika ia membalas ucapanku dengan “Eh iya.. Donny kan? Kamu di sini juga?”
atau sesuatu yang lebih nyablak khas De Britto “Hey Su! Biajingan… ngopo kowe nang kene?”

Oh, dimana perginya kata-kata itu?
Sudah sedemikian desperate-nya kah dia dan terlanjur menjadi sok was-was terhadap teman lama yang mungkin menurutnya aku adalah pendatang gelap yang akan meminta-minta makan dan tumpangan inapan di rumahnya?

Anjiii… eh kepiting! Ya, dia emang benar-benar kepiting!

Anyway, “kejanggalan” teman lama yang sepertinya sudah kustop saja dari perbendaharaan teman itu menjadi topik bahasan yang cukup hangat antaraku dengan William.
Kami berdua menyeruput kopi di Gloria Jeans sampai setengah jam lalu sebelum pulang kami mampir sebentar ke JB HiFi untuk sekedar window shopping mengamati barang-barang elektronik dan computer pheriperal yang menggiurkan hati itu.

Pukul 04.00 pm, aku berpisah dengan William. Dia ada agenda pergi ke rumah teman sementara aku harus secepatnya menyentuh rumah sebelum pukul 05.00 pm, sebelum pengantar catering tiba karena hari itu aku hendak membayar catering untuk minggu yang sedang berjalan.

Di tengah jalan kembali aku terbayang dengan peristiwa pertemuan tak disangka dengan “teman” itu tadi.
Aku hanya tersenyum-senyum sendiri membayangkan semuanya melintas kembali di kepala.
Bayangan jawaban yang “nggak nyambung” dengan ketakjubanku tadi melahirkan banyak gelengan kepala sepanjang perjalanan tadi.

Aku merasa seperti bersalaman tapi tak disodori tangan tapi ya sudahlah, itulah kehidupan.
Persetan dengan ke-debritto-an yang sering diagung-agungkan itu, tampaknya roda jaman telah menggilasnya menjadi sosok yang sangat aneh.. setidaknya bagiku, orang yang juga sering dicap aneh ini :)

Skali lagi, Anji.. eh.. kepiting! :)

Bayar Parkir
Bayar Parkir di sini adalah hal baru bagiku dan menyenangkan untuk diamati.
Parkirkan mobilmu di tempat yang telah ditandai, BACA.. ya BACA berapa jam maksimal waktu yang diperbolehkan untukmu memarkirkan kendaraan. Kalau sudah, beli tiket di tempat yang telah disediakan, bisa pakai kartu kredit ataupun koin. Tentukan berapa lama kamu akan parkir disitu, lalu setelah print out kertas kamu terima dari mesin itu, letakkan di kaca mobil lalu pergilah.
Tapi ingat, jangan parkir melebihi batas waktu yang telah dibeli atau ranger yang lewat akan mencatat nomermu, melaporkannya pada RTA lalu slip tagihan denda akan dilayangkan di rumahmu! (menulis dengan geram karena belum apa-apa udah jadi korban lupa parkir kelamaan huahuahuahua!)

Redfern
Pemandangan stasiun Redfern dari atas kereta Parramatta – TownHall

Sebuah jalan
Ass-Pret!
Assaaalll Jepret hehehe

Sebarluaskan!

23 Komentar

  1. hehehe…no koment deh..ntar malah salah kalo kasi koment..btw inspiratif mas kisahnya, thanks. oh ya salam kenal ya..

    Balas
    • Lha anda takut salah komen kok ngirim komentar hehehe… Jangan takut Mas.. ini jaman sudah modern :)

      Balas
  2. Jangan prasangka buruk dulu thoo
    sapa tau dia grogi disapa selebritis, atau selebritisnya naik eskalator sambil kentut, jadi ya gimana mau nyambung, hlawong nyauri karo ngampet ambegan..

    Balas
  3. iiiihh…memang menyebalkan kalo ketemu orang Indo di sini yg berlagu!

    Balas
  4. Hati manusia bisa berubah-ubah Don.. Dibolak-balik OlehNya. Sungguh menyebalkan sikap si Kepiting.
    Kelak kalau kamu udah dapat PR, kamu kudu lebih sukses dari dia ya.. Tak ada ruang buat kesombongannya.
    Jangan sampai kekesalan ini mempengaruhi BAB-mu Don rugiiii :D
    Jaga kesehatan!

    Balas
  5. Don, aku tersenyum-senyum sendiri baca kisahmu ketemu teman itu. Kadang teman SMA, yang sangat akrab sekalipun…bisa sangat berubah sesuai keadaan. Mungkin temanmu pernah mengalami trauma oleh sesama temannya…atau mungkin pasangannya tak suka dia kongkow2 dengan teman lamanya.
    Udahlah, kenyataannya kan ada teman lain yang baik…jadi memang kita pada akhirnya ada pilihan-pilihan…ada teman yang hilang…ada teman yang baru.
    Lain kali kalau ketemu tunggu aja, kalau dia senyum…baru balas senyum…bahkan mungkin senyumpun udah dilarang….hehehe…kalau gitu ya lupakan aja teman lama tadi).

    Balas
  6. keponakan saya ceritanya hampir sama tapi tidak serupa. intinya orang indo yang disana malah lebih belagu terhadap sesama indonya. ah mudah-mudahan tidak semua yaa .. minimal mas dv ngga … ya nggak? .. ya dong .. dong ya?

    Balas
    • Saya ? Wah lha ndak perlu ke Australia aja udah .. hahaha udah jadi orang baik maksudnya :)

      Balas
  7. Huahaha waduh don, hidup itu terlalu indah untuk dipakai mikirin orang2 yang ga pentiiiing =)) kalau aku biasanya cuma komentar sebentar, kasihan ya dia, ga bahagia jadi ga bisa bikin orang lain bahagia ;) GBU

    Balas
    • :D Hahaha betul itu Jul.
      Percuma sampe di Australia cuma bisa jawab kayak gitu :)
      Kalau bingung berdoa, Jul! Mohon petunjuk lalu BERGERAKLAH maka Dia akan ada di dalam gerakmu!
      Ojo kesuwen!

      Balas
  8. Hueeeiiittthh!!
    Aku pasti yo mangkel nggak ketulungan, Don!!!
    Pernah ada kejadian yang sama. Sudah tak bela-belain nyodorin muka di depan dia, eh.. malah pura-pura nggak melihat… Piye thoooooo…
    Apa malu melihat aku yang cuantik tenan iki ya, Don.. hihihi… Lala lali ngaca nang omah.. :)
    Apa kabar Don?
    Kepitingnya dimasak aja deh!

    Balas
    • Lha nek kamu menyodorkan muka ke dia, barangkali temanmu akan bertanya “ini muka atau apanya si Lala?” Ahuahuahua guyon, La!
      Kabarku apik2 wae,
      masih tetap mencoba bersabar untuk mendapatkan pekerjaan yang terbaik!
      Doakan saya!

      Balas
  9. hehheh, itu juga yang menyebabkan aku tidak mau tinggal di Kampung Melayu Tokyo, dan harus berbasa basi setiap pagi dengan rekan senegara, yang di belakang punggungnya menjelek-jelekkan aku. Mending aku berbasa basi dengan orang Jepang yang baru kukenal dan ada kemungkinan menjadi kawan akrab.
    si Kepiting bukan de britto sejati!!
    eh DV ngga mau buka akun di FB tuh? bisa ketemuan de britto banyak kali. Tarki udah mbludak di situ.
    EM

    Balas
    • Hehehe ternyata ngga cuma di Australia dan di blog saja orang kita belagu.. di Jepang juga tho hahaha..
      FB? Halahh.. udah sejak jaman kapan kaleeee ;)

      Balas
  10. emang nyebelin kalau kayak gitu….
    kayak gak punya pengalaman bareng dimasa lalu aja…
    he… saya kok bacanya ikut geram ya ???

    Balas
  11. btw, udah BAB belum don malam ini? hihihi… kalo belum, sakno Joyce. semalam-malaman mabuk kentut… :))

    Balas
  12. wah…wah…memang menyebalkan kalau itu sampai terjadi sama saya. Mungkin Mas Donny dilihatnya terlalu tampan sehingga bisa mempengaruhi pandangan cewek yang digandengnya. wakakakaakakak…:D

    Balas
  13. Ha…….ha…. lucu sekali ceriamu Don. Jawabannya gak nyambung gitu, artinya dia takut ketauan jd penduduk gelap di sini. Jadi dia langsung bilang aq uda PR di sini…ha..ha..

    Balas
  14. Hlooh, pup pagi hari itu bagus kok buat metabolisme tubuh, jangan diubah waktunya. Karna kalo BAB diwaktu malam, kata dokter itu nyimpen racun ditubuh…
    Trus komen utk teman lamamu : kepiting menggonggong, kafilah berlalu sajah.
    Yang penting dirimu gak sampai begitu.

    Balas
  15. Cobalah belajar dari filosofi kegiatan Simba setiap pagi itu lho, Don…
    Dia bisa memulai hari dengan riang.

    Balas
  16. 1. ediyaan….1/3 postingan mbahas BAB !
    2. Seperti bertemu dengan sesama anjing di kandang domba, atau menyapa sesama gorilla di kandang kepompong!, pengandaianmu gak ana sing luwih parah, dab ?
    3. masalah temanmu, anggep wae dia lagi stress berat, terus jadi pah poh !

    Balas
  17. keplaki wae mas :))

    Balas
  18. Cerita yg lucu dan menarik.
    Salam kenal

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.