Aku menyembunyikan anakku yang berkebutuhan khusus?

11 Mei 2021 | Cetusan

Hari Sabtu minggu yang lalu aku berbicara dalam sebuah virtual conference rohani Katolik. Dalam acara tersebut aku membagikan pengalaman terkait suka-duka menjadi orang tua dari anak berkebutuhan khusus.

anak berkebutuhan khusus
ilustrasi

Odilia berkebutuhan khusus

Acara ini menjadi penanda penting bagiku dan keluarga. Untuk pertama kalinya aku membeberkan kenyataan di publik bahwa anak pertamaku, Odilia, adalah anak berkebutuhan khusus.

Tentang apa yang terjadi dengan Odilia dan bagaimana aku bersama Joyce menghadapinya, kalian simak saja dalam rekaman video yang kusediakan di bagian bawah tulisan ini. 

Apa yang hendak kukemukakan melalui tulisan ini adalah kenapa baru sekarang aku melakukan semuanya?

Waktu Tuhan

Yang jelas bukan karena aku menutupi kenyataan ini!

Di depan kawan dan kerabat dekat dari dulu aku cukup terbuka tentang Odilia. Sementara itu keterbukaan di depan publik kan memang harus dikelola. Tak semua harus tampak telanjang bulat-bulat karena kalau begitu lantas di mana privasi diadakan? 

Alasan paling kuat kenapa baru sekarang aku berbagi cerita adalah alasan yang sifatnya rohani sekali. Sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus, aku percaya pada Waktu Tuhan.

Waktu Tuhan menghampiri ketika salah seorang panitia acara Sabtu lalu mengajakku untuk membagikan pengalaman. Dia adalah kawanku yang kepadanya kuceritakan tentang Odilia. Aku tidak langsung meng-iya-kan.

Aku berdoa kepada Tuhan mohon petunjuk, berefleksi pada diri sendiri apakah aku sudah siap serta berdiskusi dengan Joyce untuk minta persetujuan darinya. Ketika hati kian dimantapkan dan Joyce setuju, aku yakin Waktu Tuhan sudah datang! Sesederhana itu!

Positive impact bagi keluarga dari anak berkebutuhan khusus

Alasan berikutnya terkait dengan alasan pertama. Aku yakin bahwa ketika sesuatu boleh terjadi dalam Waktu Tuhan maka sesuatu itu pasti memiliki maksud dan niatan yang baik. Oleh karena itu, sejak persiapan acara, aku dan Joyce sudah berpikir keras mencari impact positif apa yang bisa terjadi setelah ini semua kubagikan.

Impact itu setidaknya ada tiga.

Pertama, aku ingin membagikan pengalamanku membuat siapapun yang memiliki anak/anggota keluarga berkebutuhan khusus jadi terlecut semangatnya! Bahwa posisi kita ini tidak mudah adalah sebuah kenyataan. Tapi hidup ini terkadang harus kita lihat bukan dari sisi susah-mudah-nya saja. Hidup adalah tentang bagaimana kita mau menjalani sebaik-baiknya.

Kedua, aku ingin sharing pengalamanku membuat siapapun termasuk mereka yang tidak memiliki anak/anggota keluarga berkebutuhan khusus memiliki beberapa buah awarness/kesadaran.

Kesadaran bahwa perjuangan kami, keluarga dengan anak/anggota keluarga berkebutuhan khusus ini adalah perjuangan yang nyata dan tidak main-main! Jangan meremehkan, jangan menyudutkan apalagi menghakimi dengan menyeolahkan anak berkebutuhan khusus hadir karena kita mengalami kutukan atau karena kesalahan orang tua. 

Dan jangan pula menjadikan kami sebagai sasaran pelampiasan nafsu ‘mengasihani dan bersimpati.’

Pelampiasan nafsu ‘mengasihani dan bersimpati’?

Lho tapi mengasihani dan bersimpati itu bukan nafsu, Don!

Jika memang bukan nafsu, alangkah baiknya kalian mengungkapkan semua rasa simpati dan kasihan dalam doa dan telinga. Doakanlah kami supaya Tuhan menguatkan. Jadilah telinga bagi kami ketika kami butuh didengarkan.

Ketiga, sharing pengalamanku kemarin ibaratnya adalah usahaku untuk membentangkan tangan dan telinga lebar-lebar bagi mereka yang senasib sepenanggungan. Aku percaya ketika Tuhan memberi kami kekuatan untuk membesarkan Odilia, pada akhirnya bukan untuk Odilia sendiri. Aku percaya Tuhan memberi kekuatan supaya kamipun mau menguatkan dan mendukung banyak keluarga-keluarga lain yang senasib-sepenanggungan dengan kami.

Untuk itulah, jika kalian perlu bantuan saran atau pengalaman yang bisa jadi pelajaran, hubungi kami!

Atau bahkan jika kalian hanya perlu didengar dan didoakan, mendekatlah. Kami ada di sini untuk mendengarkan dan mendoakan.

Simak video sharingku Sabtu malam lalu di sini:

Kesaksianku tersebut ternyata menggugah hati Romo Eko Wahyu, OSC. Romo Eko lantas membawakan kesaksianku dalam homili / kotbah pada misa Minggu pagi sehari sesudahnya. Simak rekamannya di sini:

Sebarluaskan!

5 Komentar

  1. Mas Donny di Bandung ada komunitas Percik Insani untuk anak-anak berkebutuhan khusus

    Balas
  2. Saya setuju dengan pendirian dan cara pandang mas DV. Berbagi yang dilakukan mas DV keren menurut saya.

    Semoga sehat selalu.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.