Pengorbanan Yesus mewujud dalam kematian di atas kayu salib. Dua ribu tahun berlalu dan kisah itu tetap harus diaktualisasi.

Jika tidak, kisahNya akan membatu jadi legenda. Akan jadi dongeng mingguan di tempat yang dinamakan gereja. Akan jadi kabar harian di blog yang sedang kalian baca dan barangkali akan jadi penina bobo saat hidup ada di penghujung kisah menantikan tidur panjang yang bernama kematian?

Tapi mengaktualisasikan kematianNya yang memilukan bukan dengan berlomba-lomba untuk mengorbankan nyawa sepertiNya. Justru bagaimana supaya kita mendayagunakan hidup untuk kemuliaanNya!

Kenapa??Karena kematianNya justru untuk menebus hidup kita!

Kepada Nabi Yesaya yang menubuatkan tentangNya, Allah Yahwe berfirman,

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(Yesaya 53:4 – 5)

Jadi, mengaktualisasikan kematianNya adalah dengan tidak mengaduh saat sakit tiba karena sejak dulu Ia telah ikut menanggungnya.

Ketika sengsara tiba, jangan menyerah karena Iapun menyertai dan meringankan kita.

Ketika godaan untuk berkhianat dan memberontak hadir di depan mata, tetaplah tunduk tak tergoda karena kematianNya ada untuk memberangus kejahatan kita!

Pertanyaanya sekarang, sanggupkah kita??Kalau Yesus dulu sanggup menebus, layakkanlah dirimu menjadi insan yang memang layak tebus!

KematianNya adalah kematian yang pilu namun agung. Hari ini kita mengenangkanNya?

Sydney, 30 Maret 2018

Credit photo: Dorchester-Abbey.org?