Mulai hari ini hingga Jumat Agung, 3 April 2015 mendatang, setiap hari aku akan memuat materi permenungan yang pernah kusampaikan pada acara Persekutuan Doa Katolik Karismatik Epiphany Sydney, 14 Maret 2015 yang lalu.
Di atas mimbar waktu itu aku terlanjur janji untuk mengunggah seluruh materi secara online sementara keesokan paginya aku harus pulang ke Indonesia mendadak untuk berjumpa dengan Mama yang sakit keras.
Materi kubagi dalam tujuh tulisan sesuai judul pengajaranku saat itu ?Toedjoeh Pesan Terachir? (7PT).
2. Luk 23:43 ?Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.?
Pada dua pencuri yang dihukum mati dengan cara disalib bersama Yesus, kita belajar banyak hal.
Pada seorang pencuri yang ada di sisi kiri Yesus, kita belajar tentang sebuah kelumrahan yang ‘manusiawi’ ketika ia berujar, ?Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!? (Luk 23:39) Kukatakan lumrah dan manusiawi karena dalam keadaan terdesak menjelang mati karena disalib, ia hilang akal lalu berpikir seolah menantang ketuhanan Yesus untuk menyelamatkan mereka semua. Bukankah itu manusiawi sekali?
Hal ini mengingatkanku pada sebuah peristiwa beberapa tahun yang lalu ketika salah satu sahabatku sedang dalam keadaan kritis karena kondisi kesehatan yang menurun. Mungkin maksudnya baik, beberapa anggota keluarganya mengundang beberapa pendoa dari gereja ‘entah dari mana’ untuk datang ke rumah sakit dan berdoa bersama-sama. Awalnya aku tak keberatan untuk ikut dalam lingkaran doa itu, tapi kemudian si pemimpin acara berujar, “Ya Tuhan, kami menagih janjiMu! Selamatkanlah anakMu ini! Sembuhkanlah ia! Berilah ia ginjal yang baru (ia mengidap sakit ginjal) karena ia telah begitu setia kepadaMu!” dan sesudahnya aku kehilangan mood untuk berdoa. Aku tak kemana-mana, menuntaskan acara doa itu sebaik-baiknya, tapi aku sama sekali tak setuju dengan apa yang pemimpin itu utarakan.
Bagiku, apa yang diucapkan kedua orang, pemimpin acara dan pencuri di sebelah kiri Yesus itu setali tiga uang.?Ia mencobai Tuhan! Seolah kebesaran dan kemuliaan Tuhan akan hilang ketika Ia tak menyelamatkan kita. Padahal bukankah kita tahu bahwa Tuhan pun mengijinkan dan mengajari kita untuk mengalami dan setia pada penderitaan?
Untuk menguatkan hal ini mari kita belajar pada pencuri yang ada di sebelah kanan Yesus, Dimas namanya, menurut tradisi gereja.
Berbeda dengan rekan pencuri yang lain, Dimas merendahkan dirinya, mengakui kesalahan dan kelayakannya untuk mendapatkan hukuman yang setimpal. Berikut katanya, “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (Luk 23:41) Tak berhenti di situ, ia dengan segala kerendahan hatinya memohon kepada Yesus, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42)
Yesus yang Anak Allah dan juru selamat, jatuh iba dan membalas ?Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.? (Luk 23:43)
Ia tak bicara tentang kesembuhan atau bagaimana cara meloloskan diri dari hukuman salib yang sedang Ia dan para pencuri hadapi. Tapi lebih daripada itu, Yesus bicara tentang peneguhan atas iman yang otentik yang diucapkan Dimas barusan.
Teman, akankah kita setia pada penderitaan kita? Pada cobaan kita? Ataukah justru sebaliknya, kita melabrak dan menagih Allah justru karena kita seolah sudah sangat setia kepadaNya sehingga kita tak layak menderita dan mengalami cobaan?
Mari kita semakin memberanikan diri untuk menyelipkan doa supaya ketika beban hidup kian berat atau katakanlah nanti ketika ajal tiba, kita masih sanggup berikthiar seperti Dimas. Supaya ketika sakit datang dan meradang, kita tetap setia dan tak memberontak terhadap keadaan yang kita hadapi. Semata karena kita tahu bahwa kita memang diijinkan untuk menderita terlepas dari segala kesetiaan kita kepadaNya karena segera setelah semuanya selesai, kita akan bersama-sama dengan Yesus di FirdausNya yang abadi.
0 Komentar