Adakah Tuhan diam saja?

6 Agu 2018 | Kabar Baik

Mari melongok ke jendela dunia hari-hari ini. Apa persoalan-persoalan yang ada dan mengemuka?

Ancaman peperangan antar-bangsa masih ada meski upaya damai tetap diadakan. Berita penganiayaan, pemerkosaan dan pembunuhan bagai cendawan di musim hujan seolah di media-media. Tikus-tikus koruptor yang terciduk juga masih bertingkah di penjara. Ancaman kelaparan dan kerusakan lingkungan serta masih banyak lagi?

Pernahkah kalian berpikir kapan semua itu akan berakhir? Aku pernah dibisiki sebuah pertanyaan retorik yang menghentak, ?Jika Tuhan itu ada kenapa semua hal di atas masih saja terjadi? Apakah Ia diam saja??

A-ha! Menggelitik! Apakah Ia diam saja? Semoga Kabar Baik yang ditulis Matius hari ini bisa menerangkan!

Yesus, menurut Matius (Matius 13:24-30) ?membentangkan? satu perumpamaan.

Pada sebuah ladang gandum, benih-benih baik ditabur di sana. Tapi saat semua orang tertidur, datanglah musuh menaburkan benih ilalang sehingga keduanya tumbuh bersama-sama.

Maka hamba-hamba menghadap Tuan pemilik ladang, ?Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu??

Lalu Tuan menjawab, ?Seorang musuh yang melakukannya.? Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu??

Si Tuan menjawab, ?Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.?

Nah! Bacalah kuat-kuat dan ingatlah, ?Biarlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai!?

Tuhan telah menetapkan demikian adakah hal itu bisa berubah tanpa restuNya? Tentu tidak! Jadi berharap semua hal-hal buruk akan berakhir selama hidup bagiku bukan pilihan utama.

Kenapa kita tak fokus pada hal yang bisa kita lakukan saja yaitu menanti dengan setia?

Menanti dengan setia sering diasumsikan sebagai kegiatan pasif dan pasrah, padahal bagiku tidak sama sekali.

Pada level yang paling minimal, menanti dengan setia adalah dengan tidak menjadikan diri ini bagian dari hal-hal yang nantinya akan dibakar.

Misalnya kamu bekerja dalam kantor yang semakin hari iklimnya makin mengenaskan; tak ada orang yang tak memungut uang secara liar (pungli). Kalau kamu setia, kamu tak?kan mau ikut-ikutan korupsi karena kamu tak ingin jadi yang nantinya dibakar.

Menanti dengan setia, pada level yang lebih tinggi menurutku adalah dengan menjadikan diri ini terus-menerus berbuah.

Berbuah adalah perlawanan terhadap tantangan-rintangan yang ada di sekitar kita. Masih ingat tulisanku sebelumnya tentang pohon cabe yang tumbuh di sela-sela blok semen?

Perusahaanmu menghasilkan limbah berbahaya. Banyak perusahaan lain seperti perusahaanmu memilih membuang limbah secara diam-diam ke sungai yang berakibat fatal bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar.

Kamu keukeuh untuk tak menyalurkan dengan cara demikian. Lebih daripada itu, kamu lantas berpikir tentang bagaimana mendayagunakan limbah tadi untuk hal yang lebih berguna yang melibatkan analisa teknis lingkungan. Usahamu berhasil. Limbah yang semula dikhawatirkan meracuni malah bisa diubah bentuk jadi sesuatu yang lebih berarti!

Tapi kamu tak menjawab pertanyaan ?bisik-bisik? di atas, Don, ?Adakah Tuhan diam saja??

Tuhanku tidak diam saja. Ia hidup, Ia menggerakkan. Tuhan menyertaiku hingga akhir hidupku, Ia menyertai kita semua hingga akhir zaman.

Adakah kau sedikitpun tak merasakanNya?

Sydney, 28 Juli 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.