Almascatie: Suatu saat blogger akan menjadi motor penggerak kekuatan

3 Des 2013 | Cetusan, Harblognas

Penggunaan social media sebagai ?alat bantu pengorganisasian? massa dalam revolusi sipil(dan akhirnya militer turun tangan) di jazirah Arab atau yang dikenal dengan ‘Arab Spring’ tentu tak perlu terjadi di bumi Indonesia.

Negara kita kan demokratis, ya nggak?
Jadi cukuplah sejarah pendongkelan kekuasaan sekali-dua saja di masa lampau dan tak perlu diulangi apalagi dengan cara-acara anarkis kecuali memang pemerintahnya sudah sangat kebangetan.

Tapi anyway, peristiwa Arab Spring bagiku menjadi satu penyadaran bahwa kekuatan rakyat itu bisa dihimpun dengan cara apa saja termasuk cara-cara baru seperti social media melalui jaringan internet. “Alat baru” itu bergerak begitu massive karena lepas dari keterbatasan waktu dan tempat serta justru menawarkan keleluasaan penyebaran informasi yang belum pernah ada sebelumnya dipandang dari sisi jenis yang bisa berupa tulisan, audio maupun video.

Adalah ‘Almascatie’ (hingga tulisan ini kususun aku belum tahu siapa nama aslinya tapi eh, apalah arti sebuah nama, kan?).

Ia bukan penggagas gerakan besar-besaran seperti Arab Spring atau dalam skala lebih kecil sekalipun. Suaranya pun barangkali tak bergaung di ‘gempita’ Jakarta, tapi nun jauh di timur Indonesia, tepatnya Maluku, suaranya cukup lantang menyuarakan hal-hal yang menurutnya perlu disuarakan.

Almascatie adalah blogger yang pada akhirnya mensinergikan pergerakannya dengan social media lainnya meski memiliki keterbatasan infrastruktur media penyebarannya, internet. Saat kita yang ada di belahan lain dengan mudah memutar video Youtube dan mengamati timeline di Facebook maupun Twitter, ia bisa dibilang tak semudah kita dalam mengaksesnya.

Namun hal itu tak menyurutkannya untuk bersuara, karena suara memang pantang disurutkan oleh hal-hal ‘remeh-temeh’ seperti itu.

Nikmati tuturannya kepadaku berikut ini!

Apa yang kau tulis di blogmu pada awalnya?
Apa yang dilihat dan dirasa saja, Bang! Kebetulan punya banyak waktu luang dan ada koneksi internet karena bekerja sebagai penjaga warnet di ambon.

Secara garis besar?
Aku menulis tentang keindahan Ambon, pemandangan-pemandangan dan hal-hal yangg indah tentang negeri ini.

Hahahaha ‘keindahan negeri ini’ itu termasuk kelambatan pembangunan yang dirasakan di Indonesia timur termasuk Maluku dan sekitarnya, Bung? Apa anda menulis juga tentang hal ini?
Awalnya benar-benar murni tulisan travelling kok meski sudah mulai merasa resah dengan kondisi yang agak “terlambat” di Maluku.

Apalagi seiring semakin mengenal kawan-kawan blogger di daerah lain, maka perbedaan-perbedaan tentang kondisi keterlambatan pembangunan di sini sudah semakin kentara.

Tapi itu bukan puncaknya. Kejadian-kejadian yang terjadi di Ambon lah yang membuat saya akhirnya benar-benar merasa bahwa ini semua harus dituliskan!

Oh, apa itu puncaknya?
Pertama saat 2007 lalu ada beberapa buah bom yang meledak di kota Ambon. Warga sudah mulai jenuh dengan kondisi rusuh. Beberapa bom yang meledak meski tidak diketahui siapa yang meledakkannya namun membuat kondisi kota menjadi kurang kondusif.

Kedua, dan kupikir inilah puncaknya adalah saat Perayaan Harganas 2007 yang dihadiri oleh SBY dan kemudian terjadi peristiwa Tarian Cakalele disertai pembentangan bendera RMS (Republik Maluku Selatan) di hadapan SBY.

Saat itu saya sebenarnya malas untuk mencari tau apa sih permasalahan, namun yang lantas sangat menyakitkan adalah ketika tiba-tiba ada “permintaan maaf dari pemerintah Maluku terhadap Pemerintah Indonesia (SBY)”

Bagi saya rakyat Maluku tidak bersalah, jadi kenapa harus minta maaf?

Bagi saya rakyat Maluku tidak bersalah, jadi kenapa harus minta maaf? (baca link tentang ini di sini)

Sejak saat itulah saya mulai membuka pikiran untuk lebih melihat apa sih yang terjadi di kota saya ini, ketimpangan yang paling nyata adalah ketimpangan koneksi internet yang berhubungan langsung dengan aktifitas online. Juga pendidikan serta keterlambatan pembangunan dll. Perbedaan besar antara tahun sebelum tahun 1999 dan 2007 sampai sekarang begitu terasa di semua lini masyarakat.

Tulisan-tulisanmu itu membuahkan hasil? Maksudku, apakah ‘teriakan-teriakan’ mu didengar?
Hahaha.. :)) ga ada. ga didengar. tapi bagi saya tidak penting untuk didengar atau tidak, karena blog untuk wilayah ambon atau taruhlah di indonesia pada jaman itu belum menjadi sebuah kekuatan untuk didengar kan?

…ga ada. ga didengar tapi bagi saya tidak penting untuk didengar atau tidak…

Dan saya juga tidak menganggap tulisan saya harus langsung membawa perubahan karena untuk mengubah itu tidak cukup dengan satu tulisan kecil di blog lalu selesai, butuh waktu panjang, butuh kawan seperjuangan yang sama-sama peduli, butuh kerja keras, butuh implementasi juga di dunia nyata untuk mewujudkan itu semua. Blog hanya menjadi alat untuk menuangkan ide-ide saya saja.

Anda punya cita cita gak suatu waktu suara blogger benar-benar didengarkan penguasa atau setidaknya mampu membuat movement yang kuat seperti peristiwa Arab Spring di Mesir beberapa tahun silam itu?
Cita-cita sih ga, tapi mungkin saya berharap suatu saat blogger akan menjadi motor penggerak kekuatan bagi perubahan yang baik di negara ini. Karena bagi saya, blogger adalah salah satu bagian penting dalam masyarakat sama seperti mahasiswa saat 98. Dan karena blogger adalah bagian masyarakat maka blogger tidak bisa bergerak sendiri. Saya mungkin banyak belajar dari gerakan #SaveAru yang teman2 di ambon lakukan sekarang. Pada satu titik saya menyadari bahwa kekuatan terbesar perubahan adalah pada warga (termasuk blogger), bergabungnya kekuatan2 besar ini bisa membuat sesuatu perubahan yang semoga menjadi lebih baik.

Memangnya apa yang dilakukan di #SaveAru?
Jadi begini, ada sebuah perusahaan yang berencana membangun perkebunan tebu seluas 500 ribu hektar lebih di pulau yang luasnya hanya 600 ribu hektar, di kepulauan Aru.

Masyarakat sekitar sudah menolak dan penolakan ini sudah dilakukan sejak setahun belakangan, namun suara warga seolah hilang dari hingar bingar masalah yang ada di negara ini. Jangankan media nasional, media lokalpun bahkan tidak memberitakan sehingga tidak banyak orang yang tau ancaman di kepulauan Aru tersebut.

Beberapa teman blogger yang kebetulan mengetahui itu kemudian membantu dengan melakukan campaign #SaveAru di sosial media melalui facebook, twitter, maupun membuat web bagi kampanye ini. Kampanye ini akhirnya mampu memberitahu banyak orang sekaligus menggerakan berbagai elemen masyarakat untuk terus peduli terhadap Aru.

Informasi yang ke tersebar makin membesar sampai Glenn Fredly pun turut melakukan campaign #saveAru, disini saya melihat sebuah solidaritas kerjasama yang unik dimana masyarakat biasa, blogger, seniman, politikus, artis, ahli hukum, pecinta alam dan siapa saja mau peduli sekaligus bersatu dalam solidaritas #SaveAru yang tidak hanya dikuasai oleh orang2 berkepentingan.

Lalu akhirnya apakah #savearu itu berhasil menolak rencana PT Menara Group?
Perlawanan itu masih terus dilakukan. solidaritas-solidaritas masih kami berusaha bangun terus karena perlawanan dari pihak perusahaan pun makin banyak.

Pernah merasa takut diringkus karena suara anda terdengar keras di blog? Membayangkan seperti yang terjadi di Vietnam misalnya?
Pernahlah. tapi tidak terlalu dihiraukan, yg penting nulis dulu lah. :)

Apa karena itu pula maka anda lebih memilih datang ke acara ABFI di Solo kemarin ketimbang pergi bersama kawan lain yang juga blogger di Gunung Kelir?
Hahahaha.. kalo Asean blogger (ABFI), saya datang atas undangan saja begitupun acara2 blogger lain.Semua acara kumpul blogger saya pikir semua bisa jadi wadah kok, tidak harus nasional atau regional, kumpul komunitas antar daerah pun bisa menjadi ajang berbagi dan sharing. Bagi saya itu keren sekali karena bisa terjadi sharing maupun transformasi apapun yang baik.

Sebarluaskan!

5 Komentar

  1. Begitu timpang memang, laju pembangunan antara pusat dan daerah. Pernah merasakan langsung selama 1 windu lebih byar petnya listrik di bumi andalas.

    Balas
  2. Menurutku blog itu bisa jadi kekuatan tersendiri. Kalau pas bw, kadang aku nemu tulisan yang benar-benar keluar dari hati. Begitu pula kalau seseorang protes dengan lingkungan sekitarnya, kalau ditulis di blog, biasanya “rasanya” akan lain. Itu menurutku sih.

    Balas
  3. Salut pada konsistensi dan idealisme Almascatie.

    Kalau tidak salah, beliau dulu pernah rajin blogwalking ke blog saya juga :-)

    Balas
  4. Kalau tau nama aslinya pasti banyak yang terkaget2 hihihi… Satu yang salut dari Bang Almas ini adalah konsistensi dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah manisnya.. Sayang belum mendapat pasangan yang tepat *kabooorr*

    Balas
  5. Setelah berusaha mencari kabar terbaru mengenai keberadaan Almascatie melalui Google, akhirnya saya menemukan salah satu link postingan lawas ini. Hhhhmmm…

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.