“Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
(Lukas 6:43 – 44)
Angka tahun sudah menunjuk 2017 tapi masih banyak orang yang ‘belum ganti kalendar’ tetap berpikir ini adalah tahun 1965! Ya, masih banyak orang menggunakan stigma ‘Anak PKI’ untuk menilai seseorang atas tindakan seorang yang lainnya.
“Nggak heran lah! Kamu harus tahu dulu siapa simbahnya?! Siapa kakeknya! PKI!” begitu dulu tetanggaku pernah nggremengi (ngegosipin -jw) seorang tetangga lain yang memang beberapa pendahulunya dulu pernah ikut dalam organisasi yang dilarang terkait pembunuhan para jenderal Angkatan Darat pada 30 September 1965 tersebut.
Tapi apakah seluruh anggota PKI lantas bisa diberi beban kesalahan yang sama jika memang mereka dianggap bersalah? Katakanlah iya, adakah relasi antara kesalahan satu angkatan yang terdahulu dengan angkatan lain di bawahnya terlebih setelah organisasi itu dilarang?
Hari ini dalam Kabar Baik yang ditulis Lukas, Yesus mengatakan bahwa tak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik dan sebaliknya tak ada pohon tak baik yang bisa menghasilkan buah baik, terkait dengan stigma di atas, pertanyaannya sekarang, adakah kita ini buah dari pohon yang tak baik?
Tidak ada orang yang tidak berasal dari Tuhan yang Esa apapun agamanya, suku, pilihan politik, siapapun orang tua dan kakek-neneknya. Hanya ada satu stigma yaitu dari ‘Yang Baik’ dan ‘Yang Tak Baik’ dan itu mengacu pada Tuhan dan Si Jahat.
Pernyataan Yesus tersebut adalah tentang bagaimana setiap dari kita sejatinya memiliki DNA yang sama yaitu DNA Tuhan. Karena kita diciptakan secitra denganNya, maka ketika tahu Tuhan itu baik maka sejahatnya manusia sebenarnya iapun memiliki DNA baik. Ketika kita sadar Tuhan itu pemurah, maka kita pun sebenarnya juga bisa bermurah hati pada sesama yang membutuhkan. Ketika kita mengakui Tuhan mengampuni kesalahan kita, maka untuk apa kita menghukum salah sesama?
Tapi adakah Tuhan itu men-stigma manusia dari keturunannya? Tidak! Melalui pengorbananNya di kayu salib, Ia mencabut semua akar buruk yang mungkin timbul dari keluarga kita terdahulu. Oleh karena itu, kita juga tak berhak untuk menstigma orang lain berdasarkan pilihan politik, agama, keyakinan bahkan orientasi seksual seseorang termasuk dengan mencap orang ‘Anak PKI’ atau ‘Anak Orba’ sekalipun.
Peduli amat kamu itu anak atau cucu siapa, sejatinya kamu patut berbangga menjadi pribadi yang memiliki DNA dari Tuhan yang Esa. Persoalannya tinggal bagaimana selalu menampakkan DNA itu kepada sesama sepanjang hidup kita sehingga orang percaya bahwa kamu memang yang berasal daripadaNya.
Akur?
Sydney, 16 September 2017
0 Komentar