Akhirnya saya milih Anies…

24 Nov 2016 | Cetusan

Beneran, awalnya aku juga mikir sama kayak kalian, mau pilih Ahok!

Orangnya tegas berwibawa, taat perintah agama dan konstitusi. Koruptor ditraktor, politikus rakus diringkus, rakyat jelata dibikinnya sejahtera? Tapi sayang, akhirnya aku sadar, KTP Jakarta aku tak punya, jadi percuma mau pilih gimana caranya?

Tapi temanku bilang seperti lagu D?Masiv yang berbunyi, ?Jangan menyerah!?

Kenapa, Don?
Toh para pendemo yang turun tanggal 4 November 2016 ang lalu itu gak semuanya berasal dari Jakarta, toh mereka tetap turun saja ke jalan-jalan protokol Jakarta, beribu-ribu bahkan puluhan hingga konon ratusan ribu banyaknya dan usaha mereka berhasil, Ahok diperkarakan ke muka pengadilan! Jadi, sekali lagi seperti teriak Ryan D?Masiv, ?Jangan menyerah!?

OK. ?Eh, tapi? duh aku kan tinggal di Australia? Apa bisaku??

Bisa saja, Don! Ayoh! Mana semangatmu dulu? Mana pekik teriakmu? Mana deru genderang hatimu seperti dulu, tahun 2014 saat kamu dan kawan-kawan lain menghelat kampanye Jokowi ? JK di muka Sydney Opera House yang konon adalah salah satu kampanye luar negeri terbesar sepanjang sejarah karena melibatkan 300 anak bangsa?

Ayoh! Nggak malu pada tulisanmu sendiri? 300 Anak Bangsa menggedor lantai surga yang kau tulis dengan ultra heroik itu?!? Ayoh!!!

Eng? enggaklah! Udah nggak relevan lagi, Bro! Aku toh juga udah nggak bayar pajak di Indonesia karena aku tak ber-aset dan lagi tak berpenghasilan di sana. Pajak kubayarkan pada Australia, tempat hidup, negara yang makin lama tak sungkan untuk kusebut sebagai rumah, sebagai tempat yang kusandangkan dengan kata ?Pulang? saat sedang pergi ke luar negeri.

Duh! Tapi adikmu dan suami serta anaknya ada di Indonesia lho. Meski Papa dan Mamamu sudah tiada tapi kubur mereka juga ada di Indonesia. Eyang, budhe, pakdhe, tante, om, semua sepupu dan keponakanmu juga berteduh di atap Indonesia. Masa kamu mau diam saja, Bro? Indonesia, Bro! Jakarta, Bro!

OK! Pokoknya NKRI Harga Mati dan Save Ahok, ya? Betul, Bro Donny! Nah begitu dong!

Tapi lantas ramai orang, setelah keputusanku mendukung Ahok itu, mengundangku untuk bergabung dalam beberapa grup WA.

Beberapa memang kudiamkan tapi yang lain kuterima. Awalnya menyenangkan tapi lama-lama tak bikin tenang. Dari beberapa yang kuterima itu, aku mengamati apa yang terjadi di dalamnya, di dalam grup-grup WA tersebut.

Ada yang berbagi meme, ada juga yang berbagi info tentang bagaimana turut andil dalam menyumbang Ahok melalui kampanyenya. Menarik!

Tapi ada pula yang menjengkelkan. Mereka beberapa berbagi berita hoax atau katakanlah pra-hoax karena ketika dituduh demikian, mereka mengelak, ?Justru saya share di sini supaya bro and sis di sini bisa ngebantu apakah itu hoax atau bukan!?

Tapi tak ada yang lebih memusingkan dari perangai seorang what-so-called admin grup WA yang berlagak keras, ?Dilarang mengirimkan konten di grup WA ini selain yang berbau Ahok!? hanya gara-gara seorang lain mengirim informasi cara styling text supaya lebih menarik di WA.

Lalu ditimpali dengan seorang lain, ?Betul! Jangan sampai ada pihak lain, infiltrator masuk ke grup ini. Semua harus yang dukung Ahok aja yang boleh di sini!?

Duar! Waduh! Kok jadi super ekslusif seperti itu?

Lalu akhirnya kalimat, ?Semua harus yang dukung Ahok aja yang boleh di sini!? itu kujadikan pintu keluar! Hanya ada satu cara untuk bisa keluar dari grup WA tanpa takut untuk diinvite lagi. Yaitu mengubah pilihan! Ketika admin bertanya tak lama setelah aku keluar, ?Kok keluar, Bro?? dengan alasan generic aku menjawab, ?Aku memutuskan untuk memilih Anies!?

Dan alasan itu adalah alasan terbaik. Bukan karena Anies-nya yang terbaik, tapi lebih karena dengan menjawab seperti itu, tak ada lagi yang mengundangku masuk ke grup-grup WA lagi dan itulah yang terbaik!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.