Salah satu quote Ahok yang paling fenomenal adalah ‘Pemahaman Nenek Lu!’
Mari kita runut ke belakang, bagaimana quote itu bisa terjadi dan mengemuka.
Adalah Bappeda DKI yang mengajukan anggaran sebesar Rp 8.8 triliun kepada Ahok pada awal Januari 2015. Saat itu, orang bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu sudah menjadi Gubernur definitif menggantikan Joko Widodo yang terpilih dan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia tiga bulan sebelumnya.
Anggaran yang kalau dibelikan kerupuk warung bisa dapat 8.8 milyar keping dengan asumsi satu keping kerupuk dihargai 1000 perak ini, meski diajukan Bappeda DKI tapi ternyata usulan awal datang dari DPRD DKI dengan alasan sosialisasi SK-SK (surat keputusan) Gubernur dengan tujuan akhir adalah pemahaman masyarakat terhadap SK-SK tersebut!
Pada surat pengajuan itulah, Ahok melingkari list detail pengajuan anggaran dan menuliskan kalimat “Pemahaman Nenek Lu!” yang fenomenal itu seperti tampak dalam gambar di bawah ini!

gambar diambil dari ojokepo.com
Konon karena tulisan itu, banyak anggota DPRD yang marah dan Ahok, seperti dilansir Detik.Com menduga kemarahan itu memicu pembatalan rapat paripurna DPRD untuk mengesahkan APBD.
Kata “Pemahaman Nenek Lu” ini membuatku ingat umpatan-umpatan kasar tapi cenderung lucu saat aku masih kecil dulu. Saat masih tinggal di Klaten, banyak kawan-kawan yang kalau bercanda juga melibatkan ‘nenek’.
Misalnya ada seorang kawan yang dibelikan mainan baru oleh orang tuanya. Lalu tiba-tiba ada kawan lain yang bilang, “Eh, aku oleh nyilih dolananmu ra? Sedina wae? (Eh, aku boleh pinjam mainanmu nggak? Sehari saja!” -jw)”
Lalu dengan gaya khas anak kecil, menggerutu tentu saja, kawan yang punya mainan itupun bilang, “Eh, enak wae! Mbahmu ngepot!”
Apakah arti kata ‘Mbahmu ngepot‘ itu? Mbahmu adalah ‘Nenekmu’ atau dalam ‘Bahasa Ahok’ ya ‘Nenek lu!’
Ngepot adalah istilah jawa yang dulu kerap dipakai untuk melukiskan seorang pembalap sepeda motor mencoba membelok di tikungan yang tajam sehingga ban motor itu tergesek keras di aspal jalanan tempat perlombaan diadakan.
Singkat kata, ‘Mbahmu ngepot‘ selaras dengan seorang nenek yang tentu sudah tidak pada tempatnya mengikuti lomba kendaraan motor dan beradu cepat hingga sampai ‘ngepot-ngepot’ di tikungan.
Tapi kenapa ‘Mbahmu ngepot‘ dan bukan umpatan lain yang lebih ‘straight forward‘?
Bagiku ini adalah cara indah untuk membalas sesuatu yang tak rasional dengan sesuatu yang lebih irasional! Mainan baru, baru dipakai buat main semalaman sudah minta dipinjam. Adakah itu rasional? Seorang mbah-mbah, masih main adu motor hingga ngepot-ngepot, adakah hal itu juga masuk akal?
Begitu juga dalam hal ‘Ahok’.
Segerombolan orang meminta anggaran hingga 8.8 triliun rupiah untuk sebuah kegiatan yang absurd dengan tujuan supaya masyarakat memahami SK-SK yang diterbitkan Gubernur bukankah hal itu juga tak masuk akal?
Orang-orang yang seperti apa yang perlu dipahamkan? Cara-cara yang bagaimana yang akan dilakukan untuk membuat orang-orang itu paham sehingga membutuhkan biaya sebesar Rp 8.8 triliun?
Kecuali kalau memang yang perlu dipahamkan adalah nenek-nenek mereka maka barangkali jumlah itu baru masuk akal.
Jadi? Seperti halnya ‘Mbahmu ngepot’, membuat sesuatu yang tak rasional menjadi rasional dengan jalan melemparkan sesuatu yang lebih tak rasional lagi, “Pemahaman Nenek Lu!”
Model foto utama:
Desy Zhuo, pembeli kaos ‘Ahok!’ karya Politik Merchandise. Dapatkan koleksi terbaru Politik Merchandise di laman facebooknya di sini.
0 Komentar