Andai Pasha Ungu itu anak De Britto

25 Jan 2018 | Cetusan

Rambut Pasha dipersoalkan dan dianggap melanggar etika? Wajar saja karena manusia pada umumnya memang bertekuk lutut di bawah impresi, pada bagaimana seseorang dicitrakan menurut orang lain dan orang banyak.

Mau bukti?
Lima puluh delapan persen warga sebuah kota kepincut pada seorang yang santun, murah senyum dan agamis! Ia mengalahkan seorang lain yang cenderung cuek dan galak sehingga terkesan arogan? sok bersih dari korupsi pula! Padahal itu semua hanyalah impresi!

Jadi, kalau mau berkarir lebih lama di politik, Pasha sebaiknya memangkas skin fade-nya itu.?Lagipula, kreativitas dan pembuktian bahwa diri adalah seorang seniman tak harus selamanya tampak dari penampilan fisik melainkan karya. Lihatlah alm. Steve Jobs. Dandannya tak pernah macem-macem. Kaos hitam lengan panjang, turtle neck dengan paduan jeans pipa lebar serta sepatu kets. Tapi soal karya? Jangan tanya!

Nah, bicara soal rambut dan impresi, aku punya cerita menarik. Kebetulan aku kan sekolah di De Britto dulu. Sekolah khusus pria yang superkeren itu membebaskan para muridnya untuk memiliki potongan rambut seperti apapun!

Tapi ada pola unik di sana.
Ciri khas anak-anak kelas satu (sekarang kelas sepuluh), mereka akan berlomba-lomba memanjangkan rambut. Maklum, anak baru, baru bebas dari SMP, baru senang-senangnya pamer rambut gondrong ke kawan-kawan lain yang sekolah di SMA lain.

Kelas dua (sebelas) mereka mulai bosan. Mulai mikir ternyata perawatannya nggak murah dan susah. Kalau gak rajin merawat apalagi bau, mana ada cewek yang mau?

Naik kelas tiga (dua belas), banyak yang akhirnya memangkas rambutnya. Konsentrasinya ke ujian akhir, nggak ke rambut lagi!

Dari situ, aku dan kawan-kawan di sana belajar bahwa kebebasan itu justru tampak indah ketika kita bisa mempertanggungjawabkan setiap jengkal yang kita ambil.

Pertimbangannya? Seberguna apa kebebasan yang kita ambil itu bagi sesama!

Buat apa gondrong kalau ngabis-ngabisin duit? Mending duitnya ditabung atau disumbangkan!?Buat apa gondrong kalau ternyata nilainya ?botak? alias ?nol???Buat apa gondrong kalau hal itu membuat keluarga cewek kita jadi nggak suka? (Duh, impresi lagi!)

Jadi, Pasha Ungu eh Sigit Purnomo Syamsuddin Said, Wakil Walikota Palu yang terhormat, demi cita-citamu yang luhur nan mulia untuk mengabdi lebih lama pada bangsa dan negara di jalur pemerintahan, pangkas saja rambutmu! Teruskan meniti karir secara bersih dan brilian. Kalau walikota aja ada yang jadi presiden, sapa tahu wakil walikota bisa jadi? wakil presiden, kan?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.