Mulai hari ini hingga Jumat Agung, 3 April 2015 mendatang, setiap hari aku akan memuat materi permenungan yang pernah kusampaikan pada acara Persekutuan Doa Katolik Karismatik Epiphany Sydney, 14 Maret 2015 yang lalu.
Di atas mimbar waktu itu aku terlanjur janji untuk mengunggah seluruh materi secara online sementara keesokan paginya aku harus pulang ke Indonesia mendadak untuk berjumpa dengan Mama yang sakit keras.
Materi kubagi dalam tujuh tulisan sesuai judul pengajaranku saat itu ?Toedjoeh Pesan Terachir? (7PT).
Pendahuluan
Yesus adalah contoh kesetiaan yang paling tinggi dan hakiki yang bisa kita temukan dalam hidup ini.
Hingga saat tergantung di kayu salib, Ia yang merasakan penderitaan sebagai manusia, pun masih ?sempat? meninggalkan tujuh pesan terakhir yang ia sampaikan dan dicatat oleh Markus, Lukas dan Yohanes melalui Injil sucinya.
Tujuh pesan itu bisa jadi adalah wasiat, tapi tetap merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu terhadap yang lainnya dengan keseluruhan Kabar Keselamatan yang diamanatkan Kristus sejak awal hingga akhir kehidupan, alfa dan omega.
1. ?Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.? (Luk 23:34)
Kalimat ini mungkin menjadi salah satu kalimat doa favorit yang sering kita ucapkan setiap kita merasa diperlakukan tidak adil dan semena-mena.
Misalnya ketika ada berita gereja dibakar atau diruntuhkan. Ketika kita atau kaum kita didera dan dicampakkan oleh karena satu persoalan yang menurut kita seharusnya kita tidak dibegitukan. Pada saat-saat seperti itu, kita biasanya entah spontan atau tulus berdoa ?Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat?
Salahkah? Tentu tidak karena Yesus sendiri pernah berdoa demikian. Tapi apakah kita lantas selalu menjadi pihak yang benar dengan berdoa demikian?
Tampaknya tidak! Tidak selalu demikian!
Contohlah seorang dari kaum kita terbukti melakukan korupsi. Ia diadili dan dihukum berat. Dalam sebuah wawancara dengan media setelah vonis, ia berseloroh, ?Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!?
Tentu doa itu jadi tidak tepat sama sekali, terutama kalau secara hukum dan meyakinkan ia terbukti bersalah. Doa itu seolah jadi kehilangan esensinya dengan meletakkan para pengadil sebagai sosok yang seolah bersalah telah menghukumnya sehingga harus diampuni sementara diri sang koruptor sendiri, berbekal pesan Yesus tadi jadi tampak seolah benar. Bukankah ini sebuah kesalahan?
Lalu apakah yang ingin disampaikan Yesus ketika berujar demikian?
Peristiwa penyaliban Yesus bagi kita barangkali berarti drama penyaliban satu babak berdurasi sekitar tiga jam hingga akhirnya Ia wafat.
Tapi dari diri Yesus sendiri yang memiliki kodrat sebagai Anak Allah sekaligus manusia, Ia-lah yang justru menyaksikan drama kehidupan dari atas salibNya.
Ia, dengan kemampuan pengetahuan yang ditanamkan dari Allah (infused knowledge); dan pandangan kesempurnaan surgawi (beatific vision) melihat drama kehidupan sejak manusia awal-mula, Adam dan Hawa, tokoh-tokoh sebelumnya, kehidupan masa kini dan bahkan kehidupan hingga nanti saat akhir jaman tiba.
Secara langsung, Yesus memang mendoakan para prajurit yang menyalibkanNya. Ketidaktahuan para prajurit tentang apa yang ia perbuat terhadap Siapa, membuat Yesus prihatin dan mendoakan pengampunan bagi diri mereka.
Tetapi, akankah doa itu terbatas hanya pada diri para prajurit itu?
Bagaimana dengan kita?
Di rumah kalian tentu ada salib atau setidaknya di gereja.?Di muka salib, tentu salib yang ber-tubuh Kristus, diamlah barang sejenak.
Pandanglah Tubuh Kristus yang tergantung di atas salib itu. Pejamkanlah matamu dan bayangkanlah Yesus mengucapkan doa yang sama kepadamu, ?Ya Bapa, ampunilah (sebut namamu) karena (namamu) tak tahu apa yang (namamu) perbuat!?
Nyatakah itu? Ya! Karena Ia adalah Tuhan maka apa yang dilihatNya pada saat disalibkan adalah apa yang telah Ia ketahui tentang segala sesuatu yang terjadi kini hingga nanti. Yesus tak hanya berdoa bagi para prajurit saja tapi juga bagi kita yang masih akrab dengan dosa dan kelemahan duniawi!
Tapi pertanyaan selanjutnya adalah, banggakah kita selalu didoakan demikian olehNya?
?Oh kalau aku sih bangga, Don! Dan memang seharusnya demikian karena Ia kan juru selamat! Ia kan Tuhan?!?
OK! Aku juga bangga sih didoakan demikian.. tapi dengan satu catatan!?Catatannya adalah kalau aku termasuk orang yang ?tidak tahu apa yang kita perbuat!? Kalau aku berasal dari kalangan yang tidak mengenal Yesus, atau hidup pada saat Yesus disalibkan, seperti halnya prajurit itu, yang belum tahu tentang Yesus, aku akan bangga.
Tapi aku lahir, ketika berita Kabar Baik tentang Yesus telah disebarluaskan hampir dua ribu tahun sesudahnya hampir di seluruh penjuru dunia!
Aku disekolahkan di sekolah Katholik, ditumbuhkembangkan dalam keluarga Katholik, membangun sebuah rumah tangga berbasis Katholik dan kini pun hidup dalam negara yang memiliki akar budaya kristiani yang cukup dalam meski sekulerisme telah merajai dimana-mana.
Jadi? apakah aku layak untuk dianggap sebagai orang yang tak tahu tentang apa yang kuperbuat?
Tentu tidak!
Nah kalau tidak, pantaskah aku diampuni?
Bagaimana dengan kalian?
0 Komentar